BANKING

KUR BRI Bantu Ida Kantongi Jutaan Rupiah per Hari dari Berjualan Sepatu di Pasar

taufan sukma 25/03/2024 12:58 WIB

pasti selalu ada rejeki dari setiap usaha yang ditekuni dan diperjuangkan dengan maksimal, terlepas di mana saja usaha tersebut dirintis.

KUR BRI Bantu Ida Kantongi Jutaan Rupiah per Hari dari Berjualan Sepatu di Pasar (foto: MNC Media)

IDXChannel - Grup musik duo asal Amerika beraliran country, Blue County, pernah menulis lirik puitik yang cukup indah, yaitu "You don't have to walk on water. It's how you walk on land. (Anda tidak harus berjalan di atas air. Begitulah cara Anda berjalan di darat)."

Lewat petikan lirik dalam lagu berjudul Walk on Water tersebut, Blue County ingin menyebarkan semangat bahwa hidup tidak selalu harus sempurna, namun tetap harus diperjuangkan dengan maksimal.

"Ya memang kita harus jalani saja dulu. Kadang kalau sibuk mikir pengin ini-itu terus, jadinya malah gak jalan-jalan usahanya. Diem aja di situ. Gak berkembang," ujar Ida membuka perbincangan, saat ditemui di kiosnya, di Pasar Parabakti, Kabupaten Bogor.

Lokasi Pasar Parabakti sendiri masuk dalam Kecamatan Pamijahan, yang berada di Kaki Gunung Salak, dan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Cibungbulang, sejak Agustus 1995 silam.

Di kios mungil miliknya, wanita bernama lengkap Ida Farida itu menjual aneka produk sepatu dan sendal, baik untuk pria dan juga wanita. Tak hanya itu, Ida juga menjual beragam pernik lain, seperti kaos kaki, sabuk hingga tas untuk wanita dan anak-anak.

Mungkin bagi sebagian orang, tinggal di kawasan kaki gunung seperti Ida bukan merupakan pilihan tepat dalam membuka usaha. Hal itu juga diakui oleh wanita bernama lengkap Ida Farida tersebut.

Namun, Ida meyakini pasti selalu ada rejeki dari setiap usaha yang ditekuni dan diperjuangkan dengan maksimal, terlepas di mana saja usaha tersebut dirintis.

"Saya merintis mulai 2017. Tadinya (bisnis) ini punya orang tua, tapi kurang berkembang karena nggak kepegang (terurus-red). Jadi ya sudah coba saya teruskan saja," tutur Ida.

KUR BRI

Dalam mengembangkan bisnis, diakui Ida, urusan permodalan adalah permasalahan klasik namun krusial untuk dapat segera diatasi.

Terlebih bagi penjual produk yang notabene bukan merupakan kebutuhan sehari-hari seperti halnya bisnis yang dijalankan oleh Ida. Dibutuhkan permodalan yang cukup dan manajemen keuangan yang tepat, agar stok dapat terus tersedia, sebelum akhirnya laku di pasaran.

"Karena sepatu-sendal kan bukan barang yang tiap hari dicari orang, jadi kita perlu stok yang cukup. Kadang satu produk perlu satu-dua bulan untuk laku. Itu kan artinya ada sebagian modal kita yang nggak muter. Jadi perlu dana lebih untuk bisa rutin kulakan agar stok di lapak tidak kosong," urai Ida.

Beruntung, pemerintah telah menyediakan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga cukup ringan, karena sebagian di antaranya disubsidi langsung oleh pemerintah, yang dikucurkan melalui sejumlah perbankan di Indonesia.

Ida pun menjadi salah satu pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memanfaatkan fasilitas bantuan KUR dari pemerintah tersebut melalui PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), atau Bank BRI.

Pertama kali Ida menjadi nasabah KUR BRI adalah pada 2018 lalu, atau tepat setahun setelah Ida memutuskan untuk menggeluti bisnis 'warisan' dari orang tuanya ini.

"(Saya) Sudah beberapa kali ngajuin (KUR ke BRI). Alhamdulillah selalu lancar. Pertama ngajuin Rp25 juta, tenor 1,5 tahun. Setelah lunas, ajuin Rp25 juta lagi, tenor juga 1,5 tahun lagi. Lalu (mengajukan lagi) Rp50 juta. Dan terakhir ini, Rp85 juta untuk tenor tiga tahun," ungkap Ida.

Omzet Jutaan

Dengan adanya pinjaman KUR dari BRI tersebut, Ida mengaku cukup terbantu dalam melengkapi pilihan produk sepatu dan sendal yang disediakannya di kios miliknya.

Dengan stok yang cukup dan pilihan produk yang relatif beragam, maka potensi pembeli untuk datang dan membeli barang dagangannya tentu semakin besar. Meski, diakui Ida, terkadang sepi-ramainya pembeli yang datang tidak bisa diramalkan dan kerap tak sesuai harapan.

Namun demikian, meski sesepi-sepinya pembeli yang datang, Ida memastikan paling tidak ada lima hingga sepuluh penjualan yang dilayaninya dalam sehari.

