Ekonomi China Tumbuh di Bawah Perkiraan, PBOC Diprediksi Pangkas Suku Bunga Lagi
Bank sentral China People’s Bank of China (PBOC) diperkirakan masih akan melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut.
IDXChannel - Bank sentral China People’s Bank of China (PBOC) diperkirakan masih akan melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut.
Para analis mengatakan PBOC kemungkinan akan menurunkan suku bunga dan rasio cadangan wajib atau Reserve Requirement Ratio (RRR) pada kuartal ketiga tahun ini.
Sementara, bank sentral tersebut secara konsisten juga meluncurkan langkah-langkah likuiditas tahun ini untuk mendukung pemulihan ekonomi yang lamban.
Sebelumnya, PBOC memangkas dua suku bunga pinjaman utama untuk pertama kalinya sejak Agustus 2022 pada penetapan Juni lalu untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
Suku bunga dasar pinjaman (LPR) satu tahun, yang merupakan fasilitas pinjaman jangka menengah yang digunakan untuk pinjaman korporasi dan rumah tangga, diturunkan 10bps menjadi 3,55 persen.
Sementara suku bunga lima tahun, referensi untuk hipotek atau KPR, dipangkas dengan margin yang sama menjadi 4,2 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sementara beberapa analis juga berpendapat peluang penurunan suku bunga lebih lanjut sangat tipis, di mana PBOC menjaga MLF tetap stabil minggu ini.
Namun, kebutuhan untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi China di akhir tahun dapat menarik lebih banyak pemotongan suku bunga.
Sebaliknya, analis melihat PBOC lebih mungkin untuk memotong RRR yang merupakan tolak ukur tingkat cadangan minimum yang harus dipenuhi bank terkait dengan simpanannya.
Pengurangan ini dilihat akan membuka stimulus yang lebih permanen untuk perekonomian dibandingkan dengan operasi pasar terbuka PBOC.
Pemotongan RRR kemungkinan besar akan terjadi pada kuartal ketiga, dan akan menjadi pengurangan pertama PBOC sejak Maret guna merangsang pemulihan ekonomi pasca-Covid-19 di negara tersebut.
Terlebih, data terbaru menunjukkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China melambat secara substansial pada kuartal kedua tahun ini di level 6,3 persen.
Kabinet China juga telah bertemu Jumat lalu untuk membahas langkah-langkah untuk mendukung pemulihan ekonomi. Pemerintah juga mencoba meningkatkan dukungan pembiayaan untuk perusahaan teknologi dan menyusun aturan untuk mengawasi dana swasta.
Perekonomian China juga menghadapi tren disinflasi yang stabil, di tengah lemahnya belanja konsumen dan bisnis.
Pembacaan ekonomi yang lemah dari negara tersebut telah memicu spekulasi Beijing yang akan membuka lebih banyak stimulus untuk ekonomi.
Ini diperkuat dengan pernyataan pejabat PBOC baru-baru ini menegaskan bahwa mereka akan mengambil lebih banyak langkah untuk mendukung pertumbuhan.
Analis juga mengatakan, perubahan dalam kebijakan moneter The Federal Reserve AS akan berdampak terbatas pada China dan mengurangi beberapa tekanan depresiasi pada yuan.
Sementara itu, beberapa bank investasi global, yang terbaru Goldman Sachs, memangkas perkiraan pertumbuhan PDB China 2023 menyusul data ekonomi yang lemah untuk bulan Mei. (ADF)