sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement
Persaingan Makin Ketat, BYD Pangkas Target Produksi 16 Persen di 2025
Persaingan Makin Ketat, BYD Pangkas Target Produksi 16 Persen di 2025
Persaingan Makin Ketat, BYD Pangkas Target Produksi 16 Persen di 2025
Persaingan Makin Ketat, BYD Pangkas Target Produksi 16 Persen di 2025
Technology editorFebrina Ratna Iskana
04/09/2025 12:32 WIB

IDXChannel - BYD memangkas target penjualan hingga 16 persen menjadi 4,6 juta kendaraan pada 2025. Hal ini terjadi karena raksasa kendaraan listrik China ini menghadapi pertumbuhan tahunan paling lambat dalam lima tahun terakhir.

Ha itu sejalan dengan tanda-tanda ekspansi yang mulai reda. Padahal, BYD merupakan salah satu produsen otomotif yang kerap memecahkan rekor.  

Produsen mobil terbesar China ini mengatakan kepada para analis pada Maret bahwa mereka menargetkan penjualan 5,5 juta kendaraan pada 2025. Namun, secara internal angka tersebut telah diturunkan beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir, menurut sumber tersebut yang dilansir dari Reuters, Kamis (4/9/2025).

Angka terbaru, setidaknya 4,6 juta kendaraan, telah dikomunikasikan secara internal oleh perusahaan dan kepada beberapa pemasok terpilih pada Agustus untuk membantu memandu perencanaan.

Meski begitu, target tersebut masih dapat berubah tergantung pada kondisi pasar, menurut sumber tersebut yang keduanya berbicara dengan syarat anonim. Sementara itu, BYD tidak menanggapi permintaan komentar.

Lebih lanjut, para sumber tidak memberikan alasan pemangkasan target penjualan BYD. Namun, salah satu dari mereka menyebut langkah itu terjadi saat BYD merasakan tekanan persaingan yang semakin ketat dengan Geely Auto dan Leapmotor.

Pekan lalu, BYD melaporkan penurunan laba kuartalan sebesar 30 persen, penurunan pertamanya dalam lebih dari tiga tahun.

Adapun target terbaru, yang belum pernah dilaporkan sebelumnya, berada di bawah beberapa perkiraan para analis. Pekan ini, Deutsche Bank mengatakan pihaknya memperkirakan BYD akan menjual 4,7 juta kendaraan, sementara Morningstar mengatakan pihaknya memperkirakan 4,8 juta.

Target baru ini mewakili peningkatan 7 persen dari tahun lalu dan akan menjadi pertumbuhan tahunan paling lambat sejak 2020, ketika penjualan turun sebesar 7 persen.

Prospek penjualan BYD itu juga menunjukkan tekanan deflasi yang membebani ekonomi terbesar kedua di dunia, di mana permintaan domestik telah terpukul oleh penurunan pasar perumahan yang berkepanjangan.

Dalam delapan bulan pertama tahun ini, BYD baru memenuhi sekitar 52 persen dari target penjualan awal 5,5 juta kendaraan.

Sebelumnya, BYD merupakan perusahaan otomotif yang bertransformasi dari perusahaan EV pemula menjadi salah satu produsen mobil di dunia dengan melakukan sebagian besar produksinya secara internal, yang memungkinkannya menekan biaya bahkan saat meluncurkan fitur-fitur mutakhir.

Penjualan kendaraan listrik murni dan hibrida plug-in tumbuh sepuluh kali lipat antara tahun 2020 dan 2024, menjadi 4,3 juta kendaraan, menjadikannya setara dengan General Motors dan Ford dalam hal penjualan global.

Namun, kini perusahaan menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang tak terbantahkan, terutama di pasar utamanya, China, yang menyumbang hampir 80 persen penjualannya dan berada di tengah perang harga yang sengit dan telah berlangsung bertahun-tahun.

BYD telah memperlambat produksi dan menunda ekspansi kapasitas di pabrik-pabriknya di China pada Juni.

Penjualan mobil ekonomis BYD, yang harganya di bawah 150.000 yuan (USD21.000) dan merupakan bagian terbesar dari penjualan domestiknya, turun 9,6 persen pada Juli dibandingkan tahun lalu, menurut analisis Reuters atas laporan keuangannya dan rincian penjualan oleh platform data otomotif China DATADIC.

Sebagai perbandingan, penjualan mobil Geely di segmen harga tersebut melonjak 90 persen secara tahunan (year-on-year) pada Juli.

Geely menaikkan target penjualan tahunannya untuk 2025 menjadi 3 juta kendaraan dari 2,71 juta, ungkap para eksekutifnya dalam konferensi pendapatan pada Agustus.

Sementara itu, produksi BYD turun untuk dua bulan berturut-turut pada Agustus, menandai kontraksi bulanan pertama secara berturutan sejak 2020.

(Febrina Ratna Iskana)

Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :