BANKING

Likuiditas Perbankan Makin Ketat, Pertumbuhan Kredit Diproyeksi Melambat

Iqbal Dwi Purnama 18/12/2024 22:00 WIB

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, memproyeksi pertumbuhan kredit perbankan semakin berat ke depannya.

Likuiditas Perbankan Makin Ketat, Pertumbuhan Kredit Diproyeksi Melambat. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, memproyeksi pertumbuhan kredit perbankan semakin berat ke depannya. Hal ini karena likuiditas perbankan semakin ketat.

Andry menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan kredit yang semakin tinggi tidak sebanding dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Bahkan sejak fase recovery covid-19, pertumbuhan DPK tidak bisa mengejar pertumbuhan penyaluran kredit.

"Memang beberapa tahun terakhir, memang pertumbuhan kredit itu relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan dari DPK. Setiap ada recovery pertumbuhan DPK pasti tidak mampu mengejar pertumbuhan kredit," ujarnya di Jakarta, Rabu (18/12/2024).

Andry menjelaskan, likuiditas perbankan yang ketat salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang masih stagnan di angka 5 persen. 

"Memang yang kita lihat di sini, pertumbuhan ekonomi tidak bisa mengerek kepada inklusifitas, sehingga DPK kita seperti itu," kata dia.

Selain itu, pengetatan likuiditas juga diperparah sejak adanya disparitas antara kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat dengan Bank Indonesia yang relatif lebih rendah.

"Ini adalah kemudian salah satu masalah yang relatif struktural, karena kalau kita tidak selesaikan, dalam beberapa tahun ke depan, ini akan membatasi pertumbuhan kredit perbankan," tuturnya.

Andry berharap ke depan Pemerintah bisa membagi dana-dana hasil ekspor untuk masuk ke perbankan agar likuiditas perbankan tidak terlalu ketat dan mampu meningkatkan pertumbuhan kredit yang lebih baik.

Sebab, ketatnya likuiditas perbankan akan mengancam rasio pertumbuhan kredit terhadap PDB. Hal ini, pada akhirnya akan memperberat pertumbuhan ekonomi secara nasional.

"Kalau bahan bakar terbatas, tentu ada masalah di situ, kecuali mungkin kalau perbankan aktif menerbitkan obligasi. Tapi itu kan tergantung kondisi market dan situasi juga," kata dia.

(NIA DEVIYANA)

SHARE