IDXChannel - Pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang mengaku optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai level 36.000 dalam 5-10 tahun ke depan mendapat tanggapan dari para pakar pasar modal.
Menurut mereka, target tersebut realistis, asalkan didukung oleh kinerja fundamental yang kuat dari berbagai sektor ekonomi.
Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus menyetujui sektor infrastruktur industri akan menjadi salah satu pendorong utama, tetapi bukan satu-satunya.
Heri menilai, pencapaian target IHSG tersebut kemungkinan berkorelasi dengan target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, mungkin mencapai 8 persen.
"Mungkin dikorelasikan dengan pertumbuhan ekonomi ya. Target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, terus juga IHSG kita juga mungkin akan setara di 36.000 ya," ujar Heri dalam acara IDX Channel LinkUP Market Movers di Auditorium BEI, Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Namun, Heri menekankan berbagai sektor lain, seperti industri manufaktur, konstruksi, jasa, dan perbankan, juga harus berkontribusi secara signifikan.
Senada, Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada menyatakan, target harga apapun bisa saja ditetapkan, tetapi yang terpenting adalah faktor pendukungnya. Sebab, kenaikan harga saham yang tidak didukung oleh kinerja fundamental yang baik justru perlu dicermati.
"Kira-kira faktor pendukungnya apa nih supaya IHSG bisa mencapai level 36.000. Apakah tadi seperti yang disampaikan oleh mas Heri bahwa pertumbuhan ekonomi kita achieve enggak sampai dengan 8 persen? Terus kemudian kita punya nilai tukar rupiah," kata Reza.
Lebih lanjut Reza mencontohkan beberapa faktor krusial, seperti pertumbuhan ekonomi yang konsisten dan stabilnya nilai tukar rupiah.
Reza mempertanyakan apakah rupiah bisa ditargetkan mencapai Rp10.000 per dolar AS dalam beberapa tahun ke depan untuk mendukung target indeks tersebut.
Selain itu, Reza juga menyoroti peran saham-saham berkapitalisasi besar (market cap) yang saat ini masih terkonsentrasi di sektor perbankan.
Reza menantang apakah saham-saham seperti BBCA, yang harganya saat ini di kisaran Rp7.000, bisa mencapai Rp10.000 jika pertumbuhan kinerjanya masih single digit.
"Faktor-faktor atau persepsi itu yang harus kita lihat untuk mendukung kenaikan indeks itu sesuai dengan sentimen yang ada," ujar Reza.
(Dhera Arizona)