BANKING

Bebaskan Pelaku Usaha dari Jerat Rentenir, BRI Kembangkan Holding Ultra Mikro

Kunthi Fahmar Sandy 24/10/2022 19:27 WIB

Inisiatif Holding Ultra Mikro (UMi) menjadi inovasi perseroan untuk menyasar kalangan masyarakat unbankable dan meningkatkan inklusi keuangan.

Bebaskan Pelaku Usaha dari Jerat Rentenir, BRI Kembangkan Holding Ultra Mikro (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Bank Rakyat Indonesia (BRI) terus mengembangkan kegiatan Holding Ultra Mikro (UMi), demi bebaskan pelaku usaha dari jerat rentenir.

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menyampaikan inisiatif Holding Ultra Mikro (UMi) menjadi inovasi perseroan untuk menyasar kalangan masyarakat unbankable dan meningkatkan inklusi keuangan.

Holding UMi juga menargetkan mereka yang sekarang ada di rentenir. Betapa tidak efisiennya mereka bayar bunga 500% setahun. Bagaimana jika mereka kita mudahkan aksesnya, masuk ke lembaga keuangan formal, maka mereka akan menambah margin. Mereka akan lebih kuat modalnya. Mereka akan punya kapasitas yang lebih besar,” ujar Direktur Bisnis Mikro BRISupari, dikutip dari laman resmi BRI, Senin (24/10/22).

Data riset yang dilakukan oleh pihak BRI, menunjukan bahwa masih ada sekitar 5 juta (usaha mikro) yang dilayani rentenir dengan bunga tinggi, ada 7 juta yang larinya ke keluarga dan kerabat. Ada juga 18 juta yang belum tersentuh keuangan formal.

Sebanyak total 30 juta pelaku ini yang akan menjadi target nasabah dari Holding UMi. Pada tahap selanjutnya, Holding UMi diproyeksikan akan mampu melayani total 45 juta nasabah.

Supari menambahkan terdapat tiga strategi quick wins untuk mensukseskan target nasabah Holding Ultra Mikro (Umi).

“Pertama, integrasi layanan antara BRI, Pegadaian, dan PNM melalui co-location Sentra Layanan Ultra Mikro. Kedua, tenaga pemasar yang aktif mendampingi dan mendorong pelaku usaha ultra mikro untuk meningkatkan skala bisnisnya”, ujar Supari.

“Kemudian yang ketiga adalah, kita menjadi puny  z a data yang sangat besar dari tiga entitas sebesar 25 juta. Hal ini bisa digunakan untuk meningkatkan kebutuhan literasi pemberdayaan”, pungkas Supari.

(Penulis Bayu R magang)

 

(SAN)

SHARE