BANKING

Iseng Berbuah Cuan, Deden Kantongi Puluhan Juta per Bulan dari Budidaya Ikan

taufan sukma 27/03/2024 19:07 WIB

Aktivitas budidaya ini telah dijalaninya dalam tujuh tahun terakhir.

Iseng Berbuah Cuan, Deden Kantongi Puluhan Juta per Bulan dari Budidaya Ikan (foto: MNC Media)

IDXChannel - Seorang penyair Amerika kelahiran Belanda, Walt Whitman, pernah berujar "Do anything, but let it produce joy (Lakukan apa pun, tapi biarkan itu menciptakan kegembiraan)."

Lewat pesan tersebut, tokoh yang hidup di akhir abad ke-19 itu ingin menekankan pentingnya melakukan segala sesuatu yang kita suka. Tak kalah penting juga adalah menyukai setiap apa yang kita kerjakan.

"Termasuk juga dalam bisnis. Kitanya harus senang. Harus hobi. Karena namanya bisnis itu kalau nggak untung ya rugi. Nah, kalau nggak hobi, maka pas lagi rugi, pasti puyeng. Tapi kalau hobi, pas rugi pun tetap tenang. Nggak tertekan, karena senang," ujar Deden, saat ditemui di rumahnya, di Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

Nama lengkapnya Ade Supriadi Rukmana Putra, namun pria ramah beranak tiga ini lebih kerap disapa Deden, atau RT Deden, merujuk pada jabatan Ketua RT yang dijabatnya di lingkungan tempatnya tinggal.

Sehari-hari, Deden bersama Sang Istri, Dewi Astuti, membuka kios di pasar Parabakti, Desa Ciasmara, dengan berjualan perabot rumah tangga, alat-alat elektronik hingga peralatan listrik.

Di depan kios yang diberi nama Dewi Elektronik tersebut, Deden juga membuka jasa Agen BRILink, layanan perbankan tanpa kantor di bawah naungan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), atau Bank BRI.

"Jadi Agen BRILink sudah sejak 2014. Kalau toko ini kita baru buka 2016. Jadi sebelumnya, agen (BRILink) kita buka di depan kios mertua, di pasar ini juga," tutur Deden, mengawali kisahnya.

KUR BRI

Selain menjadi Agen BRILink, relasi Deden dengan Bank BRI juga berupa fasilitas pembiayaan, di mana Deden tercatat merupakan salah satu nasabah kredit di bank milik pemerintah tersebut.

Pertama kali mengajukan pinjaman, Deden mendapatkan kucuran dana melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memang merupakan program bantuan pemerintah untuk para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menangah (UMKM) seperti Deden dan istri.

Saat itu, tepatnya pada 2016 lalu, pinjaman pertama yang didapat Deden dari BRI adalah sebesar Rp25 juta, yang langsung digunakannya untuk modal usaha di kios alat elektroniknya.

"Sampai sekarang sudah tiga kali ambil (kredit) dari BRI. Alhamdulilah lancar terus. Yang sekarang ini pinjaman ke empat. Saya ajukan Rp500 juta, tapi dikasihnya Rp350 juta, untuk beli kios lagi," ungkap Deden.

Hobi Ikan

Yang menarik, di luar kesibukannya sebagai Agen BRILink dan juga berjualan alat elektronik di kiosnya di Pasar Parabakti, Deden juga masih menyempatkan diri menyalurkan hobinya dalam memelihara ikan.

Sembari iseng mengisi waktu luang, Deden pun membuat sebuah kolam ikan di rumahnya, yang digunakan untuk budidaya ikan nila. Aktivitas budidaya ini telah dijalaninya dalam tujuh tahun terakhir.

Hobi tersebut sesuai dengan lokasi tempat tinggal Deden yang berada di kawasan pegunungan, sehingga memiliki pasokan air yang sangat berlimpah.

Ya, Desda Ciasmara di mana tempat Deden tinggal, diketahui masuk dalam wilayah Kecamatan Pamijahan, yang notabene lokasinya berada di kaki Gunung Salak.

"Tapi dalam budidaya ini, saya lebih memilih fokus ke pembibitan. Bukan ngebesarin ikan, karena kalau pembesaran risiko matinya banyak. Butuh pakannya juga banyak. Kalau bibit, relatif lebih minim risiko," papar Deden.

