BANKING

The Fed Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada September 2025 Imbas Lemahnya Data Tenaga Kerja

Wahyu Dwi Anggoro 04/08/2025 13:09 WIB

Kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) meningkat tajam setelah data pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang jauh lebih lemah.

The Fed Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada September 2025 Imbas Lemahnya Data Tenaga Kerja. (Foto: AP)

IDXChannel - Kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) meningkat tajam setelah data pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang jauh lebih lemah dari perkiraan.

Menurut CME FedWatch, kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada September 2025 melonjak menjadi 82,6 persen, naik tajam dari 41,3 persen sebelum rilis data tenaga kerja AS terbaru pekan lalu.

Data penggajian non-pertanian AS hanya naik 73 ribu pekerjaan pada Juli 2025. Angka pada bulan-bulan sebelumnya juga direvisi turun secara signifikan.

Dilansir dari New York Times pada Senin (4/8/2025), ketangguhan pasar tenaga kerja AS menjadi salah satu alasan petinggi The Fed menunda pemangkasan suku bunga acuan dalam beberapa bulan terakhir. Data tenaga kerja terbaru kemungkinan akan mengubah kalkulasi bank sentral.

Presiden Donald Trump mengunakan data tenaga kerja terbaru untuk mendorong pemangkasan suku bunga. Dia selama ini menuduh Powell terlambat melonggarkan kebijakan moneter.

"Turunkan suku bunga! Powell adalah bencana," kata Trump di platform media sosial Truth Social.

Pekan lalu sebelum rilis data tenaga kerja terbaru, Ketua The Fed Jerome Powell masih menyebut pasar tenaga kerja AS solid. Bank sentral memiliki dua mandat, yakni mengontrol inflasi dan menjaga pasar tenaga kerja.

Di sisi lain, data inflasi terbaru menunjukkan dampak kebijakan tarif Trump mulai terasa. The Fed selama ini enggan memangkas suku bunga karena khawatir kenaikan bea impor akan memicu lonjakan harga-harga.

The Fed menahan suku bunga acuannya di kisaran 4,25-4,50 persen sejak Desember 2024. Bank sentral kembali menahan suku bunga dalam pertemuan kebijakan akhir Juli lalu. (Wahyu Dwi Anggoro)

>
SHARE