Bank Indonesia Komit Perkuat UMKM Lokal untuk Dorong Ekonomi Sulawesi Utara
Bank Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat pelaku UMKM demi memacu pertumbuhan ekonomi wilayah Sulawesi Utara.
IDXChannel - Bank Indonesia (BI) terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) demi memacu pertumbuhan ekonomi wilayah Sulawesi Utara. UMKM yang didorong yakni kain tradisional Indonesia (wastra) hingga kopi.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Joko Supratikto mengatakan, perkembangan UMKM di Sulawesi Utara ini terbilang positif, terlebih setelah pandemi 2020 silam.
"Terkait dengan perkembangan, sekarang di Sulawesi Utara itu tercatat sekitar 390.000 UMKM," kata Joko saat ditemui di Manado, Senin (24/11/2025).
Dia menambahkan, Bank Indonesia membina UMKM dengan tiga langkah, yakni people-nya, proses dan produknya.
"People adalah bagaimana supaya dia sanggup bagi masyarakat. Dari sisi prosesnya, bagaimana dia berporeses untuk menghasilkan produk yang konsisten. Dari bahan-bahannya, dari segalanya konsisten. Kemudian dari produknya itu dari sisi kualitas, bagaimana menciptakan produk yang berkualitas," kata Joko.
"Kalau terkait dengan wastra, itu adalah kerjainan yang tradisional tetapi diterima oleh masyarakat, diterima oleh pasar," lanjutnya.
Lebih lanjut Joko mengatakan, Bank Indonesia sudah memetakan masalah atau kendala yang dialami oleh UMKM. Mulai masalah kapasitas produksi, terkait dengan masalah produknya itu sendiri, kualitas produknya, masalah bahan bakunya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara Joko Supratikto saat mengunjungi UMKM binaan Bank Indonesia di Manado (Nur Ichsan Yuniarto/IDXChannel)
"Dan juga masalah ekonomi, kemudian juga masalah tadi yang ekspor mahal, Masalah pengangkutan, masalah uang distribusinya, serta terkait dengan ada juga masalah pembiayaan," katanya.
Joko mengatakan, UMKM memang bagian dari kegiatan ekonomi yang terus berkembang. Menurutnya, lebih dari 90 persen usaha di Sulawesi Utara itu UMKM.
"Makanya penyerapan tenaga kerja sebenarnya di situ," katanya.
Meski begitu dia menyarankan agar UMKM di Sulut bisa meningkatkan omzet penjualan.
"Karena terutama gini, Sulawesi Utara ini kan pariwisata, itu yang menjadi prioritas. UMKM itu bisa sangat menjadi pendukung pariwisata. Ketika pariwisata berkembang, pasti UMKM-nya akan berkembang," kata Joko.
"Baik itu dari wastranya, terutama makan minumnya, itu akan mendorong ke sana. Sehingga nanti diharapkan juga, ketika ada dorongan dari UMKM-nya, baik UMKM makanan, wastra, kerajinan, pariwisata, itu akan mendorong perkembangan ekonomi di Sulawesi Utara," kata Joko.
Sementara itu, salah satu UMKM binaan Bank Indonesia, Zabay Collection Batik konsisten menyumbang peningkatan ekonomi di Sulut.
Owner Zabay Collection Batik, Mariani Montu mengatakan, usaha wastra ini berdiri di tahun 2006. Dia bergabung menjadi binaan Bank Indonesia di tahun 2017.
Zabay memulai dengan aneka kerajinan dari kayu, batok kerang kerangan, cengkih. Pada 2016 mereka mulai lebih spesifik ke desain motif batik.
"Setelah menjadi binaan Bank Indonesia kami lebih terarah, lebih fokus. Manajemennya diatur, jadi lebih efisien, uangnya lebih terasa, itu intinya. Kami nggak macem-macem, pokoknya kami harus merasakan uangnya," kata Mariani saat ditemui di Manado.
Mariani membeberkan pelatihan hingga bantuan yang diberikan oleh Bank Indonesia. Saat itu dia diajak terbang dari Manado menuju Madura, Jawa Timur.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara Joko Supratikto saat mengunjungi UMKM binaan Bank Indonesia di Manado (Nur Ichsan Yuniarto/IDXChannel)
"Saya diajak ke Surabaya, dibawa ke Madura, tempat batik itu. Dari situ saya akhirnya tahu cara membatik, mencanting, itu saya lebih tahu," katanya.
Setelah bisa membatik dan mencanting, akhirnya Mariani melakukan produksi. Tak lama, Bank Indonesia membantu memasarkan produksi batik yang diklaim asli dari Sulawesi Utara ini. Dia merasakan betul hasil dari pendampingan Bank Indonesia.
"Artinya kalau tidak didamping itu, kami tidak tahu arah kami itu ke mana, satu. Terus kami tidak tahu manage finansial seperti apa. Pemasaran juga kami nggak tahu, kemudian mereka serius mengajari," katanya.
"Makanya saya terima kasih sama Bank Indonesia, aduh luar biasa," katanya.
