sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement
Depkes AS Berencana Batalkan Pengembangan Vaksin mRNA Senilai USD500 Juta
Depkes AS Berencana Batalkan Pengembangan Vaksin mRNA Senilai USD500 Juta
Depkes AS Berencana Batalkan Pengembangan Vaksin mRNA Senilai USD500 Juta
Depkes AS Berencana Batalkan Pengembangan Vaksin mRNA Senilai USD500 Juta
News editorKunthi Fahmar Sandy
07/08/2025 01:32 WIB

IDXChannel - Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS (HHS) berencana membatalkan pendanaan sebesar USD500 juta (£376 juta) untuk vaksin mRNA yang sedang dikembangkan untuk melawan virus seperti flu dan Covid-19.

Dilansir dari laman BBC Rabu (6/8/2025), keputusan ini akan berdampak pada 22 proyek yang dipimpin oleh perusahaan farmasi besar, termasuk Pfizer dan Moderna, untuk vaksin flu burung dan virus lainnya.

Menteri Kesehatan Robert F Kennedy Jr., seorang skeptis vaksin, mengumumkan bahwa ia menarik pendanaan tersebut karena klaim bahwa teknologi mRNA menimbulkan lebih banyak risiko daripada manfaat bagi virus pernapasan ini.

Para dokter dan pakar kesehatan telah mengkritik keraguan Kennedy yang telah lama ada tentang keamanan dan efikasi vaksin serta pandangannya tentang kebijakan kesehatan.

"Pengembangan vaksin mRNA untuk melawan Covid-19 sangat penting dalam membantu memperlambat pandemi dan menyelamatkan jutaan nyawa," kata Peter Lurie, mantan pejabat Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).

Ia mengatakan kepada BBC bahwa perubahan tersebut merupakan pengabaian AS terhadap salah satu alat paling menjanjikan untuk melawan pandemi berikutnya.

Dalam sebuah pernyataan, Kennedy mengatakan timnya telah meninjau sains, mendengarkan para ahli, dan bertindak. 

"Data menunjukkan vaksin-vaksin ini gagal melindungi secara efektif terhadap infeksi saluran pernapasan atas seperti covid dan flu," ujarnya.

Ia mengatakan departemen tersebut mengalihkan pendanaan ke platform vaksin yang lebih aman dan lebih luas yang tetap efektif bahkan ketika virus bermutasi.

Kennedy juga mengklaim vaksin mRNA dapat membantu mendorong mutasi baru dan justru dapat memperpanjang pandemi karena virus terus bermutasi untuk menghindari efek perlindungan vaksin.

Para ahli kesehatan telah mengatakan bahwa virus bermutasi terlepas dari apakah vaksin untuk virus tersebut sudah tersedia atau belum.

Dr. Paul Offit, Direktur Pusat Edukasi Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia mencatat, virus flu bermutasi setiap tahun terlepas dari apakah orang divaksinasi atau tidak, sementara virus campak tidak bermutasi, meskipun sebagian besar orang divaksinasi dengan suntikan mRNA.

Ia mengatakan vaksin mRNA sangat aman dan merupakan kunci untuk membantu mencegah infeksi parah akibat virus seperti Covid-19.

HHS mengatakan departemen yang menjalankan proyek vaksin, Otoritas Penelitian dan Pengembangan Biomedis Lanjutan (BARDA), akan berfokus pada platform dengan catatan keamanan yang lebih kuat dan praktik data klinis dan manufaktur yang transparan.

Sementara beberapa vaksin menggunakan virus yang diinaktivasi untuk memicu respons imun, vaksin mRNA bekerja dengan mengajarkan sel cara membuat protein yang dapat memicu respons imun.

Vaksin mRNA Moderna dan Pfizer telah diuji pada ribuan orang sebelum diluncurkan dan terbukti aman dan efektif.

Dr. Offit, penemu vaksin rotavirus menuturkan, pembatalan pendanaan dapat menempatkan AS dalam posisi yang lebih berbahaya untuk merespons potensi pandemi di masa mendatang. 

Dia mencatat vaksin mRNA memiliki siklus pengembangan yang lebih pendek, sehingga vaksin tersebut krusial dalam merespons pandemi Covid-19. Sejak menjabat, Kennedy telah mengambil sejumlah langkah untuk mengubah cara departemen kesehatan negara mengembangkan dan mengatur vaksin.

Pada bulan Juni, ia memecat seluruh 17 anggota komite yang mengeluarkan rekomendasi resmi pemerintah tentang imunisasi, menggantikan mereka dengan beberapa orang yang mengkritik keamanan dan efikasi vaksin.

Ia juga menghapus vaksin Covid-19 dari jadwal imunisasi yang direkomendasikan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit untuk anak-anak sehat dan ibu hamil.

(kunthi fahmar sandy)

Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :