Krisis Perbankan Global Seret Deutsche Bank, Bakal Berakhir seperti Credit Suisse?
Deutsche Bank menjadi korban terbaru yang mengalami aksi jual yang didorong oleh kepanikan.
IDXChannel - Deutsche Bank menjadi korban terbaru yang mengalami aksi jual yang didorong oleh kepanikan. Tetapi para analis menegaskan, hal ini adalah bentuk irasionalitas pasar.
Saham Deutsche Bank ditutup merosot 8,55% pada perdagangan Jumat (24/3) di tengah lonjakan tiba-tiba biaya asuransi terhadap default atau credit default swap (CDS). (Lihat grafik di bawah ini.)
Kondisi Deutsche Bank disebut para analis cukup berbeda dengan Credit Suisse. Bank asal Jerman ini konsisten memperoleh laba 10 kuartal berturut-turut dan posisi solvabilitas dan likuiditas yang kuat.
Namun, menurut para analis, dalam suasana yang semakin tegang di sektor perbankan saat ini, kehati-hatian dapat dengan cepat, dan secara sewenang-wenang, berubah menjadi paranoia.
Tak Sama dengan Credit Suisse
Deutsche Bank tampaknya menjadi korban terbaru dari kepanikan pasar. Pada Jumat, (24/3) setelah harga credit default swap (CDS) naik ke level tertinggi sejak 2018, investor memicu aksi jual di bank Jerman tersebut.
Menurut para analis langkah ini sebagian besar tidak rasional. Jika dilihat dalam dua aspek utama, kondisi Deutsche Bank sama sekali berbeda dengan Credit Suisse.
Pertama, dalam laporan kuartal keempat Deutsche Bank tahun lalu, bank ini melaporkan laba bersih 1,8 miliar euro atau setara USD1,98 miliar.
Laporan keuangan tersebut juga menyumbang pendapatan bersih tahunan untuk tahun 2022 sebesar 5 miliar euro.
Sebaliknya, Credit Suisse mengalami kerugian kuartal keempat sebesar 1,4 miliar franc Swiss atau setara USD1,51 miliar, dan mengalami kerugian setahun penuh sebesar 7,3 miliar franc Swiss. Perbedaan antara kedua bank Eropa tersebut sangat mencolok, terutama pada fundamental keuangan.
Kedua, rasio cakupan likuiditas Deutsche Bank adalah 142% pada akhir 2022. Ini artinya, bank tersebut memiliki lebih dari cukup aset likuid untuk menutupi arus kas yang keluar secara tiba-tiba selama 30 hari.
Sementara, Credit Suisse harus menggunakan "buffer likuiditas" pada 2022 karena bank Swiss tersebut berada di bawah persyaratan peraturan likuiditas.
Menyusul selesainya diskusi dengan regulator AS, Credit Suisse mengonfirmasi hasil 2022 yang seharusnya diumumkan pada 9 Februari lalu. Bank asal Swiss ini menunjukkan kerugian bersih setahun penuh sebesar 7,3 miliar franc Swiss atau setara USD8 miliar.
Pada akhir 2022, Credit Suisse mengungkapkan terjadi penarikan setoran tunai yang jauh lebih tinggi, tidak diperpanjangnya deposito berjangka yang jatuh tempo, dan arus keluar aset bersih pada tingkat yang secara substansial melebihi tingkat yang terjadi pada kuartal ketiga tahun 2022.
Penarikan aset Credit Suisse ditaksir lebih dari 110 miliar franc Swiss pada kuartal keempat tahun lalu, karena berbagai alasan seperti serangkaian skandal, risiko warisan, dan kegagalan kepatuhan.
Firma riset Autonomous, anak perusahaan dari AllianceBernstein, berupaya meyakinkan investor dengan mengeluarkan catatan kepada klien mereka.
“Kami tidak memiliki kekhawatiran tentang kelangsungan hidup atau nilai aset Deutsche Bank. Untuk memperjelas, Deutsche Bank bukanlah Credit Suisse berikutnya,” kata Autonomous mengutip CNBC Internasional, (24/3). (ADF)