BI Diramal Naikkan Suku Bunga Lagi 75 Bps di Sisa Tahun 2022
BI diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan dengan total 75 bps di November dan Desember 2022.
IDXChannel - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) pada November dan Desember 2022 dengan total sebesar 75 basis poin (bps).
Senior Economist DBS Group Research, Radhika Rao memproyeksikan inflasi akan mencapai rata-rata hingga 6,5% sampai dengan akhir tahun. Prediksi ini menghitung dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang masih berlanjut.
"Kami memperkirakan inflasi dalam sisa dua bulan tahun ini akan mencapai rata-rata 5,8%-6,5%, karena dampak kenaikan harga BBM telah menyentuh seluruh sektor perekonomian," ujar Radhika dalam laporannya, Kamis (3/11/2022).
"Perkiraan rata-rata inflasi setahun penuh adalah 4,6%," dia menambahkan.
Menurutnya, inflasi akibat bahan bakar dan komponen terkait diperkirakan bakal mengalami peningkatan karena berbagai provinsi menyesuaikan biaya transportasi publik dan jasa.
"Kenaikan inflasi inti lebih rendah dari perkiraan, tapi masih ada celah untuk tetap naik secara bertahap dan mendekati batas atas target inflasi. Ini penting karena inflasi inti lebih penting bagi pembuat kebijakan," Radhika menjelaskan.
Dengan inflasi yang diproyeksi akan meningkat secara bertahap dalam beberapa bulan mendatang dan Rupiah di bawah tekanan akibat tantangan isu global, Radhika meramal BI akan kembali mengerek suku bunga acuan di sisa tahun ini.
"Bank Indonesia akan memperketat kebijakan lanjutan, untuk bulan ini dan berikutnya, dengan kenaikan kumulatif sebesar 75 bps," paparnya.
Untuk diketahui, kenaikan inflasi Oktober melambat menjadi 5,7% secara tahunan, dari 5,95% pada bulan sebelumnya dan turun 0,1% secara bulanan. Inflasi inti secara mengejutkan naik dengan laju lebih lambat, menjadi 3,3% dari 3,2% pada bulan sebelumnya.
Sementara suku bunga acuan BI naik untuk kedua kalinya di Oktober 2022 sebesar 50 bps menjadi 4,75%. Ini dilakukan bank sentral sebagai kebijakan antisipasi (front-loaded), pencegahan (preemptive) dan melihat ke depan (forward-looking) untuk menjaga laju inflasi.
(FAY)