Buntut Kehancuran Silicon Valley Bank, Bikin Bank Sentral Dunia Gelisah
Pasar keuangan bereaksi buruk terhadap kegagalan bank terbesar ke-16 di Amerika tersebut karena khawatir menjadi yang pertama dari sekian banyak bank lainnya.
IDXChannel - Runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) membawa kenangan pada September 2008 ketika kebangkrutan Lehman Brothers memicu kehancuran pasar, resesi global, dan pelonggaran kebijakan yang dramatis dari bank-bank sentral dunia.
Kekhawatiran akan dampak dari kenaikan suku bunga AS yang terus meningkat sehingga menyebabkan pemikiran ulang tentang apa yang akan terjadi pada biaya pinjaman resmi.
Akibat dari kenangan pahit dari kejadian 2008, Federal Reserve terdorong untuk menurunkan suku bunga yang justru ia disesali karena ketika SVB bangkrut ternyata AS menghadapi inflasi sehingga The Fed kebingungan. Begitu pula dengan Bank of England dan Bank Sentral Eropa yang juga menghadapi dilema.
Dalam situasi normal, The Fed tidak akan ragu-ragu untuk terus menaikkan suku bunga karena inflasi inti yang mencapai 5,5% dan turun dengan sangat lambat.
Mengutip dari laman The Guardian, Selasa (14/03/2023), seorang Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan petunjuk bahwa kenaikan 0,5 poin persentase sedang dalam proses pada minggu lalu. Namun, sayangnya itu terjadi sebelum krisis di SVB.
Pasar keuangan bereaksi buruk terhadap kegagalan bank terbesar ke-16 di Amerika tersebut karena khawatir menjadi yang pertama dari sekian banyak bank lainnya.
Kepala ekonom dari kelompok riset Economic Perspectives, Peter Warburton, berpikir bahwa tidak salah untuk khawatir karena the Fed telah salah memperhitungkan dampak dari pukulan ganda dari suku bunga yang lebih tinggi serta penjualan obligasi dalam proses yang dikenal sebagai pengetatan kuantitatif.
"Aksi jual dan penarikan deposito telah menjatuhkan SVB, namun masalahnya bersifat sistemik. The Fed telah mencopot kursi-kursi dan tidak ada lagi kapasitas tempat duduk yang memadai," ujar Warburton, melalui laman The Guardian, Selasa (14/03/2023).
Meskipun begitu, The Fed menegaskan bahwa mereka telah mengambil langkah-langkah yang akan memastikan tidak ada penularan dan telah menjamin semua deposito di SVB serta mengumumkan program pendanaan baru yang murah hati untuk membantu bank-bank yang mengalami masalah arus kas.
Selain itu, sistem perbankan secara keseluruhan memiliki cadangan modal yang lebih besar untuk mengimbangi kerugian dibandingkan tahun 2008. Namun, jika semua ini benar sudah seharusnya The Fed tidak memiliki alasan untuk melunakkan sikap suku bunga yang agresif.
Kenyataannya, peluang kenaikan suku bunga sebesar 0,5 poin persentase pada pertemuan Fed berikutnya di akhir bulan ini hampir nol dan pilihannya adalah antara kenaikan 0,25 poin persentase atau tidak melakukan apa-apa sesuai perkiraan pasar.
Sebagai permulaan, kondisi pasar keuangan akan mengetat sebagai akibat dari krisis di SVB dengan bank-bank yang membuat kredit menjadi lebih mahal dan kurang tersedia secara bebas. Hal tersebut akan memiliki efek yang sama terhadap aktivitas seperti halnya kenaikan suku bunga.
Selanjutnya, dampak penuh dari kenaikan suku bunga resmi AS dari sedikit di atas nol menjadi 4,5-4,75% akan membutuhkan waktu untuk terlihat.
Pada akhirnya, pasar akan memutuskan apa yang akan terjadi selanjutnya karena jika mereka tenang, suku bunga akan naik 0,25 poin persentase akhir bulan ini. Namun, apabila terjadi gejolak terus menerus, walaupun ada risiko bahwa hal tersebut akan menyimpan masalah inflasi yang lebih besar di masa mendatang, The Fed tidak mungkin mengambil risiko.
(Penulis Fidya Damayanti magang)
(SAN)