IDXChannel - PT Aneka Tambang Tbk atau Antam (ANTM) mencetak kinerja impresif pada paruh pertama tahun ini. BUMN tambang itu meraup laba bersih Rp4,7 triliun pada semester I-2025, didorong pertumbuhan kinerja emas dan nikel.
Antam mencatat kenaikan laba bersih 203 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,55 triliun. Selaras dengan pencapaian bottom line yang positif, EBITDA Antam menyentuh Rp7,1 triliun, meningkat 194 persen secara tahunan.
Penjualan bersih Antam naik 155 persen menjadi Rp59,02 triliun. Segmen emas menjadi kontributor terbesar dengan penjualan Rp49,54 triliun atau 84 persen terhadap total penjualan. Permintaan emas di pasar domestik yang sangat tinggi menjadi penopang utama.
Sementara segmen nikel yang mencakup feronikel dan bijih nikel mencatat penjualan Rp7,9 triliun atau 13 persen dari total penjualan. Hal ini didukung oleh masih solidnya permintaan industri dalam negeri terhadap bijih nikel Antam.
Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto mengatakan, capaian positif yang diraih perseroan mencerminkan strategi diversifikasi yang adaptif dan selaras dengan dinamika global.
"Dengan mengedepankan inovasi, disiplin biaya, dan efisiensi operasional, Antam mampu menjaga fundamental bisnis tetap kuat, serta memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisinya sebagai perusahaan pertambangan terdepan di Indonesia," katanya lewat keterangan resmi, Jumat (29/8/2025).
Antam membukukan laba kotor Rp8,24 triliun, naik 311 persen dengan laba usaha Rp6,14 triliun, meningkat 1.053 persen. Alhasil, laba per saham dasar mencapai Rp195,43, tumbuh 203 persen.
Dari sisi neraca, posisi aset Antam meningkat 23 persen menjadi Rp48,38 triliun. Ekuitas juga naik 14 persen menjadi Rp33,71 triliun.
Saldo kas dan setara kas mencapai Rp10,51 triliun, tumbuh 20 persen, yang menunjukkan kesehatan likuiditas yang solid, manajemen kas yang efektif, dan kapasitas yang memadai untuk investasi.
"Antam berkomitmen untuk menjaga ketahanan keuangan perusahaan melalui pengelolaan bisnis yang prudent dan navigasi keuangan yang terarah," katanya.
"Dengan disiplin mengendalikan biaya, mengoptimalkan efisiensi, dan menyesuaikan strategi dengan kondisi pasar, perusahaan berhasil mempertahankan kestabilan operasional serta tingkat biaya tunai produksi yang kompetitif," ujar Ardianto.
(Rahmat Fiansyah)