BANKING

Mimpi Penjual Sayur Bangun 'Bank Mini' di Kaki Gunung Dahu

taufan sukma 07/04/2024 13:26 WIB

sebelum adanya keberadaan Bank Mini, Kamal saat ini sudah tercatat sebagai salah satu Agen BRILink dengan transaksi paling aktif.

Mimpi Penjual Sayur Bangun 'Bank Mini' di Kaki Gunung Dahu (foto: MNC Media)

IDXChannel - "The secret of change is to focus all of your energy not on fighting the old, but on building the new. (Rahasia perubahan adalah memfokuskan seluruh energi, bukan untuk melawan yang lama, namun untuk membangun yang baru)."

Ujaran tersebut pertama kali disampaikan oleh pemikir klasik asal Yunani yang hidup di pertengahan abad ke-4 sebelum masehi (SM), Socrates.

Menurut Socrates, semangat pembaruan sudah seharusnya tidak didasarkan pada kebencian dan upaya meruntuhkan tradisi lama, melainkan lebih pada menciptakan era yang baru.

Sama dan sebangun, semangat yang sama juga diyakini betul oleh seorang Kamaludin dalam ikhtiarnya mendorong kehidupan yang lebih baik di tanah kelahirannya, Sadengkolot.

Namanya Kamaludin, pria asli kelahiran Desa Sadengkolot, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Lokasi desa yang berada di kaki Gunung Dahu membuat akses dari dan menuju daerah tersebut cukup curam dan berliku.

"Dengan kondisi wilayah yang demikian, salah satu yang jadi kendala di sini itu adalah soal akses. Termasuk juga akses keuangan, misal kita mau menabung, ambil uang dan sebagainya, jadi lumayan jauh," ujar ujar Kamaludin, saat ditemui di rumahnya, pekan lalu.

Untuk ketersediaan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) saja, misalnya, lokasi terdekat baru tersedia dalam radius empat hingga lima kilometer dari desa tempat Kamal bermukim.

Atau misal membutuhkan layanan yang lebih lengkap, menurut Kamal, maka warga di desanya terpaksa harus datang ke kantor cabang perbankan, yang baru tersedia di Pasar Leuwiliang, yang berjarak lebih dari 10 kilometer dari desanya.

Bank Mini

Dengan kondisi yang demikian, pria yang sehari-harinya berjualan sayur ini bertekad untuk dapat mendirikan semacam 'bank mini' di lokasi di dekat rumahnya.

Dengan hadirnya bank mini tersebut, Kamal berharap agar masyarakat di desanya jadi lebih dimudahkan dalam hal akses keuangan, karena tidak perlu lagi turun ke Pasar Leuwiliang untuk dapat mengakses layanan perbankan.

Pembangunan bank mini tersebut, Kamal menjelaskan, pada dasarnya merupakan langkah pengembangan dari bisnis Agen BRILink yang sebelumnya juga telah dijalankan oleh Kamal beserta Sang Istri.

"Jadi cita-cita saya bisa beli sebidang tanah di depan gang itu. Kecil saja, tapi bisa jadi jujugan ketika warga butuh layanan keuangan. Mau setor uang, tarik tunai, sampai beli pulsa, toket listrik dan sebagainya, tinggal datang ke situ," tutur Kamal.

Selama ini, Kamal memang menjalankan bisnis Agen BRILinknya dengan sedikit berbeda bila dibandingkan dengan agen-agen BRILink yang lain.

Bila agen lain biasanya membangun melayani transaksi di kios atau toko, Kamal sejauh ini lebih memilih jemput bola dengan berkeliling, mendatangi langsung nasabah yang ingin bertransaksi, yang sebelumnya telah membuat janji lewat aplikasi pesan Whatsapp maupun telegram.

Dalam menjalankan layanannya, Kamal mengandalkan dua mesin Electronic Data Capture (EDC), di mana yang satu dibawanya berkeliling dari rumah ke rumah nasabah, dan satu lagi digunakan untuk standby di rumah, dengan dioperasikan oleh Sang Istri, untuk melayani tetangga di sekeliling rumahnya.

Kupedes

Guna mewujudkan mimpinya membangun 'bank mini', Kamal mengaku telah mengajukan kredit usaha pedesaan (Kupedes) dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), atau Bank BRI, sebesar Rp300 juta.

