BANKING

Konsep One Stop Solution Azim, Dirikan ATM Mini yang Jadi Solusi Permodalan UMKM Cinagara

taufan sukma 03/04/2024 12:49 WIB

sudah ada sedikitnya 32 pelaku UMKM yang telah sukses dibantu Azim untuk mendapatkan akses permodalan dari BRI.

Konsep One Stop Solution Azim, Dirikan ATM Mini yang Jadi Solusi Permodalan UMKM Cinagara (foto: MNC Media)

IDXChannel - "Only dead fish go with the flow (hanya ikan mati yang berenang mengikuti arus)," ujar seorang penulis sekaligus programmer asal Amerika, Andy Hunt, tentang pentingnya inovasi dan nilai perjuangan bagi kehidupan.

Keyakinan tersebut juga yang sepertinya mengusik pemikiran Muhamad Azim Sadikin, seorang pemuda di Desa Cijeruk, Kelurahan Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, untuk dapat berbuat lebih guna meraih kehidupan yang lebih baik.

"Di sini sudah ada klaster budidaya ikan nila. Ketuanya saya sendiri. Alhamdulillah sudah banyak yang sukses. Total sudah ada 32 (orang) yang sukses dapat permodalan dari BRI (PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI)," ujar Azim, di lapak Agen BRILink miliknya, di Caringin, pekan lalu.

One Stop Solution

Agen BRILink tersebut, oleh Azim, didirikan di tengah kawasan kolam pancing miliknya, yang bersebelahan juga dengan lokasi budidaya ikan nila, yang ditekuninya sejak lima tahun lalu.

"(Bisnis) Kolam pancing mulai 2014. Saat itu belum ada (warga di desanya) yang bikin kolam pancing. Padahal sumber air di sini melimpah. Makanya saya penasaran dan akhirnya bikin kolam pancing, saya kasih nama Sindang Reret," tutur Azim.

Dibangun dari hanya satu kolam pada 2014 lalu, kini Azim telah memiliki 17 kolam pancing yang disewakan dalam tiga jenis sistem sewa, yaitu sistem harian, borongan dan sistem galatama (galatrik/galatama ngetrik).

Dengan jumlah kolam pancing sebanyak itu, Azim pun membutuhkan pasokan ikan yang juga semakin banyak, sehingga menggerakkannya untuk memulai budidaya ikan sejak 2019, dengan kolam budidaya yang dimiliki saat ini juga telah mencapai 17 kolam.

"Jadi memang (hasil) budidaya (ikan) ini untuk menyuplai kebutuhan ikan di pemancingan. Belum dijual ke luar, karena untuk (pemancingan) sendiri saja masih kurang, jadi sebagian masih harus saya ambil dari orang (lain)," ungkap Azim.

Dengan mengarahkan fokus budidaya ikannya untuk kebutuhan kolam pancing, Azim memiliki mimpi ingin membangun sebuah kawasan hiburan di pedesaan dengan konsep one stop solution, di mana sebisa mungkin seluruh kebutuhan dari pemancing yang datang, tersedia di kolam pancing Sindang Reret miliknya.

Agen BRILink

Dengan konsep one stop solution yang telah dipilih, Azim pun secara bertahap menambah lini bisnis yang dikembangkan di kawasan kolam pancing seluas 8.000 meter persegi miliknya tersebut.

Sebut saja warung makan, toko kelontong tempat menjual kebutuhan sehari-hari, hingga layanan cuci motor kini juga tersedia di kolam pancing Sindang Reret milik Azim.

Dari sana, Azim juga mencoba kembali berinovasi dengan mendaftar sebagai Agen BRILink, atau oleh sebagian masyarakat kerap kali disebut sebagai ATM Mini, merujuk pada beragam layanan yang bisa dilakukan, yang serupa dengan layanan yanga da di mesin-mesin ATM.

"Modal Rp5 juta, saya mulai buka jasa Agen BRILink. Jadi penginnya tuh, apa yang pemancing butuh, kita ada. Mau makan, kita ada warung. Cuci motor, juga bisa. Nah dengan Agen BRILink ini, mereka mau sekalian tarik uang, beli pulsa, sampai bayar taris mancingnya pakai non-tunai, juga bisa," papar Azim, bangga.

Setelah beberapa tahun berjalan, bisnis Agen BRILink Azim kini telah memiliki omzet bulanan sekitar Rp20 juta hingga Rp30 juta per bulan. 
Meski belum terlalu besar, namun omzet tersebut dinilai Azim sudah cukup bagus, mengingat posisinya yang berada di tengah-tengah kawasan pemancingan, sehingga potensi pelanggannya secara spesifik hanya mengandalkan dari para pemancing, dan bukan dari masyarakat luas secara lebih umum.

"Memang konsepnya begitu, yaitu untuk para pemancing di sini saja. Bukan untuk orang luar. Karena kalau untuk orang luar juga, khawatirnya malah nggak kepegang," urai Azim.

Dengan gurita bisnis yang terus berkembang di Kolam Pancing Sindang Reret, keberadaan Azim di desanya juga semakin diakui sebagai salah satu pelopor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di bidang ikan nila, baik untuk kolam pancing maupun budidaya ikan.

Klaster Budidaya Ikan Nila

Dengan prestasi bisnis yang telah diraih tersebut, kini Azim juga dipercaya untuk menjadi ketua sekaligus penggerak Klaster Budidaya Ikan Nila di desanya.

