BANKING

BI Rate Bisa Turun di Semester II 2024, BI: Bukan Ikut-Ikutan The Fed

Fiki Ariyanti 21/12/2023 15:28 WIB

Bank Indonesia (BI) menyebut, ada ruang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate pada semester II-2024.

BI Rate Bisa Turun di Semester II 2024, BI: Bukan Ikut-Ikutan The Fed (Foto MNC Media)

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) menyebut, ada ruang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate pada semester II-2024. Proyeksi ini karena bank sentral memperkirakan inflasi akan tercapai sesuai sasaran 2,5 plus minus 1 persen di 2024-2025.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mempertahankan proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed (Fed Fund Rate/FFR) pada semester II-2024 sebesar 50 basis poin (bps).

"Kami masih mempertahankan FFR (dipangkas) semester II (2024) sebesar 50 bps. Kami akan terus update apakah bisa lebih awal," kata dia dalam konferensi pers hasil RDG, Jakarta, Kamis (21/12).

Menurutnya, proyeksi ini didasari oleh The Fed masih ingin membawa AS soft landing. Semester I tahun depan, sambung Perry, diperkirakan AS masih akan soft landing.

"Tekanan inflasi di jasa mereda, tapi masih relatif tinggi. Melihat ekonominya masih relatif strong," ucapnya.

"Dengan perkembangan itu, ketidakpastian pasar keuangan global mereda. Belum rendah banget, tapi enggak akan buruk. Itu kelihatan di berbagai indikator, seperti kredit dfault swap, indeks dolar AS mengarah ke level 101. Apakah dolar AS akan ke level 90, itu early to say. Sekarang sudah peak-nya, enggak akan buruk," papar Perry.

Bagaimana dengan BI Rate?

Perry memperkirakan, ruang untuk memangkas suku bunga acuan atau BI Rate bisa terjadi di semester II-2024. Namun dia menegaskan bahwa proyeksi itu bukan karena latah mengikuti The Fed. 

"Planning kami di semester II (2024), bukan ikutin FOMC, tapi memang perhitungannya seperti itu. BI Rate akan ikuti FFR? Enggak, (kami) tidak akan following FFR," tegasnya.

Perry menyebut, BI melihat indikator bukan FFR untuk menurunkan BI Rate. Tetapi, lanjutnya, sasaran inflasi 2,5 plus minus 1 persen pada 2024-2025.

"Kunci utamanya kami ingin memastikan inflasi 2,5 plus minus 1 persen tercapai. Sumbernya kita atasi salah satunya dari luar negeri, stabilitas nilai tukar dengan membuatnya apresiasi, mengendalikan second round efek dari volatile food. Itu yang akan menentukan, the timing of BI Rate," papar dia.

"Inflasi 2,5 plus minus 1 persen, risiko stabilitas kurs bisa dipastikan semester II. Ada ruang di semester II, tapi bukan kami ikutin FFR. Kalau rupiah menguat lebih cepat, inflasi lebih rendah, bisa saja ada ruang-ruang terbuka. Kita tidak ingin dikatakan terburu-buru," pungkas Perry.

(FAY)

SHARE