Dengan modal awal sebesar Rp15 juta, Deden pun membuat sebuah kolam di sawah untuk proses pembibitan. Lokasi di sawah sengaja dipilih karena dalam proses pembibitan memang dibutuhkan celah-celah dan lubang dalam tanah sebagai tempat induk ikan bertelur dan menghasilkan bibit.

"Kalau di kolam semen nggak bakal jadi. Jadi memang harus di sawah. Kita taruh indukan di situ. Yang laki lima, betinanya dua. Biasanya 15 hari gitu sudah jadi bibitnya. Bisa sampai ribuan. Kita pindah ke kolam semen, biar (kolam) yang di sawah bisa dipake pembibitan lagi," jelas Deden.

Setelah dipindah ke kolam semen, menurut Deden, maka bibit-bibit ikan nila tadi sudah siap untuk dijual. Deden menjualnya dengan menggunakan takaran gelas, yang dibanderol Rp15.000 per gelas.

Dalam sekali panen bibit ikan Nila setiap 15 hari tersebut, Deden bisa menjual minimal 100 gelas. Artinya, dengan harga jual per gelas sebesar Rp15.000, maka dalam sebulan Deden bisa mengantongi sedikitnya Rp3 juta dari bisnis bibit ikan nila ini.

Pembesaran

Namun, Deden mengaku bahwa pundi-pundi uangnya dari budidaya ikan ini tidak hanya dari penjualan bibit saja, melainkan juga penjualan ikan nila yang sudah besar.
 
"Jadi (bibit) yang nggak laku, yang sudah keburu besar gitu, atau misal harganya lagi jelek, ya ketimbang rugi, mending kita besarkan saja. Jadi kita jualan bibit juga, yang sudah besar juga," urai Deden.

Karenanya, Deden kini telah memiliki total empat kolam untuk dapat menjalankan aktivitas pembibitan dan pembesaran ikan nila secara bersamaan.

Untuk penjualan ikan besar, Deden mengaku minimal dalam seminggu pasti ada saja tengkulak-tengkulak ikan yang datang ke rumahnya untuk mencari stok ikan nila siap jual.

Dalam setiap penjualan tersebut, biasanya Deden bisa menjual sekitar satu hingga dua kuintal ikan nila, dengan kisaran harga jual sekitar Rp30 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram, bergantung fulktuasi harga yang ada di pasar saat itu.

Itu artinya, dalam seminggu Deden bisa meraup cuan sekitar Rp3 juta hingga Rp8 juta dari satu tengkulak saja. Dengan kata lain, pendapatan Deden dari penjualan ikan nila besar siap jual bisa mencapai Rp12 juta hingga Rp32 juta dalam sebulan.

"Ada tengkulak yang rutin datang dari mana-mana. Dari Tangerang, Bekasi, Depok, cari ikan buat dijual di pasar. Minimal sekuintal sekali beli. Tapi kalau harga lagi bagus, lagi mahal gitu, belinya cuma 50-60 kg sekali beli, karena takut pas ntar dijual, harga sudah turun," papar Deden.

Cari Lahan

Ke depan, guna mengembangkan bisnis budidaya ikannya ini, Deden mengaku membutuhkan penambahan lahan untuk memperbanyak kolam, sehingga dapat menampung bibit dan juga ikan besar dalam jumlah yang lebih banyak.

Namun, untuk merealisasikan rencana pengembangan tersebut, Deden mengaku masih pikir-pikir, lantaran untuk membeli lahan tentu membutuhkan modal yang tidak sedikit.

Tak hanya itu, dengan volume budidaya yang diperbesar, maka kebutuhan pakan juga bakal semakin banyak. Untuk satu kolam saja, dikatakan Deden, dibutuhkan pasokan pakan minimal satu bal, dengan harga sekitar Rp300-an ribu untuk jenis pakan apung, dan Rp500-an ribu untuk jenis pakan yang tenggelam.

"Makanya saya bilang tadi, risiko bisnis pembesaran itu ada di pengeluaran pakan yang besar. Kalau stok ikan yang besar lagi banyak, saya biasa pakai pakan yang apung saja agar mengirit," urai Deden.

