BANKING

Jaga Stabilitas Rupiah, BI Diminta Tahan Suku Bunga di 5,75 Persen 

Michelle Natalia 25/07/2023 03:15 WIB

Bank Indonesia (BI) diminta mempertahankan suku bunga kebijakannya di level 5,75% dengan tetap menjaga stabilitas nilai tukar dan harga domestik.

Jaga Stabilitas Rupiah, BI Diminta Tahan Suku Bunga di 5,75 Persen (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) diminta mempertahankan suku bunga kebijakannya di level 5,75% dengan tetap menjaga stabilitas nilai tukar dan harga domestik.

Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menyarankan, agar bank sentral mempertimbangkan perkembangan situasi terkini dan memantau langkah THe Fed dalam pertemuan FOMC mendatang.

"Pada saat yang sama, BI juga harus memantau langkah The Fed dalam pertemuan FOMC mendatang sehubungan dengan adanya peluang untuk kembali meningkatkan suku bunga," ujar Riefky dalam keterangannya di Jakarta, Senin (24/7/2023). 

Menurutnya, keputusan The Fed untuk menghentikan sementara kenaikan suku bunga telah menciptakan ruang yang cukup untuk menjaga perbedaan imbal hasil antara Obligasi Pemerintah Indonesia dan US Treasury Bonds, sehingga cukup menarik untuk memicu masuknya aliran modal ke dalam negeri. 

Selama periode pertengahan Juni hingga pertengahan Juli, Indonesia mencatat arus modal masuk sebesar USD0,33 miliar dari USD5,15 miliar menjadi USD5,48 miliar. 

"Aliran masuk tersebut berdampak pada turunnya imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun dari 6,37% di pertengahan Juni menjadi 6,32% di pertengahan Juli. Hal ini sejalan dengan penurunan Credit Default Swap (CDS) 5 tahun menjadi 82,67 pada pertengahan Juli dari 86,16 pada pertengahan Juni," sambung Riefky.

Indeks Dolar yang lebih rendah berkontribusi pada penurunan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun karena investor sedang mencari instrumen alternatif aset berdenominasi USD. Sebaliknya, imbal hasil obligasi pemerintah 1 tahun meningkat dari 5,59% menjadi 5,80%. 

Selain itu, masih ditahannya suku bunga acuan BI juga memiliki kontribusi terhadap imbal hasil obligasi pemerintah 1 tahun yang cukup stabil. Melihat kinerja mata uang, Rupiah sedikit terdepresiasi menjadi Rp15.000 pada 17 Juli dibandingkan Rp14.990 pada pertengahan Juni. 

Riefky menyampaikan, meskipun aliran dana ke Indonesia cukup menjanjikan, namun ketidakpastian akan keputusan The Fed untuk melanjutkan tren kenaikan suku bunga dalam pertemuan FOMC berikutnya mendorong fluktuasi Rupiah akhir-akhir ini. Pola tersebut juga terjadi di beberapa negara berkembang lainnya seperti Malaysia, Filipina, dan Argentina. 

"Namun, secara year-to-date, Rupiah terapresiasi sebesar 3,35%, menjadikannya yang terbaik di antara negara-negara berkembang bersama dengan Lira Brasil. Selain itu, cadangan devisa Indonesia pada bulan Juni tetap tinggi, tercatat sebesar USD137,5 miliar, meskipun sedikit melemah dari USD139,3 miliar pada bulan Mei," sambung Riefky.

Penurunan tersebut terkait dengan kewajiban pemerintah Indonesia untuk membayar utang luar negeri. Jumlah cadangan devisa tersebut setara dengan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor ditambah dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Artinya, masih di atas standar kecukupan internasional yakni setara dengan tiga bulan impor.

"Perkembangan terakhir di berbagai indikator menunjukkan bahwa perekonomian domestik semakin membaik. Dengan tingkat inflasi yang terkendali, tren konsumsi yang menguat, serta aktivitas produksi yang ekspansif, Indonesia bergerak menuju prospek yang menjanjikan," kata Riefky. 

(DES)

SHARE