Kondisi Keuangan 'Berdarah-darah', Nasabah Credit Suisse Kompak Tarik Uang
Credit Suisse sempat terjebak dalam spionase perusahaan setelah mempekerjakan mata-mata profesional untuk melacak eksekutif yang keluar dan mengakibatkan denda
IDXChannel - Harga saham-saham dari pinjaman Swiss, Credit Suisse, anjlok lebih dari 30% pada hari Rabu atau sekitar 1,56 franc Swiss (£ 1,40) per saham setelah pemegang saham utamanya, Saudi National Bank (SNB), mengesampingkan pemberian dana segar karena peraturan yang membatasi kepemilikannya pada 10%.
“Credit Suisse adalah bank yang sangat kuat dan tidak mungkin membutuhkan lebih banyak uang tunai setelah mengumpulkan 4 milyar franc Swiss (£3,59 miliar) untuk mendanai sebuah rencana restrukturisasi besar pada musim gugur tahun lalu,” ungkap Ketua SNB, Ammar Al Khudairy, pada Reuters melalui laman The Guardian, Rabu (15/03/2023).
Hal tersebut menambah kepanikan tentang potensi kelemahan di seluruh sektor perbankan global yang masih terguncang akibat runtuhnya SVB. Serta kekhawatiran akan berlanjutnya masalah di pemberi pinjaman Swiss yang merupakan pemberi pinjaman terbesar ke-17 di Eropa berdasarkan aset yang jauh lebih besar daripada SVB dan dianggap penting secara sistemik bagi sistem keuangan global.
Saham-saham di banyak bank Eropa lainnya juga jatuh pada hari Rabu karena para trader merasa takut. Namun, harga saham mencerminkan sentimen investor dan bukannya kekuatan neraca keuangan yang sesungguhnya.
Pergerakan pasar dapat menyebabkan nasabah panik dan menarik uang tunai sehingga menciptakan pelarian deposito yang berisiko bagi bank-bank kecil yang lebih mengandalkan uang tunai nasabah.
Namun, bank-bank besar seperti Credit Suisse berada dalam posisi yang jauh lebih kuat karena sebagian peraturan pemerintah dan stress testing tahunan yang dilakukan oleh regulator setelah krisis keuangan.
Sebagian besar bank sentral dan regulator nasional telah memperkenalkan stress testing tahunan untuk memeriksa apakah bank-bank dapat bertahan dari guncangan ekonomi yang parah dan gejolak pasar sambil tetap mendukung nasabah mereka.
Bank-bank yang secara sistemik penting seharusnya memiliki modal yang cukup dan fungsi ‘Surat Wasiat’ untuk memastikan bahwa mereka dapat gagal dengan cara yang relatif teratur. Namun, surat wasiat hidup ini belum diuji oleh kegagalan perbankan di dunia nyata.
Masalah Credit Suisse juga relatif unik dan bukan hal yang baru dengan serangkaian kerugian finansial besar dan skandal yang membuat para investor khawatir dan memicu eksodus nasabah baru-baru ini.
Nasabah Credit Suisse telah menarik uang dari bank tersebut selama berbulan-bulan sehingga menyebabkan lebih dari 111 miliar franc Swiss (£99,7 miliar) dana keluar pada akhir tahun lalu dan pada hari Rabu, belum dipastikan apakah penarikan dana nasabah meningkat sebagai akibat dari jatuhnya harga saham.
Sebagian investor juga khawatir akan potensi kerugian yang belum direalisasi yang mengintai portofolio investasi bank-bank Eropa. Masalah SVB semakin parah setelah mengalami kerugian pada obligasi yang coba dijualnya karena para nasabahnya menarik uang tunai.
“Bantuan pemerintah bukanlah topik untuk pemberi pinjaman. Kami memiliki rasio modal yang kuat, neraca yang kuat. Kami sudah meminum obatnya," ungkap Axel Lehmann, pimpinan Credit Suisse, melalui laman The Guardian, Rabu (15/03/2023).
Financial Times melaporkan pernyataan dari sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya mengenai pemberi pinjaman telah mengajukan permohonan kepada Finma dan Swiss National Bank untuk menunjukkan dukungan kepada publik dalam upaya nyata untuk menopang kepercayaan investor.
Credit Suisse sempat terjebak dalam spionase perusahaan setelah mempekerjakan mata-mata profesional untuk melacak eksekutif yang keluar dan mengakibatkan denda senilai lebih dari £ 350 juta, serta terlibat dalam runtuhnya pemberi pinjaman Greensill Capital dan dana lindung nilai AS, Archegos Capital, pada tahun 2021.
Perusahaan tersebut juga mendapat kecaman setelah rilis investigasi rahasia Suisse oleh media global termasuk Guardian pada tahun 2022 karena melayani klien yang terlibat dalam penyiksaan, perdagangan narkoba, pencucian uang, korupsi, dan kejahatan serius lainnya selama beberapa dekade.
Pada tahun yang sama, jaksa penuntut Swiss menyatakan bahwa bank Credit Suisse bersalah karena membantu pencucian uang atas nama mafia Bulgaria, meskipun bank ini membantah melakukan kesalahan dan berniat untuk mengajukan banding atas keputusan tersebut.
Kini pemberi pinjaman mengakui bahwa ada ‘kelemahan material’ dalam kontrol internal bank tersebut yang terkait dengan pelaporan keuangan, tetapi meyakinkan para bosnya bahwa mereka sedang menyusun rencana untuk memperkuat kerangka kerja risiko dan kontrol.
(Penulis Fidya Damayanti magang)
(SAN)