sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement
Sentimen Trump Masih Dominan, Rupiah Berhasil Menguat ke Rp16.294 per USD
Sentimen Trump Masih Dominan, Rupiah Berhasil Menguat ke Rp16.294 per USD
Sentimen Trump Masih Dominan, Rupiah Berhasil Menguat ke Rp16.294 per USD
Sentimen Trump Masih Dominan, Rupiah Berhasil Menguat ke Rp16.294 per USD
Market news editorAnggie Ariesta
04/06/2025 15:48 WIB

IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) menguat tipis pada penutupan perdagangan Rabu (4/6/2025). Mata uang Garuda menguat 14 poin atau sekitar 0,09 persen ke level Rp16.294 per USD.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan penguatan rupiah dipicu oleh para pelaku pasar yang mempertanyakan dampak ekonomi dari kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menggandakan tarif pada baja dan aluminium.

Data penggajian nonpertanian yang akan dirilis Jumat ini akan memberikan lebih banyak petunjuk.
 
"Beberapa pejabat Gedung Putih mengisyaratkan bahwa Trump dan Presiden China Xi Jinping akan mengadakan panggilan telepon minggu ini, meskipun tidak ada rincian yang diberikan mengenai kapan panggilan telepon tersebut akan dilakukan," kata Ibrahim dalam risetnya, Rabu (4/6/2025). 
 
Namun, berita tentang potensi dialog tersebut memicu harapan pembicaraan perdagangan AS-China akan meningkat, terutama setelah pejabat AS mengakui negosiasi telah terhenti dalam beberapa minggu terakhir. 

Pasar berharap kesepakatan perdagangan yang lebih permanen, setelah Washington dan Beijing sepakat menurunkan tarif perdagangan mereka untuk sementara waktu pada Mei.
 
Meningkatnya aksi militer antara Rusia dan Ukraina di mana Ukraina melancarkan serangkaian serangan dahsyat terhadap Rusia, yang terbaru adalah ledakan bawah laut yang menargetkan jembatan yang menghubungkan Rusia dengan Krimea.


Selain itu, beberapa pejabat Federal Reserve yang menegaskan kembali bahwa suku bunga akan tetap tidak berubah dalam waktu dekat.

Dari dalam negeri, Organisation for Economic Co-operation and Development atau OECD lagi-lagi memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,2 persen dari 4,9 persen menjadi 4,7 persen pada 2025. 

Pemangkasan ini merupakan kedua kalinya yang dilakukan OECD sepanjang tahun ini usai revisi ke bawah 0,3 persen, dari 5,2 persen menjadi 4,9 persen. 
 
Sementara dalam laporan terbarunya, OECD Economic Outlook June 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan melambat dalam waktu dekat. 

Pertumbuhan PDB riil diperkirakan akan melambat menjadi 4,7 persen pada tahun 2025 sebelum sedikit meningkat menjadi 4,8 persen pada 2026.
 
Melemahnya sentimen bisnis dan konsumen baru-baru ini di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal dan biaya pinjaman yang tinggi akan membebani konsumsi dan investasi swasta pada paruh pertama 2025. 

Seiring dengan kondisi keuangan yang berangsur-angsur mereda, inflasi tetap berada dalam kisaran target bank sentral.


 
Sementara itu, permintaan domestik diperkirakan akan meningkat secara bertahap pada paruh kedua 2025 dan 2026.  

OECD turut menyoroti meningkatnya ketegangan perdagangan global baru-baru ini dan penurunan harga komoditas diperkirakan membebani permintaan eksternal dan pendapatan ekspor.  
 
Ekonomi Indonesia berisiko tumbuh lebih rendah dari harapan pemerintah karena arus keluar modal yang terus-menerus, didorong ketidakpastian kebijakan global dan domestic.

Hal ini dapat memberikan tekanan baru pada mata uang, yang berpotensi menyebabkan pelebaran defisit transaksi berjalan untuk sementara waktu dan memicu inflasi melalui biaya impor yang lebih tinggi.

Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.250-Rp16.300 per USD.

(NIA DEVIYANA)

Baca Berita
Dengarkan Selanjutnya :