sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement
Saham Konglo Prajogo Cs Tumbang Imbas Kabar MSCI, Analis: Panic Selling Berlebihan
Saham Konglo Prajogo Cs Tumbang Imbas Kabar MSCI, Analis: Panic Selling Berlebihan
Saham Konglo Prajogo Cs Tumbang Imbas Kabar MSCI, Analis: Panic Selling Berlebihan
Saham Konglo Prajogo Cs Tumbang Imbas Kabar MSCI, Analis: Panic Selling Berlebihan
Market news editorTIM RISET IDX CHANNEL
28/10/2025 07:12 WIB

IDXChannel – Saham-saham konglomerat besar, terutama milik taipan Prajogo Pangestu, terpuruk pada perdagangan Senin (27/10/2025) dan menjadi penekan utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Penurunan tajam tersebut setelah pasar merespons negatif rencana MSCI yang tengah mempertimbangkan penggunaan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) untuk menghitung porsi free float saham.

Sentimen itu memicu kekhawatiran bahwa perubahan metodologi dapat menurunkan bobot sejumlah saham besar dalam indeks MSCI.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah 1,87 persen ke level 8,117,15, usai sempat tergelincir 3,78 persen di tengah sesi.

Saham-saham konglomerat besar menjadi penekan utama indeks pada perdagangan Senin (27/10), dengan kelompok usaha milik Prajogo Pangestu memimpin pelemahan. Aksi jual masif bahkan menyeret sejumlah saham Grup Barito hingga sempat menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) intraday 15 persen.

Saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) anjlok 9,34 persen ke Rp3.300 per unit, disusul PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang merosot 7,13 persen ke Rp2.030.

Tekanan juga menimpa PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang sempat ambruk 14,75 persen sebelum ditutup melemah 5,36 persen ke Rp1.765. Saham PT Petrosea Tbk (PTRO) tak luput dari aksi jual, turun 9,44 persen ke Rp6.475 setelah sempat menyentuh ARB.

Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sempat jatuh hingga 14,99 persen ke Rp7.800 pada sekitar pukul 11.00 WIB, tetapi berhasil memangkas penurunan dan ditutup turun 3,00 persen ke Rp8.900. Di sisi lain, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menjadi satu-satunya saham Prajogo yang mampu bertahan di zona hijau, naik 1,72 persen.

Pelemahan juga meluas ke saham konglomerat lain. Saham PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE) milik Hermanto Tanoko tersungkur hingga ARB ke Rp10.725 per unit setelah reli tajam beberapa hari terakhir.

Dari Grup Sinarmas, saham energi PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) jatuh 12,83 persen, sementara saham teknologi PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) milik Grup Lippo merosot 12,65 persen.

Tak ketinggalan, saham-saham Grup Salim turut tertekan. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) melemah 6,19 persen dan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) turun 2,43 persen, ikut memperdalam koreksi indeks pada awal pekan ini.

Aksi Jual Panik

Analis Trimegah Sekuritas, Kharel Devin Fielim, menilai kejatuhan tajam saham-saham konglomerat pada awal pekan ini lebih dipicu kepanikan sesaat di pasar.

Panic selling [aksi jual panik] berlebihan aja karena retail-retail panik,” ujarnya, Senin (27/10/2025).

Senada, pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai kepanikan yang melanda pasar pada Senin siang sebenarnya berlebihan.

Ia menekankan bahwa rencana perubahan metodologi free float oleh MSCI masih bersifat awal dan belum memiliki kepastian penerapan.

“Kepanikan [Senin] pagi berlebihan, karena dalam notulen kebijakan ini belum final,” katanya, Senin (27/10).

Ia menjelaskan, MSCI baru sebatas mewacanakan kebijakan tersebut dan masih membuka ruang bagi masukan dari para partisipan pasar.

“Hanya ada wacana yang masih memerlukan pendapat market participant, yang akan diberikan pengumuman resmi 31 Januari 2026,” tuturnya.

Michael menegaskan, wacana ini tidak akan memengaruhi proses index review pada November mendatang.

“Sebenarnya, dalam review periode November ini, BREN dan BRMS yang menjadi kandidat kuat tidak akan terpengaruh sama sekali terhadap perhitungan ini,” ujarnya menambahkan.

Kharel juga menilai, gejolak pasar saat ini tidak mengubah peluang dua emiten unggulan tetap masuk dalam daftar peninjauan MSCI. “BRMS masih. Kalau BREN tetap berpeluang kok,” katanya.

Sementara, Founder WH Project, William Hartanto, menilai penurunan tajam saham konglomerat pada awal pekan ini masih tergolong wajar.

“Wajar, karena jadi ada ketidakpastian lagi di pasar,” ujar William, Senin (27/10).

Meski demikian, ia menilai tekanan yang terjadi belum mengubah arah utama pergerakan saham-saham konglomerat. “Tapi penurunan seperti ini masih dalam batas aman,” katanya.

William menambahkan, peluang penguatan masih terbuka di tengah volatilitas yang terjadi.

“Sejauh ini, bisa dikatakan tren saham konglomerat belum berakhir. Masih ada peluang penguatan,” imbuh dia.

MSCI Pertimbangkan Gunakan Data KSEI

MSCI tengah menjajaki penggunaan laporan Monthly Holding Composition milik Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai referensi tambahan dalam menghitung porsi free float saham emiten Indonesia. Rencana ini masih dalam tahap konsultasi dengan para pelaku pasar.

Mengutip penjelasan Stockbit Sekuritas, selama ini, BEI hanya mewajibkan emiten melaporkan pemegang saham dengan kepemilikan minimal 5 persen.

Sementara itu, data KSEI mencakup kepemilikan di bawah 5 persen serta klasifikasi pemegang saham, sehingga dinilai dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai struktur kepemilikan saham.

Dalam usulannya, MSCI berencana menentukan estimasi free float berdasarkan nilai terendah antara hasil perhitungan yang mengikuti metodologi MSCI dan estimasi yang menggunakan data KSEI. Dalam estimasi berbasis KSEI, saham script serta kepemilikan oleh korporasi dan kategori ‘others’ (lokal maupun asing) akan diklasifikasikan sebagai non-free float.

Sebagai alternatif, MSCI mengusulkan estimasi free float berdasarkan data KSEI, yaitu dengan mengklasifikasikan saham script dan kepemilikan 'korporasi' (tanpa menghitung ‘others’) sebagai non-free float.

MSCI akan menerima masukan hingga 31 Desember 2025 dan mengumumkan hasil konsultasi sebelum 30 Januari 2026. Jika disetujui, perubahan metodologi tersebut akan diterapkan pada index review Mei 2026. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :