Inflasi Melambung, Bank Sentral Singapura Perketat Kebijakan Moneter
Langkah pengetatan telah menjadi keempat kalinya diambil MAS dalam sembilan bulan terakhir.
IDXChannel - Bank Sentral sekaligus otoritas moneter Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS), mengaku terpaksa memperketat kebijakan moneternya demi memperlambat tren kenaikan inflasi yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Kebijakan itu dinilai cukup efektif untuk dilakukan The Lion City saat harus bergabung dengan negara-negara lain dalam upaya memerangi tekanan harga komoditas yang berlaku secara global.
Langkah pengetatan telah menjadi keempat kalinya diambil MAS dalam sembilan bulan terakhir, sebuah kebijakan di luar kebiasaan, di mana pada kondisi normal MAS mengagendakan pertemuan 'hanya' dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan April dan Oktober di setiap tahunnya.
Dengan sampai menginisiasi pertemuan dadakan di luar jadwal rutin, dan kemudian memutuskan pengetatan moneter, menempatkan Singapura dalam deretan negara yang sebelumnya juga dilaporkan mengalami tekanan cukup serius, sehingga memilih untuk menaikkan suku bunga acuannya.
Sebagai informasi, MAS mengelola kebijakan moneternya lewat pengaturan nilai tukar, dan bukan melalui penetapan suku bunga. Pengelolaan tersebut dilakukan dengan memperhatikan tiga hal, yaitu tingkat kemiringan, titik tengah, dan lebar pita kebijakan.
Tiga poin tersebut menjadi kunci yang memungkinkan nilai tukar dolar Singapura naik atau turun terhadap mata uang mitra dagang utamanya, dalam rentang harga yang dirahasiakan. Langkah pengelolaan ini sendiri masuk dalam ranah kebijakan nilai tukar MAS, yang lebih dikenal sebagai Nominal Nilai Tukar Efektif (Singapore Dollar Nominal Effective Exchange Rate/S$NEER).
"Fokus kami (adalah) untuk memusatkan kembali titik tengah kebijakan nilai tukar, sehingga (sebisa mungkin) tidak (perlu) ada perubahann pada kemiringan dan lebar pita (kebijakan). Salah satunya dengan langkah pengetatan (moneter) yang akan membantu memperlambat momentum inflasi dan memastikan stabilitas harga untuk jangka menengah," tulis MAS, dalam pernyataan resminya, Kamis (14/7/2022). (TSA)