Wastra Bentenan Tertua di Sulawesi Utara
Selain Zabay Collection Batik, ada juga Mitra Bank Indonesia Sulawesi Utara yang bergerak di wastra, yakni Krisma Kain Bentenan.
"Kami Mitra Bank Indonesia yang bergerak dalam pelestarian wastra kain tenun, terlebih khususnya wastra kain bentenan, khas Sulawesi Utara," kata Manager Krisma Kain Bentenan, Mark Sahuleka.
Mark mengatakan, kain bentenan ini sudah ada sekitar 20 tahun lalu tepatnya tahun 2005. Waktu itu masih dengan nama Himsa, lalu di tahun 2009 berubah nama jadi Karema. Dan itu yang sangat terkenal di masyarakat sekarang namanya adalah Karema.
"Di tahun 2020 kami rebranding menjadi Krisma Kain Bentenan. Sebenarnya itu juga menjadi bisa dibilang unit usaha yang bergerak dalam bidang luxury. Jadi kami lebih fokus ke dalam produk-produk yang luxury, yang memang masuk di tier premium," kata dia.
Mitra Bank Indonesia Sulawesi Utara yang bergerak di wastra, yakni Krisma Kain Bentenan. (Nur Ichsan Yuniarto/IDXChannel)
"Kami sudah berdiri sekarang 20 tahun, mungkin sebagai pelestari wastra tertua di Sulawesi Utara saat ini," katanya.
Meski begitu, dirinya baru bekerja sama dengan Bank Indonesia di tahun 2023.
"Waktu itu ada Ekonomi Kreatif Indonesia, fashion show, itu penyelenggaranya Bank Indonesia. Mengundang kami untuk pertama kali ikut acara fashion show. Namun kerja sama ini sangat-sangat membantu dalam segi ekonomi itu justru terjadi di tahun 2025 ini," kata Mark.
"Di sini Bank Indonesia mulai memesan produk-produk kain bentenan, mulai dari kain tenun, produk baju jadi. Jadi itu berlangsung secara intensif di tahun 2025 ini," katanya.
Mark menambahkan, yang menjadi ciri khas kain bentenan itu sejatinya adalah dari motif.
"Jadi motif ini adalah filosofi hidup masyarakat Sulawesi Utara dari dua abad yang lalu. Dari sembilan suku-suku etnis di Sulawesi Utara, masing-masing motif ini merepresentasikan budaya, world view, dan juga cara mereka menjalani kehidupan pada masanya," katanya.
Mitra Bank Indonesia Sulawesi Utara yang bergerak di wastra, yakni Krisma Kain Bentenan. (Nur Ichsan Yuniarto/IDXChannel)
Untuk motif yang paling khas, kata dia, itu sebenarnya motifnya itu kayu upatola.
"Kayu upatola itu yang dipakai oleh Pak Presiden Prabowo Sudianto untuk acara Natal Nasional. Jadi motifnya ini dipakai di acara Natal Nasional 2024 lalu, dan motif ini itu melambangkan geometris persemakmuran," kata Mark.
Mark mengatakan, pemasaran kain tenun khas Sulawesi Utara ini dibantu juga oleh Bank Indonesia.
"Melalui proses konsinyasi, jadi kami dibantu dengan pemasaran oleh Bank Indonesia Sulawesi Utara dan Bank Indonesia Pusat," kata dia.
Selain itu, dia juga merasakan kemudahan pembayaran digital dari Bank Indonesia yakni QRIS. Menurutnya, digitalisasi ini sangat membantunya untuk melancarkan transaksi.
"Kami ini kan sekarang bisa dibilang cakupan demografinya cukup luas ya, mulai juga dari wisatawan mancanegara sampai wisatawan lokal. Jadi kami menerima semua macam jenis pembayaran. Ada QRIS terlebih lagi yang cukup luas digunakan, itu sangat memudahkan kami," kata dia.
Dukungan Bank Indonesia untuk Kemajuan Kopi Sulawesi Utara
Selain wastra, Bank Indonesia juga turut memajukan usaha kopi di Sulawesi Utara. UMKM bernama Elmonts Coffee Tomohon ini didukung penuh oleh Bank Indonesia.
Owner Elmonts Coffee Tomohon, Almontana Stefanus Maesa Paat mengatakan, dia memilih berbisnis kopi sejak pulang merantau dari Jepang. Atas ketekunannya, beberapa tahun kemudian usahanya digandeng oleh Bank Indonesia.
"Itu selepas kita pulang dari negeri seberang, negeri sakura Jepang. Basisnya saya pekerja di Jepang dan tertarik di kopi itu mulai tahun 2015," kata Almontana.
Almontana menambahkan, bergabungnya usaha kopi miliknya menjadi binaan UMKM binaan Bank Indonesia berawal saat ada perekrutan petani unggulan Bank Indonesia beserta Wira Usaha Unggulan Bank Indonesia.
