BANKING

BI Perluas Instrumen Valas, Hadirkan Spot dan Swap Rupiah dengan Yuan dan Yen

Anggie Ariesta 19/11/2025 18:16 WIB

Perluasan instrumen ini secara khusus ditujukan untuk mendukung transaksi Local Currency Transaction (LCT) yang kian meningkat pesat.

BI Perluas Instrumen Valas, Hadirkan Spot dan Swap Rupiah dengan Yuan dan Yen (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) berencana memperluas instrumen operasi moneter valuta asing (valas) dengan mengenalkan instrumen spot dan swap yang melibatkan mata uang Chinese Yuan (CNY)/Renminbi dan Japanese Yen (JPY) terhadap rupiah

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti mengatakan, perluasan instrumen ini secara khusus ditujukan untuk mendukung transaksi Local Currency Transaction (LCT) yang kian meningkat pesat.

"Bahwa kita akan memperluas instrumen operasi moneter valas, yang tentunya nanti akan mendukung untuk pasar valas kita, yaitu Bank Indonesia akan membuka instrumen operasi moneter valas dalam currency Yuan atau renminbi atau China, CNY, kemudian juga untuk currency Yen, Dolar," kata Destry saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (19/11/2025).

Destry menjelaskan, transaksi LCT Indonesia dengan China terus mengalami peningkatan signifikan, bahkan mencapai USD1 miliar dalam satu bulan. Selama ini, perbankan sering mengalami kesulitan mencari Renminbi atau CNY di pasar domestik.

Perluasan instrumen ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan tersebut dan sekaligus mengurangi tekanan pada Dolar AS.

“Ini salah satu yang kami coba perbaiki, di mana kita membuka instrumen untuk operasi moneter dan juga untuk di pasar nantinya, yaitu untuk Indonesia-Renminbi, atau Renminbi-Rupiah. Ini contohnya sehingga akan mengurangi tentunya tekanan ke Dolar, karena selama ini mereka beli Dolar dulu habis itu baru di-convert ke Renminbi," tutur Destry

Perkembangan LCT sendiri disebut Destry mengalami peningkatan luar biasa. Pada posisi Oktober 2025, volume LCT telah naik 1,6 kali lipat dibandingkan total volume sepanjang tahun 2024 penuh. 

Jumlah pesertanya pun melonjak tajam yakni tahun 2024 (setahun penuh) adalah 5.053 peserta dan saat Ini (Oktober 2025) sebanyak 15.473 peserta.

"Melihat area-area itu kami mengantisipasi dengan tadi membuka untuk pasar renminbi dan juga untuk pasar yuan di domestik. Jadi kita berharap stabilitas Rupiah ini juga akan bisa kita jaga," kata Destry.

(DESI ANGRIANI)

SHARE