Risiko Kredit Bank dalam Tren Menurun, Ini Penjelasan OJK
Rasio NPL dan LaR KBMI 1 per Juni 2025 masing-masing sebesar 2,61 persen dan 10,37 persen, lebih rendah dibandingkan periode pre pandemi Covid-19.
IDXChannel - Risiko kredit perbankan saat ini terjaga tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) dan Loan at Risk (LaR) yang berada dalam tren menurun, termasuk pada bank-bank kecil yang tergolong dalam Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti 1 (KBMI 1).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae menuturkan rasio NPL dan LaR KBMI 1 per Juni 2025 masing-masing sebesar 2,61 persen dan 10,37 persen, lebih rendah dibandingkan periode pre pandemi Covid-19.
"Mitigasi risiko kredit juga telah dilakukan yang tercermin dari coverage Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) NPL yang cukup tinggi dibandingkan kelompok KBMI lain," katanya dalam jawaban tertulis Sabtu (23/8/2025).
Selain itu, likuiditas KBMI 1 memadai dengan rasio AL/NCD mencapai 177,13 persen, jauh di atas threshold 50 persen, serta LCR sebesar 239,54 persen yang tertinggi dibandingkan kelompok KBMI lain.
Rasio LDR KBMI juga tercatat sebesar 81,96 persen, yang menandakan masih adanya ruang untuk ekspansi kredit didukung dengan likuiditas yang memadai.
Dengan kondisi likuiditas yang memadai dan risiko yang masih terjaga, serta mengingat porsi aset KBMI 1 yang hanya berkisar 10 persen terhadap total aset perbankan, dapat dikatakan bahwa sangat kecil kemungkinan munculnya risiko sistemik yang berasal dari bank-bank kecil.
"Untuk mengukur ketahanan bank dalam menghadapi berbagai potensi shocks makro ekonomi, OJK secara rutin melakukan stress test untuk mengevaluasi ketahanan perbankan Indonesia," tutur Dian.
Di sisi lain masing-masing bank juga melakukan stress test secara mandiri menggunakan skenario dan asumsi yang disiapkan oleh otoritas (OJK & BI). Baik hasil stress test OJK maupun hasil stress test mandiri oleh perbankan menunjukkan bahwa tingkat permodalan perbankan saat ini masih sangat memadai untuk menghadapi risiko yang disebabkan oleh perubahan signifikan dalam kondisi makro ekonomi Indonesia.
Selain itu, perbankan di Indonesia juga terus melakukan penguatan permodalan melalui peningkatan modal inti minimum dan konsolidasi, pembentukan loan loss provision yang memadai sesuai standar internasional, mendorong efisiensi melalui digitalisasi layanan untuk menjangkau customer-base yang lebih luas serta melalui transparansi suku bunga dasar kredit untuk mendorong suku bunga dasar kredit yang lebih efisien
(kunthi fahmar sandy)