BI Umumkan Suku Bunga Siang Ini, Ekonom Prediksi Naik 50 BPS
Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan keputusan terkait arah kebijakan suku bunga acuan pada hari ini, Kamis (20/10/2022) pukul 14.00 WIB.
IDXChannel – Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan keputusan terkait arah kebijakan suku bunga acuan pada hari ini, Kamis (20/10/2022) pukul 14.00 WIB. Keputusan tersebut bakal diumumkan setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang dilaksanakan pada 19-20 Oktober 2022.
Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky menyebut BI perlu menaikkan suku bunga di tengah pengetatan moneter global yang agresif dan inflasi domestik yang tinggi, serta surplus perdagangan yang menyusut.
"Capaian BI dua bulan terakhir dapat dijadikan acuan bagi BI untuk tetap berada selangkah lebih depan hingga akhir tahun ini," ujar Teuku di Jakarta, Rabu(19/10/2022).
Dia menyebutkan, sebagai langkah preventif dalam mengantisipasi potensi aliran modal keluar akibat kenaikan suku bunga The Fed bulan depan, BI perlu menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75% pada bulan ini.
Pelebaran perbedaan suku bunga yang dihasilkan diharapkan dapat meredam dampak ketidakpastian eksternal pada pasar keuangan dan valuta asing domestik.
"Menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 50 bps akan membantu BI untuk memperlambat arus keluar modal dan mengurangi tingkat depresiasi, yang membantu mengurangi tekanan inflasi dari produk impor," sebut Teuku.
Pada saat yang sama, dia menyarankan agar pemerintah Indonesia dapat melakukan berbagai strategi pelengkap, seperti memperluas bantuan sosial, untuk menjaga pemulihan permintaan masyarakat dan optimisme sektor riil terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional.
Di sisi lain, jajak pendapat Reuters menyimpulkan BI akan menaikan suku bunga setengah poin kedua berturut-turut pada hari Kamis ini. Hal itu sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan dari bank sentral lain dan menekan inflasi yang sebagian berasal dari pelemahan rupiah
Inflasi yang relatif lebih rendah memungkinkan bank sentral untuk menunda dengan menaikkan suku bunga sampai Agustus. Namun pada September inflasi mencapai 5,95%, tertinggi sejak 2015, dan kemungkinan akan mendorong bank sentral untuk melanjutkan pengetatan.
BI, yang sebelumnya menjadi salah satu bank sentral dovish terakhir di dunia, mengikuti kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin yang sangat agresif pada September.
Hampir 60% responden, 17 dari 30, dalam jajak pendapat 11-17 Oktober mengatakan bank sentral akan menaikkan BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin menjadi 4,75% pada pertemuan 20 Oktober 2022. Sementara itu, 13 sisanya memperkirakan kenaikan 25 basis poin.
"Dengan rupiah (rupiah) di bawah tekanan, cadangan jatuh dan tekanan harga meningkat, kami pikir peluangnya cenderung mendukung Bank Indonesia mempertahankan sikap 'pre-emptive' dan memberikan kenaikan 50bp pada pertemuan mendatang," kata Sanjay Mathur , kepala ekonom, Asia Tenggara dan India di ANZ dilansir dari Reuters, Kamis (20/10/2022).
"Menstabilkan rupiah merupakan salah satu faktor di balik keputusan pada September, dan pelemahan rupiah saat ini, ditambah dengan cadangan penyangga yang menipis, akan meningkatkan dorongan untuk merespons dengan tegas,” sambungnya.
Rupiah yang lebih lemah, turun lebih dari 8% sepanjang tahun ini, telah mendorong para ekonom untuk mengedepankan ekspektasi kenaikan suku bunga mereka. Mayoritas dari mereka, 19 dari 26, sekarang memperkirakan suku bunga akan berakhir 5% atau lebih di akhir tahun.
Jajak pendapat juga menunjukkan inflasi diperkirakan rata-rata 4,6% tahun ini dan turun tipis menjadi 4,5% pada 2023, peningkatan besar-besaran dari 3,9% dan prediksi 3,5% pada Juli.
Namun, dengan inflasi inti masih yang dalam kisaran target, 13 dari 30 ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga moderat 25 basis poin minggu ini, meskipun beberapa melihat risiko kenaikan yang lebih curam mengingat inflasi inti diperkirakan akan meningkat lebih lanjut.
"Untuk menunda kenaikan suku bunga (yang tak terhindarkan), BI beralih dari penargetan inflasi headline ke penargetan inflasi inti, tetapi dengan ukuran inti melebihi target median 3,0% yoy untuk kedua kalinya berturut-turut, bank sentral mungkin tidak lagi di tempat yang menyenangkan," kata Kunal Kundu, ekonom di Societe Generale.
"Sementara kami memperkirakan kenaikan 25bp pada pertemuan kebijakan mendatang, kenaikan yang lebih besar mungkin diperlukan untuk melindungi rupiah dari pelemahan lebih lanjut,” sambungnya.
Adapun, para ekonom memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2% tahun ini dan 5,0% pada 2023.
(FRI/Michelle Natalia)