IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) pada Kamis (14/8/2025), melampaui rekor sebelumnya pada 19 September 2024.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.58 WIB, IHSG menguat 0,79 persen ke level 7.955,41, mendekati area psikologis 8.000. Indeks bahkan sempat menyentuh 7.961,99.
Nilai transaksi mencapai Rp8,46 triliun dan 18,96 miliar saham.
Sebanyak 372 saham naik, 280 turun, dan 304 stagnan.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai sentimen utama yang mendorong reli IHSG kali ini berasal dari keputusan MSCI menaikkan peringkat Indonesia.
“Katalis utama berasal dari upgrade MSCI ke Indonesia sebagai salah satu negara yang dapat inflow paling besar dari seluruh Asia,” ujarnya, Kamis (14/8/2025).
Ia menambahkan, pasar merespons positif sentimen tersebut, terlihat dari pergerakan serempak saham-saham unggulan. “Bursa juga merespons positif dengan saham-saham bluechip serta konglo yang bergerak serempak menguat, sehingga kenaikan IHSG ini terjadi begitu masif,” kata Michael.
Sebelumnya, Michael menilai, perkembangan politik dan ekonomi di Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump berpotensi membawa angin segar bagi pasar negara berkembang. Menurut dia, indeks dolar AS (DXY) tengah menunjukkan sinyal teknikal pelemahan.
“DXY memiliki pola triple tops dengan target penurunan di 92. Menyusul gejolak politik serta ekonomi di AS di bawah kepemimpinan Trump, banyak investor yang mengantisipasi pelemahan dolar ini,” ujar Michael, Selasa (12/8/2025).
Ia menambahkan, rencana Trump untuk memangkas suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) mendekati nol dapat memicu arus keluar modal dari dolar menuju negara berkembang.
“Angka ini akan memberikan outflow dari dolar ke negara emerging market, sehingga akan memberi dampak yang baik terhadap mata uang Asia, termasuk rupiah,” tuturnya.
Dolar AS merosot ke level terendah dua pekan terhadap sekeranjang mata uang utama (DXY) seiring pergeseran ekspektasi pemangkasan suku bunga AS.
Pernyataan Menteri Keuangan AS turut memperkuat spekulasi akan adanya pemangkasan agresif sebesar 50 basis poin. Yen Jepang sempat menyentuh level tertinggi tiga pekan di 146,38 per USD pada awal perdagangan.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada Rabu mengatakan bahwa pemangkasan setengah poin pada September mungkin terjadi setelah revisi data pasar tenaga kerja pekan lalu menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja melambat tajam pada Mei, Juni, dan Juli.
Dalam catatan risetnya, Goldman Sachs memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing 25 basis poin tahun ini, dan dua kali lagi pada 2026. Trader kini memperhitungkan kepastian pemangkasan suku bunga pada September, dengan peluang pemangkasan 50 bps naik menjadi 7 persen, dari 0 persen sepekan sebelumnya.
Meskipun laporan inflasi AS yang jinak awal pekan ini memperkuat alasan pemangkasan suku bunga, sebagian analis mengingatkan agar pasar tidak terlena. Mereka menilai data yang akan datang masih bisa mengubah arah ekspektasi.
“Kami tidak seyakinnya pasar keuangan mengenai pemangkasan suku bunga 25 bps oleh FOMC pada September, apalagi 50 bps,” ujar ekonom sekaligus analis strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong.
“Masih akan ada laporan CPI dan data payroll lain sebelum pertemuan September yang bisa menguatkan atau justru melemahkan alasan untuk memangkas suku bunga,” imbuh Kong. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.