Akankah The Fed Akhiri Kenaikan Suku Bunga Pasca FOMC Mei?
Pasar masih menanti keputusan The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan secara lebih lanjut pada Rabu (3/5).
IDXChannel - Pasar masih menanti keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) dalam menaikkan suku bunga acuan secara lebih lanjut pada Rabu waktu setempat (3/5/2023).
Untuk kedua kalinya tahun ini, The Fed bersiap untuk menaikkan suku bunga tepat setelah kegagalan bank beruntun yang menimpa negeri Paman Sam.
Dalam hal ini, keputusan rapat FOMC The Fed akan Rabu (3/5/2023) waktu AS atau Kamis (4/5) dini hari waktu Indonesia akan datang hanya dua hari setelah runtuhnya First Republic Bank, kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS.
Seperti Silicon Valley Bank dan Signature Bank, kegagalan First Republic Bank dipicu oleh kampanye kenaikan suku bunga bank sentral selama setahun yang terkesan hawkish.
Tingkat suku bunga The Fed telah naik 475 basis poin sepanjang tahun hingga Maret 2023. Saat ini tingkat suku bunga The Fed berada pada kisaran 4,75% hingga 5%.
Pasar Masih Menanti
Banyak hal bergantung pada hasil pertemuan kebijakan moneter The Fed hari ini.
Di era suku bunga tinggi, ketika suku bunga naik, investasi yang dilakukan bank, terutama alokasi untuk obligasi jangka panjang mengalami devaluasi. Kondisi ini membuat pemberi pinjaman harus merugi miliaran dolar.
Di samping itu, harap-harap cemas pasar membuat sebagian besar mata uang Asia merayap lebih tinggi pada perdagangan Rabu (3/5/2023). Sementara dolar melemah tipis karena pasar masih menanti kenaikan suku bunga The Fed.
Sementara itu, pasar saham Asia turun tipis dalam perdagangan Rabu. Ini karena investor juga masih mencermati tanda-tanda pelunakan ekonomi AS, dan drama perbankan regional AS, serta menjelang kenaikan suku bunga.
Indeks Hang Seng turun 1,52%, sementara IHSG turun 1,12% jelang penutupan perdagangan hari ini. Sementara indeks Strait Times Singapura turun 0,73%.
Sebanyak 87% investor meyakini The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, menurut CME FedWatch Tool. Kenaikan ini akan diikuti oleh pemotongan tingkat suku bunga di akhir tahun, meskipun biaya pinjaman diproyeksikan akan tetap di sekitar level saat ini sampai akhir tahun.
Jika investor benar, analisis ahli strategi Goldman Sachs memproyeksi pasar mungkin akan mendapatkan lebih banyak keuntungan.
Sebagai contoh, dalam enam siklus kenaikan suku bunga sejak 1984, S&P 500 telah membukukan pengembalian rata-rata tiga bulan sebesar 8% mengikuti tingkat dana puncak.
Menanggapi pertemuan The Fed, sebuah kelompok yang dipimpin oleh beberapa anggota parlemen Demokrat terkemuka menyerukan bank sentral agar menghentikan kenaikan suku bunga untuk menghindari risiko terlalu banyak kerusakan ekonomi negeri Paman Sam.
Sebanyak 10 senator dan perwakilan, dipimpin oleh Senator Elizabeth Warren dari Massachusetts dan Perwakilan Pramila Jayapal dari Washington dan Brendan Boyle dari Pennsylvania, menyatakan keprihatinan mereka tentang strategi kebijakan moneter The Fed dan potensinya untuk membuat jutaan orang Amerika kehilangan pekerjaan. Hal ini tertuang dalam surat resmi pada kepada Ketua The Fed Jerome Powell, Senin (1/5/2023).
Akankah Kenaikan Suku Bunga Berlanjut?
Mei diharapkan menjadi bulan terakhir di tahun ini untuk kenaikan suku bunga. Namun, melihat serangkaian data ekonomi AS, nampaknya keyakinan tersebut masih diragukan pasar.
“The Fed sempat ingin menjadikan Mei sebagai bulan kenaikan terakhir suku bunga. Namun, setelah data ekonomi AS rilis, The Fed juga menginginkan opsi untuk kembali menaikkan suku bunga pada bulan Juni," tulis Skanda Amarnath dari Employ America dalam sebuah catatan.
Meskipun The Fed dapat membuka pintu untuk kenaikan tambahan, langkah itu dapat menyebabkan penurunan kinerja ekonomi negeri Paman Sam.
Inflasi AS masih tinggi namun kenaikan suku bunga juga telah membuat perbankan lebih ketat dalam menyalurkan kredit.
"Saya pikir Fed masih belum benar-benar yakin apakah krisis perbankan akan menyebabkan pengetatan kondisi kredit yang sangat besar yang akan membantu pertempuran inflasi mereka,” kata Jan Groen, kepala strategi makro AS di TD Securities.
“Ada kekhawatiran apakah The Fed dapat menyeimbangkan resesi dan inflasi tinggi yang tidak terkendali dengan tindakannya. Jika kita tidak melihat kejutan apa pun dari The Fed dan suku bunga dinaikkan sebesar 25 basis poin, pasar keuangan tradisional kemungkinan besar tidak akan bereaksi banyak karena kenaikan harga sudah terjadi,” kata Ruslan Lienkha, Kepala Pasar di YouHodler. (ADF)