"Cuma kan kita tidak tahu dari minimal 10 orang yang datang tadi belinya barang yang harga berapa. Di sini saya jual harganya beragam, dari Rp5 ribu sampai Rp200-an ribu. Kalau kebetulan yang dibeli banyak yang mahal, ya omzet bisa jutaan. Tapi kalau pas belinya cuma kaos kaki gitu, ya kurang," jelas Ida.

Bahkan, dalam kondisi ramai, Ida mengeklaim bahwa pembeli yang datang ke kiosnya bisa mencapai ratusan orang. Biasanya kondisi tersebut terjadi setiap hari Senin, karena pada hari itu di Pasar Parabakti selalu digelar Pasar Rakyat.

"Jadi (Pasar Parabakti) sini ini memang dikenalnya Pasar Senin. Jadi tiap Senin, orang pada jualan macam-macam. Rame. Tapi kalau hari biasa, ya tetap ada pembeli juga, walaupun gak seramai hari Senin," ungkap Ida.

Tak hanya setiap Senin, momen ramainya pembeli yang datang disebut Ida biasanya terjadi saat masyarakat baru saja menerima pencairan dana bantuan dari pemerintah, misal Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Keluarga Harapan (PKH) dan berbagai program bantuan lainnya.

Biasanya, setiap bantuan tersebut dicairkan, selalu saja ada pembeli yang datang untuk berbelanja sepatu untuk anaknya, atau juga sepatu dan sandal baru untuk dirinya sendiri.

"Apalagi kalau mau Lebaran, pas Ramadan itu pembelian sudah mulai meningkat, sampai puncaknya di H-2 dan H-1 Lebaran. Meski, sekarang ini kayaknya masih agak kurang (ramai). Ya semoga saja ntar pas mendekati Lebaran bisa ramai," harap Ida.

Aset Bertambah

Dengan ketekunan dan kesabarannya dalam mengelola bisnis sepatu dan sendal, Ida mengakui adanya perbaikan dalam hal perekonomian keluarga.

Meski disebutnya belum terlalu banyak, namun secara bertahap Ida mulai mampu untuk menumpuk kepemilikan aset, mulai dari tanah, rumah hingga kios yang kini dimanfaatkan Sang Suami untuk membuka bengkel.

"Ya adalah (penambahan aset), meski belum banyak. Kan bertahap ya, bisnis kan berkembangnya juga perlu proses. Alhamdulillah sudah bisa beli tanah, terus kios itu di sebelah rumah saya untuk suami buka bengkel," papar Ida.

Dengan tren perkembangan bisnisnya yang demikian, Ida mengaku bersyukur, sembari tak mau terlalu muluk-muluk dalam menentukan target dan harapan ke depan.

"Pelan-pelan saja. Namanya bisnis, takutnya kalau terlalu agresif, risiko ruginya juga tinggi. jadi mending berkembang bertahap. Ya semoga ke depan bisa punya kios lebih gede, biar stok barang makin banyak, sehingga pilihan juga lebih banyak. Sehingga diharapkan bisa lebih ramai pembeli yang datang," tegas Ida.

Pagu 2024

Berkaca ke berbagai kisah inspiratif para pelaku UMKM serupa Ida, pemerintah pun berkesimpulan bahwa keberadaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) memiliki dampak dan manfaat yang sangat besar dalam mendorong perkembangan UMKM di Indonesia secara keseluruhan.

Karenanya, pemerintah pun tak ragu untuk terus memaksimalkan pengalokasian anggaran negara, guna menopang pelaksanaan Program KUR secara nasional.

Seperti halnya pada 2024 ini, pemerintah melalui Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian telah memasang target penyaluran hingga mencapai Rp300 triliun sampai akhir tahun.

Dari total target tersebut, BRI sebagai salah satu bank penyalur telah diberikan jatah pagu hingga Rp165 triliun. Dengan pagu tersebut, BRI tercatat sebagai bank penyalur KUR terbesar secara nasional.

"Kami berkomitmen penuh untuk dapat memenuhi target tersebut sebagai bentuk konkret dukungan perusahaan atas pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia," ujar Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, dalam kesempatan terpisah.

Menurut Supari, pihaknya optimistis bahwa target tersebut cukup realistis untuk dipenuhi, mengingat telah tersedianya infrastruktur perusahan secara memadai.

Terlebih, BRI disebut Supari juga telah memiliki sumber pertumbuhan baru melalui Ekosistem Ultra Mikro bersama Pegadaian dan PNM. 

"Dari sisi infrastruktur, saat ini kami telah memiliki BRISPOT yang terus dioptimalisasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan tenaga pemasar (mantri). Lalu, kami juga akan mengoptimalkan potensi dari ekosistem model bisnis baru seperti PARI dan Localoka," tutur Supari.

Di sepanjang 2023 lalu, BRI tercatat berhasil merealisasikan penyaluran Program KUR hingga Rp163,3 triliun. Nominal penyaluran sebesar itu disalurkan kepada sedikitnya 3,5 juta debitur.

"Penyaluran (KUR) mayoritas dari sektor produksi, dengan kontribusi mencapai 57,38 persen terhadap total nilai yang terealisasi," tegas Supari. (TSA)

SHARE