"Kalau untuk klasternya sendiri, dalam arti pendampingan dan edukasi bisnis ikan nila, ada delapan anggota. Alhamdulillah, tiga sampai empat di antaranya sudah mulai jalan bisnisnya. Salah satunya adik saya sendiri, Dede Fauzi, yang fokus di bisnis budidaya," jelas Azim.

Selain delapan 'didikan'nya tersebut, ada sejumlah pelaku UMKM lain yang juga tergabung dalam klaster di bawah bimbingan Azim tersebut. Biasanya, para pelaku UMKM tersebut fokus dalam pendampingan dan edukasi terkait bagaimana mengatasi kendala permodalan.

Dalam catatan Azim, sejauh ini sudah ada sedikitnya 32 pelaku UMKM yang telah sukses dibantunya untuk mendapatkan akses permodalan dari BRI, melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Para nasabah kredit tersebut mendapatkan jumlah pinjaman permodalan yang beragam, mulai dari Rp2,5 juta hingga Rp25 juta, bergantung pada kebutuhan dan besarnya bisnis yang digeluti.

"Karena saya juga punya Agen BRILink, maka pengajuan kredit gitu oleh BRI juga diarahkan lewat saya. Jadi saya edukasi juga, bagaimana agar bisnis kita dinilai layak mendapat pinjaman modal. Belajar pembukuan, neraca rugi-laba dan sebagainya, agar mereka dinilai layak untuk dapat kredit," tandas Azim.

Tak hanya bagi yang telah memiliki usaha, Azim juga banyak membantu warga di desanya untuk mulai berbisnis dari nol, dengan bantuan permodalan dan ide bisnis yang lebih tertata, rapi, sehingga bisa dijalankan dengan lebih baik.

Para pebisnis pemula tersebut, oleh Azim, akan diarahkan untuk mendapat fasilitas pinjaman ultra mikro (UMI) dari BRI, yang produknya diberi nama Kredit Cepat (KECE).

Berbeda dengan fasilitas KUR, produk KECE ini memiliki pagu pinjaman yang lebih kecil, dengan durasi pinjaman (tenor) yang juga lebih pendek. Biasanya nominal pinjaman yang diberikan berkisar Rp500 ribu hingga Rp10 juta per nasabah, dengan tenor pinjaman maksimal selama tiga bulan saja.

"Karena agar tidak memberatkan juga. Mulai dari kecil dulu. Khawatirnya kalau langsung ikut KUR, mereka (pebisnis pemula) bakal keberatan. Belum siap," urai Azim.

Dalam teknis pelaksanaannya di lapangan, Agen BRILink seperti Azim bakal banyak berperan dalam memberikan rekomendasi atau referral kepada pihak BRI untuk membantu mengumpulkan berkas-berkas persyaratan yang diperlukan.

Dengan segala upaya yang dilakukan, Azim pun membantu dua pihak sekaligus, yaitu BRI dalam memperlancar dan menjaga keamanan dalam proses pencairan kreditnya, serta sekaligus membantu memperbaiki dan meningkatkan perekonomian di desanya.

"Alhamdulillah, (desanya) sudah jadi desa wisata yang lumayan terkenal. Kalau Anda tanya ke komunitas pemancing di daerah Jabodetabek, pasti tahu desa sini. Dari situ, ekonomi masyarakat juga meningkat. Sekarang (warga yang) mau mulai usaha juga gak bingung lagi, pasti kita bantu," tegas Azim.

ATM Mini

Konsep ATM Mini sebagaimana dijalankan oleh Azim, memang diakui oleh BRI sangat membantu dalam memaksimalkan layanannya ke masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah, terutama di wilayah-wilayah terpencil.

Sejauh ini, BRI mencatat total transaksi Agen BRILink secara nasional telah mencapai Rp1.400 triliun, yang dikontribusikan oleh sedikitnya 741 ribu agen aktif, seperti Kamal.

Dari total transaksi tersebut, pihak BRI mengaku mengantongi pemasukan dari fee (biaya layanan) sekitar Rp1,3 triliun. Sedangkan nilai fee yang diterima Agen BRILink dari transaksi yang dilakukan, secara total, tidak kurang dari Rp3 triliun.

"Jadi (fee) yang diterima agen itu, jumlahnya lebih dari dua kali lipat dari yang diterima BRI. Ini lah yang membuat masyarakat tertarik jadi Agen BRILink. Atau biasanya, di sebagian daerah, kadang disebutnya bukan Agen BRILink, tapi ATM Mini," ujar Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam BRI Microfinance Outlook, Kamis (7/3/2024).

Penggunaan istilah ATM Mini sendiri, dikatakan Sunarso, memang merupakan salah satu strategi yang sengaja didesain untuk dapat semakin mendekatkan Agen BRILink di tengah masyarakat.

Bagi BRI, penyebutan istilah bukan menjadi suatu hal yang penting dan krusial, selagi keberadaan Agen BRILink benar-benar dapat membantu memperlancar transaksi digital di masyarakat.

"Melalui Agen BRILink ini, dan juga tentu lewat berbagai produk yang lain, BRI berharap dapat berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara merata di seluruh wilayah di Indonesia," tegas Sunarso. (TSA)

SHARE