BANKING

Tertinggi dalam Lima Tahun, Penyaluran Kredit Perbankan di Sumut Capai 17,6 Persen

Kunthi Fahmar Sandy 13/03/2025 14:42 WIB

Pertumbuhan realisasi kredit ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang terus meningkat.

Tertinggi dalam Lima Tahun, Penyaluran Kredit Perbankan di Sumut Capai 17,6 Persen (FOTO:MNC Media)

IDXChannel- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat realisasi penyaluran kredit perbankan di Sumatera Utara mencapai pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun terakhir yaitu sebesar 17,67 persen secara tahunan (yoy). 

Capaian realisasi ini jauh melebihi pertumbuhan kredit Nasional sebesar 10,27 persen (yoy). "Pertumbuhan realisasi kredit ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang terus meningkat. Ini mengindikasikan kemajuan ekonomi yang stabil," kata Kepala Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara, Khoirul Muttaqien, Kamis (13/3/2025).

Khoirul memaparkan, pertumbuhan kredit yang tinggi ini ditopang oleh sektor produktif. Berbeda dengan sebelumnya di mana pertumbuhan kredit sangat bergantung pada kredit konsumtif. Jumlah penyaluran kredit kredit produktif mencapai Rp213,27 triliun atau 70,78 persen dari total kredit, dengan pertumbuhan yang tinggi sebesar 19,52 persen (yoy).

"Pertumbuhan ini menunjukkan pergeseran struktur kredit yang lebih sehat dan berkelanjutan, dengan sektor produktif semakin menjadi motor utama ekspansi kredit, mengindikasikan meningkatnya kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi," tuturnya.

Peningkatan kredit produktif terutama didorong oleh kredit Modal Kerja, yang berkontribusi sebesar 47,23 persen dari total kredit dan tumbuh 24,21 persen (yoy). Sementara itu, kredit Investasi dengan porsi 23,55 persen mencatat pertumbuhan 11,12 persen (yoy).

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan kredit produktif terutama didorong oleh sektor Industri Pengolahan, yang mencatatkan jumlah pangsa sebesar 5,57 persen dan pertumbuhan yang substansial sebesar 34,44 persen (yoy). Ini menjadikan sektor Industri Pengolahan menajdi kontributor utama dalam pertumbuhan kredit periode ini.

"Dorongan utama berasal dari subsektor pengolahan minyak goreng kelapa sawit, yang tumbuh impresif sebesar 75,06 persen (yoy). Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan CPO di pasar internasional dan perbaikan harga komoditas tersebut," katanya.

Selain itu, upaya peningkatan produktivitas serta ekspansi lahan di Sumatera Utara turut memperkuat pertumbuhan kredit di subsektor ini.

"Inisiatif Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara melalui program pengembangan komoditas sawit, baik dari sisi perkebunan rakyat melalui skema SERAYA (Skema Pengembangan Sawit Rakyat) maupun perkebunan korporasi, semakin memperkuat peran subsektor ini dalam mendorong penyaluran kredit produktif," kata dia.

Sektor Listrik, Gas, dan Air mencatatkan pertumbuhan kredit yang tertinggi pada periode ini, mencapai 141,58 persen (yoy), menjadikannya salah satu sumber utama pertumbuhan kredit di Sumatera Utara setelah sebelumnya memiliki pangsa yang tidak signifikan.

Lonjakan ini didorong oleh peningkatan investasi pada proyek subsektor Uap/Air Panas di Kabupaten Deliserdang serta beberapa proyek ketenagalistrikan di Kota Medan yang membutuhkan pembiayaan besar.

"Pertumbuhan pesat di sektor ini mencerminkan peningkatan kebutuhan infrastruktur energi di Sumatera Utara, baik untuk mendukung industri maupun memperluas akses energi bagi masyarakat," tuturnya.

Secara keseluruhan, terang Khoirul, sektor perbankan di Sumatera Utara terus menunjukkan resiliensinya (ketangguhan). Terutama dengan adanya peningkatan modal dan kestabilan likuiditas hingga Februari 2025. Ketersediaan dana yang cukup dalam sektor perbankan dengan pusat operasi di Sumatera Utara menunjukkan tingkat likuiditas yang terjaga.

Rasio antara Alat Likuid dan Deposito Non-Core (AL/NCD) serta Alat Likuid dan Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat masing-masing sebesar 99,94 persen dan 18,85 persen, masih dalam level yang aman melampaui ambang batas yang kesehatan bank sebesar 50 persen dan 10 persen. Hal ini menandakan tingkat kesiapan yang sangat baik untuk mengatasi kebutuhan transaksi masyarakat di Sumatera Utara.

"Ketahanan modal juga tetap solid, terlihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang semakin kuat pada posisi Januari 2025 menjadi 30,76 persen (Desember 2024: 29,03 persen) untuk bank umum dan menjadi 29,05 persen (Desember 2024: 26,70 persen) untuk BPR. 

Situasi ini mengindikasikan bahwa jumlah modal perbankan masih mencukupi dalam menghadapi risiko potensial dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global.

(kunthi fahmar sandy)

SHARE