BI Ungkap Sederet Faktor Penyebab Rupiah Nyaris Tembus Rp16 Ribu
Bank Indonesia (BI) menanggapi pelemahan rupiah yang terjadi selama beberapa hari terakhir.
IDXChannel - Bank Indonesia (BI) menanggapi pelemahan rupiah yang terjadi selama beberapa hari terakhir. Adapun pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (2/4/2024), mata uang Garuda ditutup melemah di level Rp15.897 per USD. Rupiah melemah 2,5 poin atau 0,02 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Adapun terkait pelemahan rupiah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto, mengatakan kondisi ini sejalan dengan pelemahan beberapa mata uang di negara Asia lainnya.
"Dari Global, ada sentimen penguatan USD (dolar AS) akibat adanya menurunnya ekspektasi penurunan Federal Fund Rate (FFR), ditambah bank sentral China yang sepertinya membuka ruang pelemahan atas mata uangnya (CNY)," ujar Edi saat dihubungi, Selasa (2/4/2024).
Sementara dari sentimen domestik, ada peningkatan pembeliaan USD terkait siklus repatriasi, di samping dana asing yang cenderung keluar (outflow) dari pasar keuangan RI.
"Dari domestik, rilis data inflasi yang berada di atas ekspektasi ikut mendorong pelemahan rupiah," lanjut Edi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Maret 2024 sebesar 0,52% secara bulanan/Month to Month (MtM). Sedangkan inflasi secara tahunan/Year on Year (yoy) mencapai 3,05%.
BI pun melihat kondisi rupiah saat ini masih aman dan relatif terkendali, dan memastikan terus melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas rupiah ke depan.
"Saya melihat pelemahan rupiah ini masih sejalan dengan pergerakan pelemahan mata uang Asia lainnya. Yang penting keseimbangan supply demand valas di market masih dalam kondisi terkendali, di mana supply valas dari eksportir masih support di pasar," tuturnya.
"BI selalu berada di pasar untuk terus mengawal dan memastikan keseimbangan supply demand valas di pasar agar confidence pelaku pasar masih terus terjaga," pungkasnya.
(NIA)