IDXChannel - Saham Deutsche Bank turun tajam, menyeret bank-bank besar Eropa lainnya dan menghidupkan kembali kekhawatiran akan meluasnya krisis sektor perbankan.
Pemberi pinjaman terbesar di Jerman ini turun lebih dari 14% di Bursa Efek Frankfurt pada perdagangan Jumat pagi sebelum kembali menguat pada sore hari dan diperdagangkan 9,5% lebih rendah, yaitu 8,43 euro (USD9,07) per lembar.
Saham-saham bank yang jatuh menyeret turun pasar-pasar di seluruh Eropa pada hari Jumat dengan Commerzbank Jerman turun 7,5%, Societe Generale Perancis turun 5,9% dan Raiffaisen Austria turun 5,9%.
Deutsche Bank adalah salah satu dari 30 bank yang dianggap sebagai institusi keuangan signifikan secara global, sehingga peraturan internasional mengharuskannya untuk memiliki cadangan modal yang lebih tinggi karena kegagalannya dapat menyebabkan kerugian yang meluas.
Bank yang telah lama bermasalah ini tengah menjadi fokus perhatian investor setelah runtuhnya tiga pemberi pinjaman regional AS dan pengambilalihan Credit Suisse oleh saingannya, UBS, yang ditengahi oleh pemerintah Swiss, memicu gejolak pasar pada bulan ini.
Biaya untuk mengasuransikan utang bank terhadap risiko gagal bayar, yang dikenal sebagai credit default swap, telah melonjak karena para investor khawatir akan kesehatan sektor perbankan.
Meningkatnya biaya untuk mengasuransikan utang merupakan awal dari penyelamatan Credit Suisse oleh UBS. Akuisisi yang dilakukan dengan tergesa-gesa dan kegelisahan mengenai masalah Credit Suisse yang telah berlangsung lama, menyebabkan sahamnya jatuh dan nasabah menarik uang mereka kembali.
Ketika ditanya pada pertemuan pucak para pemimpin eropa di Brussels, apakah Deutsche Bank dapat menjadi Credit Suisse berikutnya?
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, "Tidak ada alasan untuk khawatir. Bank ini telah memodernisasi dan mengorganisir cara kerjanya. Ini adalah bank yang sangat menguntungkan," dilansir dari Reuters pada Sabtu (25/3/2023).
“Sistem perbankan Eropa sangat stabil, karena didampingi dengan peraturan dan regulasi yang ketat,” Lanjutnya.
Deutsche Bank mengatakan pada hari Jumat, “Mereka akan menebus obligasi tier 2 senilai USD1,5 milyar lebih awal,” langkah ini biasanya ditujukan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap bank meski sahamnya tetap anjlok.
Bank telah dilanda serangkaian masalah terkait dengan upaya yang dilakukan sebelum krisis keuangan global 2008 untuk bersaing dengan raksasa-raksasa perbankan investasi di Wall Street.
Namun, bank ini meluncurkan restrukturisasi besar-besaran, yang melibatkan ribuan pemutusan hubungan kerja dan fokus lebih besar pada Eropa, dan telah kembali pada kesehatan finansial yang baik. Tahun lalu, bank ini membukukan laba tahunan tertinggi sejak 2007.
Para pejabat Eropa mengatakan, bank-bank dalam sistem regulasi Uni Eropa, yang tidak termasuk Credit Suisse, adalah bank-bank yang tangguh serta tidak memiliki keterkaitan langsung dengan Silicon Valley Bank yang berbasis di California yang gagal dan tidak memiliki keterkaitan langsung dengan Credit Suisse.
“Upaya untuk memperkuat regulasi perbankan dalam beberapa tahun terakhir, menempatkan kita semua dalam posisi untuk mengatakan bahwa pengawasan perbankan Eropa dan sistem keuangannya kuat dan stabil dan bahwa kita memiliki kapitalisasi yang tangguh di bank-bank Eropa,” kata Scholz.
Para pemimpin Eropa, yang mengecilkan risiko kemungkinan krisis perbankan pada pertemuan puncak mereka pada hari Jumat, mengatakan “Sistem keuangan berada dalam kondisi yang baik karena mereka membutuhkan kepatuhan yang luas terhadap persyaratan yang lebih ketat untuk menyimpan uang tunai yang siap pakai untuk menutupi deposito," urainya.
Para negosiator internasional menyetujui aturan-aturan tersebut setelah krisis keuangan 2008, yang dipicu oleh kegagalan bank investasi AS, Lehman Brothers. Regulator AS membebaskan bank-bank menengah, termasuk Silicon Valley Bank, dari perlindungan tersebut.
(Penulis Angger Kinayung Gusti magang)
(SAN)