sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement
Harga Minyak Naik 1 Persen usai AS Jatuhkan Sanksi terhadap Minyak Iran
Harga Minyak Naik 1 Persen usai AS Jatuhkan Sanksi terhadap Minyak Iran
Harga Minyak Naik 1 Persen usai AS Jatuhkan Sanksi terhadap Minyak Iran
Harga Minyak Naik 1 Persen usai AS Jatuhkan Sanksi terhadap Minyak Iran
Market news editorTIM RISET IDX CHANNEL
03/09/2025 07:17 WIB

IDXChannel - Harga minyak dunia ditutup menguat lebih dari 1 persen per barel pada Selasa (2/9/2025), setelah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi yang menargetkan pendapatan minyak Iran.

Pasar juga menantikan pertemuan OPEC+ pada Minggu mendatang, yang menurut analis diperkirakan tidak mencabut pemangkasan produksi sukarela yang masih berlaku.

Minyak Brent ditutup naik 1,45 persen, ke level USD69,14 per barel. Sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) meningkat 2,47 persen menjadi USD65,59 per barel. WTI tidak diperdagangkan pada Senin karena libur Hari Buruh di AS.

Departemen Keuangan AS pada Selasa menjatuhkan sanksi terhadap jaringan perusahaan pelayaran dan kapal yang dipimpin pengusaha Irak-Kittitian karena menyelundupkan minyak Iran dengan menyamarkannya sebagai minyak Irak.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump terus menekan Iran sementara perundingan nuklir masih buntu. Putaran keenam negosiasi ditangguhkan setelah pecah perang 12 hari pada Juni lalu.

“Langkah AS memperketat ekspor Iran jelas mendukung kenaikan harga hari ini,” kata analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn.

Investor menanti pertemuan OPEC+
Delapan anggota OPEC beserta sekutunya dijadwalkan bertemu pada 7 September. Analis meyakini kelompok tersebut tidak akan mencabut pemangkasan produksi sukarela yang dilakukan delapan anggota, termasuk Arab Saudi dan Rusia.

Kebijakan ini dinilai menopang pasar dan menjaga harga di kisaran USD60 per barel.

Menurut analis independen Gaurav Sharma, OPEC+ kemungkinan menunggu lebih banyak data setelah berakhirnya musim mengemudi musim panas di AS sebelum mengambil langkah berikutnya. Pasalnya, surplus pasokan diperkirakan muncul pada kuartal terakhir tahun ini.

Sementara itu, Saudi Aramco dan perusahaan minyak negara Irak, SOMO, menghentikan penjualan minyak ke Nayara Energy India. Keputusan ini diambil setelah Uni Eropa memberlakukan sanksi pada Juli terhadap kilang yang didukung Rusia tersebut, menurut tiga sumber yang mengetahui masalah itu.

“Pasar mulai bertanya-tanya bagaimana hal itu akan memengaruhi arus pasokan. Ada kekhawatiran ketersediaan minyak dari pasar non-sanksi semakin ketat, karena kesempatan membeli minyak dari pasar abu-abu akan berkurang jika sanksi makin diperketat,” kata mitra di Again Capital, John Kilduff.

Investor juga mencermati Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) 2025 yang berlangsung 31 Agustus–1 September. Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan forum tersebut untuk mendorong visi tatanan keamanan dan ekonomi global baru yang mengutamakan “Global South”, sebagai tantangan langsung terhadap Amerika Serikat.

Lebih dari 20 pemimpin negara non-Barat hadir, termasuk Perdana Menteri India Narendra Modi yang untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun mengunjungi China. Kilduff menilai konferensi ini dapat memicu reaksi Presiden Trump dan membuka peluang sanksi sekunder lebih luas, khususnya terhadap India, yang pada gilirannya memberi dukungan tambahan pada harga minyak.

“Ini konferensi penting yang seharusnya lebih banyak mendapat perhatian,” ujarnya.

Di sisi lain, India sedang menjajaki perjanjian perdagangan bilateral dengan AS, kata Menteri Perdagangan India Piyush Goyal pada Selasa. Hal ini terjadi hanya beberapa hari setelah Washington menggandakan tarif terhadap produk India sebagai hukuman atas keberlanjutan impor minyak Rusia oleh New Delhi.

Ekspektasi bahwa data AS akan menunjukkan penurunan cadangan minyak juga ikut menopang harga, ujar analis UBS Giovanni Staunovo. Musim mengemudi musim panas—periode permintaan tertinggi di pasar bahan bakar terbesar dunia—resmi berakhir pada libur Hari Buruh.

Dari sisi pasokan, serangan drone Ukraina telah menonaktifkan fasilitas yang menyumbang setidaknya 17 persen kapasitas pengolahan minyak Rusia, atau sekitar 1,1 juta barel per hari, menurut perhitungan Reuters.

Sementara itu, produksi minyak harian Kazakhstan (tidak termasuk kondensat gas) naik menjadi 1,88 juta barel per hari pada Agustus dari 1,84 juta barel pada Juli. Berdasarkan perhitungan Reuters, produksi minyak Kazakhstan bulan lalu meningkat 2 persen secara harian dibandingkan bulan sebelumnya. (Aldo Fernando)

Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :