BANKING

Bangun Data Platform Digital, BI Kembangkan Digital ID

Taufan Sukma/IDX Channel 25/08/2022 17:36 WIB

BI tengah mengembangkan Digital ID untuk membangun pergudangan data platform digital BI secara nasional demi mewujudkan peran bank sentral digital di masa depan

Bangun Data Platform Digital, BI Kembangkan Digital ID (foto: MNC Media)

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) terus berinovasi dan bertransformasi guna menyesuaikan diri dengan gelombang digitalisasi yang terjadi di industri jasa keuangan. Tak terkecuali di sektor perbankan.

Terbaru, BI tengah mengembangkan Digital ID untuk membangun pergudangan data platform digital BI secara nasional demi mewujudkan peran bank sentral digital di masa depan.

"Tentu saja, fokus kami dalam hal ini adalah pada data sistem pembayaran bank sentral, yang akan menjadi bagian dari data nasional," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam Konferensi Internasional Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB) ke-16, di Jakarta, Kamis (25/8/2022).

Menurut Perry, bank sentral kini sedang mengembangkan data terkait sistem pembayaran, pasar uang, dan lain-lain yang dibutuhkan untuk pergudangan data digital tersebut. Melalui kompilasi data yang telah terkumpul tersebuut, nantinya uang digital dan uang primer bisa dihitung dengan lebih cepat dan tepat.

"Kecepatan tersebut merupakan kebutuhan yang penting, lantaran ke depan perbankan akan memiliki dua rekening di bank sentral, yaitu rekening standar dan rekening digital," tutur Perry.

Selain itu, Perry menjelaskan, Digital ID nantinya akan bisa mengembangkan pengganda uang (money multiplier), uang beredar dalam arti sempit (M1), serta uang beredar dalam arti luas (M2 dan M3) dalam segmen ekonomi.

"Lewat Digital ID nasional, maka sebenarnya kita bisa menganalisa perbedaannya. Dulu kami masih menggunakan excel ekonometrika. nah sekarang menggunakan big data, analisis data, dan ilmuwan data," ungkap Perry.

Dengan demikian, lanjutnya, kebijakan moneter nasional yang diambil akan lebih efektif, begitu pula dengan kebijakan makroprudensial dan kebijakan sistem pembayaran di bank sentral. Namun demikian, meski lebih efektif, tetap ada risiko stabilitas moneter, stabilitas keuangan dan risiko sistemik operasional yang pada dasarnya merupakan risiko utama di dunia siber.

"Risiko operasional akan menjadi risiko baru yang harusnya lebih besar dari risiko stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan. Ini yang akan kita jawab dengan keberadaan Digital ID," tegas Perry. (TSA)

SHARE