Dana sebanyak itu, separuh di antaranya rencana Kamal bakal digunakan untuk membeli lahan. Sedangkan separuh lagi diharapkan masih cukup untuk mendirikan bangunan fisik yang sederhana namun cukup layak guna melayani nasabah yang datang.

Pengajuan tersebut, dikatakan Kamal, masih dalam proses approval, dan diharapkan sudah bisa dicairkan dalam sebulan ke depan.

Terbukanya akses pinjaman kredit bagi Kamal, selain karena statusnya sebagai Agen BRILink, juga karena dalam beberapa tahun sebelumnya, Kamal telah rutin menjadi nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI.

"Sebelumnya kan saya memang nasabah KUR BRI. Sudah beberapa kali pengajuan dan sudah lunas juga. Makanya oleh pihak BRI saya didorong untuk upgrade ke Kupedes, agar fasilitas KUR bisa dipakai oleh pelaku usaha yang lebih pemula," ungkap Kamal.

Dengan nantinya telah berdiri Bank Mini seperti yang diharapkan, Kamal optimistis kinerja bisnis Agen BRILink yang dijalankan bakal semakin berkembang.

Bahkan, sebelum adanya keberadaan Bank Mini, Kamal saat ini sudah tercatat sebagai salah satu Agen BRILink dengan transaksi paling aktif, dan juga volume cukup besar, dengan rata-rata mencapai RP300 juta per bulan.

Edukasi dan Sosialiasi

Salah satu tips sukses Kamal dalam menjalankan bisnis Agen BRILinknya, adalah dengan tidak hanya puas menunggu nasabah datang untuk melakukan transaksi.

Tak hanya berfokus pada layanan transaksi, Kamal juga aktif melakukan edukasi dan sosialisasi tentang layanan jasa keuangan secara luas kepada para nasabahnya.

Tak hanya sekadar menunggu transaksi dari pelanggan, Kamal juga berupaya agar seluruh nasabah yang dilayani dapat senantiasa tertib, dengan selalu membayar cicilan secara tepat waktu.

Caranya, berbekal rekap transaksi pada bulan-bulan sebelumnya, Kamal aktif mengirimkan pesan singkat via SMS dan juga WA untuk mengingatkan nasabah bahwa cicilannya sudah akan jatuh tempo.

"Biasanya 1-2 hari sebelum tanggalnya, Saya akan ingatkan, sehingga ada lah waktu buat mereka persiapkan. Kalau memang ada kendala, kita diskusikan jalan keluarnya bagaimana," ungkap Kamal.

Langkah tersebut sengaja dilakukan lantaran Kamal ingin agar rekam jejak (track record) perbankan di daerahnya bagus dan tidak ada masalah. Dengan demikian, Kamal berharap kelak ketika ada yang mengajukan kredit, bisa dipermudah.

Atas dasar itu pula, Kamal juga tak segan untuk mengajari langsung terkait proses administrasi yang harus dilakukan oleh tetangga dan kenalan yang ingin mengajukan kredit untuk modal usaha.

Dengan berbekal kedekatannya dengan pihak BRI, Kamal juga mencoba membantu dengan memberikan rekomendasi dan informasi penunjang untuk mempermudah pengajuan kredit tersebut.

"Kan kita tahu betul, Si A ini orangnya baik, jujur, tertib bayar cicilan. Maka kita rekomendasikan. Ya kalau ada yang agak 'nakal' gitu, suka nunggak, ya tidak kita rekomendasikan, karena kalau ada apa-apa, kan Saya juga ikut tanggung jawab," papar Kamal.

Jatuh Bangun

Inisiatif Kamal untuk aktif mengawal para nasabahnya untuk dapat mengakses kredit perbankan tak lepas dari empati yang dibangun dari pengalamannya di masa lalu.

Menurut Kamal, mayoritas penduduk di desanya bekerja sebagai petani dan juga pembuat roti. Namun sedikit juga yang menjadi perajin batu bata, dan sebagian lagi merantau untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

"Dulu pekerjaan apa saja Saya coba kerjakan, asal menghasilkan. Bahkan pernah juga ikut tambang emas (ilegal) di (Gunung) Pongkor. Itu sekitar 2010. Hasilnya lumayan, tapi taruhannya nyawa karena kita ilegal," urai Kamal.

