Kredit Bermasalah Masih Membayangi Perbankan
Kondisi ini berpotensi meningkatkan beban biaya hidup, yang pada gilirannya juga berdampak pada melonjaknya risiko kredit bermasalah.
IDXChannel – Dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan bakal berpengaruh pada rantai pasok barang, yang pada akhirnya mendongkrak harga sejumlah barang kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
Kondisi ini berpotensi meningkatkan beban biaya hidup, yang pada gilirannya juga berdampak pada melonjaknya risiko kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di industri perbankan nasional. Kondisi ini benar-benar diwaspadai oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan harapan stabilitas sektor keuangan nasional dapat tetap terjaga dengan baik.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, mengaku yakin kenaikan harga BBM tidak akan berpengaruh besar terhadap minat masyarakat untuk mengambil kredit di bank.
“Pemerintah menghadapi dan menaikan harga minyak dunia dengan suatu kebijakan yang tepat, ini justru bisa diharapkan memberikan tambahan confidence. Jadi nanti dapat kita lihat, namum angkanya tetntu akan kami laporkan pada gilirannya nanti,” ujar Mahendra, dalam Program Market Review IDXChannel, Jumat (9/9/22).
Selain itu, OJK juga mencatatkan kenaikan rasio NPL untuk kredit restrukrisasi COVID-19 dari 6,44 persen pada Juni 2022 menjadi 7,1 persen di bulan Juli 2022. Sedangkan outstanding restrukturisasi kredit COVID-19 mencapai Rp550 triliun.
Sementara, Kepala Ekonom PT Bank Permata TBK, Josua Pardede, mengatakan fungsi internediasi perbankan sejauh ini masih tetap positif.
“Ya kalo kita melihat dari sisi fungsi merek intermediasi perbankan untuk pertumbuhan kredit sendiri sampai denga bulan Juli sudah tetap tumbuh positif sekitar 10,7 persen secara yoy. Lalu dari dana pihak ketiga pertumbuhannya juga solid sekitar 8 persen dan 8,6 persen,” ujar Josua.
Diharapkan stabilitas sistem perbankan tetap akan terjaga sehingga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap baik. Serta fungsi intermediasi perbankan juga akan terus mendukung pemulihan ekonomi ke depannya. (TSA)
Penulis: Bayu Rama