IDXChannel - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengaku telah melaporkan ke Presiden Prabowo bahwa pemerintah memiliki kas sebesar Rp425 triliun di rekening Bank Indonesia (BI).
Ia berencana mengalirkan Rp200 triliun dari dana tersebut ke sistem perbankan untuk menggerakkan sektor riil.
Ia juga akan meminta bank sentral untuk tidak menyerap uang tersebut. Menurut Purbaya, meskipun kas pemerintah akan berkurang untuk program, sektor swasta akan mengambil alih sebagai motor penggerak ekonomi.
Lebih lanjut, Purbaya membandingkan kondisi ekonomi di era kepemimpinan sebelumnya. Menurutnya, pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pertumbuhan ekonomi bisa mencapai hampir 6 persen karena laju pertumbuhan uang primer tinggi, yang mendorong pertumbuhan kredit swasta.
Sementara itu, pada masa Presiden Jokowi, pertumbuhan ekonomi rata-rata di bawah 5 persen karena uang beredar tumbuh lebih rendah.
Oleh karena itu, Purbaya berkomitmen untuk menggabungkan kekuatan sektor swasta dan fiskal pemerintah. Ia percaya, dengan menciptakan kondisi yang mendukung, pertumbuhan ekonomi 6,5 persen bukan hal yang mustahil.
"Saya termasuk yang percaya bahwa agen-agen ekonomi itu mempunyai otak sendiri. Pemerintah enggak mungkin mengontrol semua agen ekonomi untuk berjalan, tapi saya ciptakan kondisi di mana mereka berpikir dan berjalan dan bisa tumbuh, bisa berbisnis dengan suasana situasi yang ada. Itu yang ingin kita ciptakan," kata dia saat rapat kerja perdana dengan Komisi XI DPR, Rabu (10/9/2025).
Dalam rapat itu, dia menyindir Komisi XI yang kerap rapat dengan Menteri Keuangan sebelumnya namun tidak pernah mempertanyakan masalah ini.
"Yang jadi pertanyaan saya kan, di sini Komisi 11 rapatnya dengan Menteri Keuangan (Sri Mulyani) berapa ratus hari dalam setahun. Kenapa tidak pernah mempertanyakan itu? Dan saat saya datang ke sini, tiba-tiba, wow, semuanya (pertanyaan) panjang-panjang sekali. Yang harusnya, sudah putus pada waktu itu," ungkapnya.
Meskipun menyayangkan kondisi tersebut, Purbaya berjanji akan segera memperbaiki kebijakan ekonomi. Ia menekankan bahwa perbaikan struktural lain bisa dilakukan, tetapi ia akan fokus pada solusi cepat (quick win), yaitu mengembalikan kondisi ekonomi yang melemah.
"Ke depan, yang saya lakukan adalah memperbaiki itu. Sebelum mengubah yang lain-lain. Saya akan balik kondisi yang memburukkan langkah kita sendiri. Oh, bagaimana? Ya, paling bagus percepatan, percepat belanjanya," tutur Purbaya.
(Febrina Ratna Iskana)