IDXChannel - Presiden Prabowo Subianto menjadi sorotan setelah menyampaikan pidatonya pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 di New York, Amerika Serikat (AS) pada Selasa (23/9/2025). Presiden Prabowo menyampaikan komitmennya terhadap ketahanan pangan, percepatan transisi energi hijau, serta berkontribusi aktif dalam menjaga perdamaian dunia.
Lebih lanjut, dalam langkah konkret menuju pengembangan sektor industri nasional yang berdaya saing, Presiden Prabowo turut menegaskan prinsipnya dalam mengatasi perubahan iklim melalui percepatan transisi energi hijau.
“Kami menargetkan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 dan kami yakin bisa mencapainya lebih cepat,” ungkapnya.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengatakan, pidato Prabowo itu sejalan dengan Perjanjian Paris tahun 2015, menegaskan prinsipnya mengatasi perubahan iklim melalui transisi energi hijau.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong transisi energi dan mempercepat dekarbonisasi pada sektor industri untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050, sepuluh tahun lebih cepat daripada target nasional. Upaya ini dilakukan mengingat bahwa sektor industri merupakan penyumbang emisi yang signifikan.
“Kemenperin telah menargetkan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050, untuk meraihnya, kami telah menetapkan strategi dekarbonisasi industri untuk mencapai industri hijau,” kata Menperin dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (24/9/2025).
Untuk mencapai hal itu, Kemenperin telah menyusun Peta Jalan Dekarbonisasi, penerapan Mekanisme Perdagangan Karbon, implementasi teknologi Carbon Capture Utilization (CCU), pembentukan Green Industry Service Company (GISCO), sertifikasi industri hijau, dan mendorong efisiensi dan prinsip keberlanjutan pada industri.
Terdapat sembilan sektor industri prioritas yang menjadi fokus percepatan dekarbonisasi, yaitu industri semen, industri pupuk, industri logam, industri pulp dan kertas, industri tekstil, industri kimia, industri otomotif, industri makanan dan minuman, serta industri otomotif.
Penetapan sektor prioritas tersebut mempertimbangkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan industri lainnya.
“Saat ini, kami tengah menyusun peta jalan dekarbonisasi untuk masing-masing sektor industri prioritas, kami harap transformasi rendah emisi dan industri ramah lingkungan dapat segera tercapai,” ujar Menperin.
Lebih lanjut, Menperin turut menegaskan dukungannya terhadap visi Presiden Prabowo lainnya yang disampaikan dalam pidato, seperti ketahanan pangan, perdamaian global, dan inovasi teknologi.
“Melalui hilirisasi industri agro, Kemenperin siap mendukung Indonesia menjadi lumbung pangan dunia,” tuturnya.
Kemenperin berkomitmen untuk terus mengintegrasikan nilai perdamaian, keberlanjutan, dan solidaritas global dalam strategi industrialisasi nasional. Menperin optimistis dengan kolaborasi dari lintas kementerian, pelaku industri, dan mitra internasional, dapat menjadi kekuatan industri yang tidak hanya menopang perekonomian nasional, tetapi juga berkontribusi nyata pada perdamaian dan kemakmuran dunia.
“Pesan Sekretaris Jenderal PBB dan Presiden Prabowo menjadi pengingat bahwa industrialisasi tidak boleh hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membawa misi kemanusiaan dan keberlanjutan,” pungkas Menperin.