Agar Devisa Tak Kabur ke Luar Negeri, Perbankan Diminta Beri Suku Bunga Menarik
Langkah Bank Indonesia (BI) bakal menerbitkan instrumen operasi moneter valuta asing (valas) mendapat apresiasi dari Ekonom.
IDXChannel - Langkah Bank Indonesia (BI) bakal menerbitkan instrumen operasi moneter valuta asing (valas) mendapat apresiasi dari Ekonom. Kebijakan tersebut dilakukan bank sentral agar dapat mengamankan devisa hasil ekspor (DHE) agar lebih lama terparkir di Indonesia.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede mengungkapkan, selama ini, eksportir lebih memilih memarkirkan dananya lebih lama di Singapura, lantaran suku bunga valas yang ditawarkan lebih menarik.
Oleh sebab itu, Josua berharap, dengan diterbitkan instrumen tersebut oleh BI, perbankan juga dapat memberikan suku bunga yang kompetitif kepada para eksportir.
Sehingga BI tidak secara langsung memberikan insentif kepada eksportir, melainkan nantinya operasi moneter valas itu yang akan ditransmisikan kepada perbankan, supaya perbankan dapat menawarkan suku bunga yang lebih kompetitif.
"Sehingga pada akhirnya eksportir pun dengan pertimbangan itu, dia akan lebih memiih untuk menempatkan dananya di perbankan nasional," imbuh Josua.
Sebelumnya, Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan ini dilakukan dengan memberikan imbal hasil yang kompetitif dibandingkan dengan yang diterima eksportir jika menaruh devisa hasil ekspornya di luar negeri.
Tentunya instrumen kebijakan moneter ini akan dilakukan berdasarkan mekanisme pasar yang transparan disertai dengan pemberian insentif kepada bank.
"Sebagian besar devisa hasil ekspor SDA (sumber daya alam) telah masuk di dalam negeri, masalahnya bagaimana ini bisa di dalam negeri lebih lama. Karena itu, kami menerbitkan instrumen operasi moneter valas yang baru," ujarnya.
Dia menjelaskan, melalui instrumen operasi moneter valas yang baru ini, perbankan dapat meneruskan simpanan dari devisa hasil ekspor para eksportir ke BI dengan mekanisme pasar dan imbal hasil yang menarik.
“Misalnya untuk tenor 1 bulan, rata rata suku bunga di luar negeri 3,7 persen, supaya menarik investor daripada simpan di luar negeri, simpan saja di Indonesia karena tetap mendapatkan (imbal hasil) 3,7 persen,” jelasnya.
Perry menambahkan, BI akan melakukan lelang dengan menawarkan term deposit valas (TDV), di mana pemenang lelang akan mendapatkan imbal hasil sekitar 3,75-4 persen. Namun, besaran imbal hasil ini tergantung bidding dari perbankan, sehingga perbankan bisa mendapatkan spread dari para eksportir.
"(Imbal hasil) dari BI tergantung pemenang lelangnya 3,75-4 persen yang akan dapatkan spread," kata Perry.
Dia menjamin, selama proses tersebut, mekanisme yang dijalankan akan transparan, kompetitif, dan terbuka bagi seluruh bank dan eksportir.
Dengan adanya instrumen baru ini, BI berharap, para eksportir akan menahan devisa hasil ekspornya di perbankan lebih lama satu sampai tiga bulan. Dengan demikian, stabilitas nilai tukar rupiah dan pemulihan ekonomi nasional akan semakin kuat.
"Kami meyakini ini akan semakin meningkatkan pasokan valas di dalam negeri dan mendukung stabilitas makro ekonomi dan PEN karena perbankan likuiditasnya juga akan bertambah baik," pungkasnya.
(FAY)