UMKM Binaan Bank Indonesia Elmonts Coffee Tomohon (Nur Ichsan Yuniarto/IDXChannel)
"Kemudian pada 2020 kita mulai pelatihan. Itu kita programnya tiga bulan sekali pertemuan, dan sekali pertemuan itu bisa empat hari, enggak pulang-pulang. Dari situ Bank Indonesia banyak ngelatih," katanya.
Pria yang kerap disapa Monchi ini mengatakan, pelatihan pertama yang paling penting yakni mindset. Di sana dirinya diajarkan bagaimana menjadi seorang Wira Usaha yang Mandiri.
"Saya ikut dua pelatihan. Habis dari pertanian, langsung sambung ke UMKM. Nah, UMKM mindset-nya tentang gimana soal menentukan harga pokok penjualan (HPP) sebagai UMKM," katanya.
"Banyak yang cuma asal punya uang, tapi langsung bikin kafe tanpa harus tahu ini hitungan HPP-nya sebenarnya berapa. Baru margin-nya kita dapet berapa. Kemudian legalisasi usaha, misalnya seperti yang simple-simple NIB-nya seperti apa kita bikin," kata dia.
Dia melanjutkan, setelah mendapat pelatihan HPP, kemudian masuk ke soal marketing. Dirinya mendapatkan pengetahuan Search Engine Optimization (SEO) basic.
"Justru karena program itu, memang dari awal kita enggak pake plang iklan atau papan iklan di mana-mana. Dan kita cuma bermodalkan Google Business, Instagram, Facebook. Tapi ketika dapet pembelajaran Search Engine itu, ketika kita masukin ke Google Business, manfaatnya luar biasa," kata dia.
Demi memasarkan kopi unggulannya, Monchi harus terus berkembang dengan digitalisasi. Salah satu caranya dengan memasarkan kopi di e-commerce dan sosial media.
"Ada e-commerce, ada di Facebook juga. Tapi sekarang lebih intens justru banyak yang order di Instagram," katanya.
Selain digitalisasi di pemasaran, Bank Indonesia juga membantu kemudahan dalam pembayaran, salah satunya QRIS.
"Kita sekarang lebih banyak tinggal scan handphone, QRIS handphone gitu, jadi lebih mudah," katanya.
Meski begitu, dia meresa kerepotan saat wisatawan mancanegara membayar dengan mata uang dolar.
"Kadang kita itu kerepotan di saat orang mau bayar dolar. Atau misalnya ada beberapa turis, atau yang dari Jepang juga datang, kalau rupiahnya nggak cukup, mereka bayarnya pakai yen atau dolar," katanya.
Terbaru, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (KPw BI Sulut) melakukan penyerahan dukungan penyediaan sarana dan prasarana Program Implementasi Kebijakan Ekonomi-Keuangan Daerah (PI-KEKDA) Bank Indonesia ke kelompok tani Tuur Ma'asering.
Dukungan yang berikan KPw BI Sulut berupa rumah produksi, kemudian juga alat-alat pertanian untuk mendukung kinerja pembuatan kopi mulai dari hulu sampai hilir. Diharapkan melalui dukungan ini akan meningkatkan produktivitas dan kualitas serta nilai tambah dari produk kopi yang dibuat oleh kelompok Gapoktan Tuur Ma'asering.
"Bank Indonesia sangat membantu. Di skala ilmu, dan juga skala infrastruktur pertanian. Saat ini Bank Indonesia sedang membantu juga kami untuk membuatkan greenhouse untuk penjemuran kopi," katanya.
"Mudah-mudahan tahun depan semuanya sudah lengkap, ada greenhouse, dan panen raya tahun depan. Sangat bersyukur dan berterima kasih untuk kepala-kepala BI yang sebelumnya, sampai yang saat ini yang masih bisa melihat pergerakan kami di dunia kopi," kata Monchi.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, Renold Asri membeberkan strategi untuk mendorong industri dan ekosistem kopi dapat meningkat.
"Salah satu caranya beberapa kali kami mengadakan kegiatan event lomba, misalnya lomba manual brew ya kita adakan lomba manual brew dengan mengundang semua barista-barista yang unggulan ya di seluruh Sulawesi Utara. Diharapkan itu menumbuhkan minat bagi barista-barista baru untuk mau memulai usaha kopi," kata Renold.
UMKM Binaan Bank Indonesia Elmonts Coffee Tomohon (Nur Ichsan Yuniarto/IDXChannel)
Selain itu, kata Renold, Bank Indonesia juga memberikan bantuan program implementasi kebijakan ekonomi keuangan daerah.
"Bentuknya adalah kita memberikan dukungan berupa bantuan sarana-sarana pertanian buat kelompok tani, hutan, maasering. Jadi bentuk bantuannya dalam bentuk rumah produksi, kemudian juga alat-alat untuk mendukung kinerja pembuatan kopi mulai dari hulu sampai hilir," katanya.
Diharapkan dengan bantuan ini akan meningkatkan produktivitas dan kualitas serta nilai tambah dari produk kopi yang dibuat oleh kelompok tani, hutan, maasering.
(Nur Ichsan Yuniarto)