Obat Kuat Rupiah, BI Rate Berpotensi Naik Lagi
Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) diproyeksi akan naik lagi untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah.
IDXChannel - Dalam menghadapi ketidakpastian global, Indonesia tetap optimistis dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor, seperti hilirisasi industri dan peningkatan ekspor non-migas memberikan harapan positif bagi pencapaian target pertumbuhan 5 persen.
Chief Economist and Managing Director DBS Group Research, Taimur Baig mengatakan, ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan global patut diapresiasi.
"Pertumbuhan yang stabil memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk tetap teguh dalam mengelola stabilitas harga dan Rupiah," ujar dia dalam keterangan resminya, Jakarta, Senin (21/5).
"Setelah kenaikan suku bunga pada April, walaupun kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut masih ada, beberapa langkah yang dapat diambil mencakup intervensi yang disterilkan, pembelian obligasi, menarik arus masuk melalui surat utang berjangka waktu kurang dari setahun, dan meminta perusahaan BUMN untuk mengoptimalkan atau menghentikan pembelian dolar dalam jumlah besar,” jelas Taimur.
Setelah berakhirnya pemilu, kinerja investasi di Indonesia menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang signifikan. Fakta ini diperkuat dengan pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 5 persen selama tujuh kuartal berturut-turut dan diproyeksikan akan mencapai 5,2 persen pada 2024.
Lebih dari itu, dengan berbagai kebijakan pemerintah, tingkat inflasi pun masih terjaga rendah.
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara memberikan gambaran terkait kebijakan fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Tahun lalu, sambungnya, Indonesia berhasil menyelesaikan defisit fiskal sebesar 1,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Ini adalah posisi yang kuat yang diakui oleh komunitas internasional bahwa Indonesia tidak terekspos pada kenaikan suku bunga karena pembiayaan kita berasal dari pasar. Anda dapat melihat beberapa negara masih berjuang untuk mengelola situasi utang mereka dan pada saat yang sama juga mengelola pertumbuhan," papar Suahasil.
"Saya percaya karena ketahanan ekonomi Indonesia, kita dapat meningkatkan defisit fiskal dari 1,6 persen menjadi 1,2 persen terhadap PDB tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi Indonesia," dia menjelaskan.
Secara jangka panjang, Indonesia memiliki cita-cita ambisius, yakni Indonesia Emas 2045 untuk menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara dan salah satu dari lima besar ekonomi dunia. Untuk mewujudkan aspirasi ini, diperlukan intervensi dalam strategi hilirisasi industri serta praktik terbaik dalam penerapan ESG.
“Misi BUMN jelas yaitu untuk menjadi pionir dalam ekonomi hijau, pemimpin dalam inklusi sosial, inovator dalam teknologi digital, dan pengembang struktur energi kelas dunia," ujar Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo.
"Dalam inisiatif ini, BUMN berkomitmen untuk membangun masa depan yang sejahtera bagi rakyat Indonesia dan bekerja sama dengan seluruh investor,” pungkasnya.
(FAY)