BANKING

Rupiah Masih Fluktuatif, BI Diminta Kembali Tahan Suku Bunga 

Anggie Ariesta 17/01/2024 08:29 WIB

Bank Indonesia (BI) perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00% pada Januari 2024 lantaran nilia tukar Rupiah masih fluktuatif.

Rupiah Masih Fluktuatif, BI Diminta Kembali Tahan Suku Bunga (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00% pada Januari 2024 lantaran nilia tukar Rupiah masih fluktuatif.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, Rupiah yang sedikit melemah sejak awal tahun dan inflasi masih terjaga sehingga BI perlu menahan kenaikan suku bunga acuan.

"Oleh karena itu, pada Rapat Dewan Gubernur pertamanya setelah mengganti nama BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI 7DRR) ke BI Rate, BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6.00% pada bulan ini," kata Riefky dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (17/1/2024).

Ia menjelaskan tingkat inflasi tercatat sebesar 2,61% yoy di Desember, inflasi Indonesia sepanjang 2023 menunjukkan tren penurunan dan ada dalam kisaran target BI. Hal itu juga karena berhasilnya pemerintah meredam risiko El-Nino.

"Dengan berhasilnya usaha Pemerintah dalam meredam risiko El-Nino pada pasokan pangan melalui kombinasi kebijakan impor dan usaha stabilisasi melalui GNPIP, inflasi di Desember melambat ke 2,61% (y.o.y)," ujar Riefky.

Secara keseluruhan, inflasi Indonesia selama 2023 menunjukkan tren penurunan dan mampu dijaga dalam kisaran target BI. Memasuki 2024, ada dua perubahan utama dalam aspek inflasi domestik. 

Pertama, pengukuran Indeks Harga Konsumen akan menggunakan basis baru tahun 2022 dengan beberapa perubahan, termasuk perluasan cakupan dari 90 ke 150 daerah, pembaruan bobot komponen harga, tambahan perhitungan yang memasukan aktivitas ekonomi digital, dan penyesuaian pola konsumsi pasca pandemi Covid-19. Kedua, BI akan menyesuaikan kisaran target inflasi dari 2%-4% ke 2,5%-3,5%. 

"Menimbang capaian di 2023, kami optimis Pemerintah dan BI memiliki kapasitas yang cukup untuk mencapai target inflasi tahun 2024," jelas Riefky.

Kedua, dalam beberapa pekan terakhir, terdapat arus modal masuk ke Indonesia. Hingga pekan kedua Januari, akumulasi arus modal masuk mencapai USD0,97 miliar sejak pertengahan Desember.

Perlambatan arus modal menuju negara berkembang, termasuk Indonesia, sebagian dipengaruhi oleh pandangan investor yang meyakini probabilitas the Fed memotong suku bunga acuannya di Triwulan-I 2024 mencapai sekitar 70%, walaupun terjadi kenaikan inflasi AS di Desember 2023.

"Perlambatan aliran modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, sebagian dipengaruhi oleh pandangan investor yang meyakini probabilitas the Fed memotong suku bunga acuannya di Triwulan-I 2024 mencapai sekitar 70%," ucap Riefky.

Cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar USD146,38 miliar di Desember 2023, meningkat drastis sebesar USD8,3 miliar dari USD138,10 di November 2023.

Posisi terakhir cadangan devisa Indonesia menjadi modal yang baik untuk menahan potensi tekanan Rupiah di masa mendatang. Per 15 Januari, nilai tukar Rupiah tercatat sekitar IDR15,550 per USD, sedikit terdepresiasi sebesar 1,06% (y.t.d) sejak awal tahun. 

Dibandingkan dengan mata uang negara peers, Rupiah cenderung melemah dibandingkan Rubel Rusia, Rupee India, Lira Brazil, Peso Filipina, dan Peso Argentina. 

"Namun, Rupiah cenderung stabil di beberapa minggu terakhir dan jumlah cadangan devisa saat ini relatif cukup untuk meminimumkan potensi tekanan terhadap Rupiah apabila dibutuhkan," ujar dia.

(DES)

SHARE