Untuk menjalankan bisnis budidaya ini, Deden mengaku harus lebih ekstra hati-hati dalam mengelola perputaran uangnya, karena seluruh permodalannya sejauh ini masih sepenuhnya menggunakan dana pribadi.

Pun, karena bisnis ini hanya bermula dari hobi dan iseng, sehingga Deden masih merasa perlu berpikir ulang bila harus merogoh dana lebih besar lagi dari kantong pribadi untuk berinvestasi dalam jumlah lebih besar.

"Semua (modal) masih dari pribadi. Meski karena kita gak pernah punya pembukuan yang terpisah gitu, ya kalau (dana) dari KUR sih, sedikit-banyak pasti kepake juga untuk (budidaya) ini. Karena kan duitnya muter aja gitu," tandas Deden.

Meski demikian, Deden tetap tak menutup kemungkinan bila suatu saat bakal juga mengajukan pinjaman permodalan dari perbankan untuk dapat mengembangkan bisnis budidaya ikan nilanya ini.

Namun, untuk melangkah ke sana, Deden mengaku masih kekurangan tenaga kerja, mengingat sehari-hari Deden juga masih sibuk menjalankan bisnisnya sebagai Agen BRILink. Sedangkan Sang Istri lebi fokus untuk menjalankan usahanya berjualan perabot rumah tangga, alat elektronik dan perlengkapan listrik.

"Kurang orang juga. Belum kepikir kalau misal (bisnis budidaya) ini nanti dikembangkan, yang fokus pegang siapa. Ini jadi pemikiran juga, selain permodalan. Jadi untuk sementara ini, ya sudah jalan begini saja dulu," tegas Deden.

Manfaat Besar

Berkaca dari kisah Deden dan juga ratusan bahkan ribuan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) lainnya, masalah permodalan memang seolah menjadi persoalan laten yang setia menghadang geliat para pejuang ekonomi mikro.

Karenanya, pemerintah sejauh ini berupaya terus konsisten dalam menghadirkan bantuan berupa pinjaman permodalan lewat Program KUR, di mana sebagian beban bunganya disubsidi oleh pemerintah.

Karena telah mendapat subsidi bunga dari pemerintah, maka para pelaku UMKM nasabah KUR hanya perlu membayar bunga sebesar enam persen saja per tahun, atau kurang dari satu persen saja per bulan.

Untuk 2024 ini, pemerintah telah memastikan untuk terus memaksimalkan pengalokasian anggaran negara, guna menopang pelaksanaan Program KUR secara nasional.

Seperti halnya pada 2024 ini, pemerintah melalui Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian telah memasang target penyaluran hingga mencapai Rp300 triliun sampai akhir tahun.

Dari total target tersebut, BRI sebagai salah satu bank penyalur telah diberikan jatah pagu hingga Rp165 triliun. Dengan pagu tersebut, BRI tercatat sebagai bank penyalur KUR terbesar secara nasional.

"Kami berkomitmen penuh untuk dapat memenuhi target tersebut sebagai bentuk konkret dukungan perusahaan atas pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia," ujar Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, dalam kesempatan terpisah.

Menurut Supari, pihaknya optimistis bahwa target tersebut cukup realistis untuk dipenuhi, mengingat telah tersedianya infrastruktur perusahan secara memadai.

Terlebih, BRI disebut Supari juga telah memiliki sumber pertumbuhan baru melalui Ekosistem Ultra Mikro bersama Pegadaian dan PNM. 

"Dari sisi infrastruktur, saat ini kami telah memiliki BRISPOT yang terus dioptimalisasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan tenaga pemasar (mantri). Lalu, kami juga akan mengoptimalkan potensi dari ekosistem model bisnis baru seperti PARI dan Localoka," tutur Supari.

Di sepanjang 2023 lalu, BRI tercatat berhasil merealisasikan penyaluran Program KUR hingga Rp163,3 triliun. Nominal penyaluran sebesar itu disalurkan kepada sedikitnya 3,5 juta debitur.

"Penyaluran (KUR) mayoritas dari sektor produksi, dengan kontribusi mencapai 57,38 persen terhadap total nilai yang terealisasi," tegas Supari. (TSA)

SHARE