Lantaran tak tahan melihat teman-temannya yang jadi korban karena tertimbun di lokasi penambangan ilegal, Kamal pun bertekad untuk mencari usaha yang halal dan dapat berkesinambungan.

Akhirnya, berbekal pengalaman pernah bekerja di peternakan di daerah Sawangan, pada 2014 Kamal mencoba peruntungan dengan beternak ayam, dengan memanfaatkan lahan hasil warisan keluarga, di dekat rumahnya, di Sadengkolot.

Saat itu, Kamal mencoba mengajukan pinjamen kredit usaha ke BRI sebesar RP20 juta. Namun oleh pihak BRI hanya disetujui sebesar Rp5 juta saja. Apa daya, bisnis ternak ayam tersebut harus gulung tikar karena terkendala penjualan, dengan medan yang harus ditempuh saat pengantaran yang cukup menantang.

Meski demikian, Kamal tak patah arang. Usaha ternak bebek sempat juga dicobanya, sampai akhirnya beralih ke bisnis kolam pemandian di puncak gunung, yang ternyata cukup digemari, baik oleh wisatawan maupun penduduk setempat.

Selain mengelola bisnis kolam pemandian, sehari-harinya Kamal juga berjualan sayur-mayur dengan berbagi tugas dengan Sang Istri, dengan Kamal berkeliling menggunakan motor, dan istrinya berjualan di rumah.

Dari berjualan sayur itu, Kamal mengaku dapat mengantongi omzet rata-rata harian sekitar Rp800 ribu sampai Rp1 juta rupiah. Oleh Kamal, pemasukan dari berjualan sayur lebih banyak digunakan untuk membiayai keperluan sehari-hari.

Sedangkan, pendapatan dari bisnis kolam pemandian lebih dimaknai Kamal sebagai ladang investasi, di luar pemasukan yang juga dia dapat dalam bentuk fee dari bisnis Agen BRILink, yang menjadi pemasukan utama dalam ekonomi keluarga Kamal.

"Intinya dengan sudah dipercaya (oleh bank), kita harus jaga itu dengan baik, karena kepercayaan itu mahal harganya. Mau dikasih(kredit)nya berapa pun, kita harus jaga betul. Cicilan tidak boleh nunggak. Itu yang Saya tekankan ke nasabah-nasabah Saya. Karena kalau semua tertib, misal ada yang mau ajukan (kredit) lagi, lebih enak," pungkas Kamal.

ATM Mini

Dengan sepak terjang dan kiprah sosok-sosok berdedikasi seperti Kamal inilah, BRI sebagai lembaga perbankan dapat lebih maksimal dalam meningkatkan layanan ke masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah, terutama di wilayah-wilayah terpencil.

Sejauh ini, BRI mencatat total transaksi Agen BRILink secara nasional telah mencapai Rp1.400 triliun, yang dikontribusikan oleh sedikitnya 741 ribu agen aktif, seperti Kamal.

Dari total transaksi tersebut, pihak BRI mengaku mengantongi pemasukan dari fee (biaya layanan) sekitar Rp1,3 triliun. Sedangkan nilai fee yang diterima Agen BRILink dari transaksi yang dilakukan, secara total, tidak kurang dari Rp3 triliun.

"Jadi (fee) yang diterima agen itu, jumlahnya lebih dari dua kali lipat dari yang diterima BRI. Ini lah yang membuat masyarakat tertarik jadi Agen BRILink. Atau biasanya, di sebagian daerah, kadang disebutnya bukan Agen BRILink, tapi ATM Mini," ujar Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam BRI Microfinance Outlook, Kamis (7/3/2024).

Penggunaan istilah ATM Mini, menurut Sunarso, merupakan salah satu strategi dalam mendekatkan Agen BRILink di tengah masyarakat.

Bagi BRI, penyebutan istilah bukan menjadi suatu hal yang penting dan krusial, selagi keberadaan Agen BRILink benar-benar dapat membantu memperlancar transaksi digital di masyarakat.

"Melalui Agen BRILink ini, dan juga tentu lewat berbagai produk yang lain, BRI berharap dapat berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara merata di seluruh wilayah di Indonesia," tegas Sunarso. (TSA)

SHARE