Trik Mengatur Gaji Buat First Jobber agar Tidak Terjerat Utang Paylater
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah pengguna paylater mengalami pertumbuhan sebanyak 18,18 juta kontrak atau naik 33,25%,
IDXChannel - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah pengguna paylater mengalami pertumbuhan sebanyak 18,18 juta kontrak atau naik 33,25% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 72,88 juta kontrak per Mei 2023.
Adapun pada periode yang sama tahun sebelumnya atau Mei 2022, jumlah pengguna paylater sebanyak 54,70 juta kontrak.
Adapun pengguna metode paylater didominasi Gen Z di rentang usia 19-25 tahun, yang dikhawatirkan belum matang dalam merencanakan keuangan.
Founder dan Perencana Keuangan Oneshildt sekaligus CEO PT Cerdas Keuangan Indonesia, M Andoko, mengatakan kemudahan memperoleh pembiayaan yang ditawarkan penyedia jasa paylater menjadi salah satu penyebab maraknya Gen Z menyukai metode ini.
"Paylater diberikan beberapa e-commerce dan ada di dompet digital, untuk menggunakan paylater ada kemudahan, mereka juga kerap memberikan promosi. Buat Gen Z yang dekat dengan teknologi, maunya yang mudah, akhirnya mencoba," ujar Andoko saat dihubungi, Rabu (23/8/2023).
Andoko mengingatkan menggunakan paylater tak lain halnya dengan berutang dan memiliki konsekuensi jika menunggak, yakni data akan terekam oleh BI Checking.
"Sehingga ketika seseorang gagal melunasi utangnya, maka praktis orang tersebut akan sulit untuk mengajukan utang lagi ke lembaga keuangan formal karena sudah terdeteksi oleh BI Checking," jelas dia.
Bahkan, kesulitan mengajukan pinjaman juga berlaku untuk pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Oleh sebab itu menurutnya sangat penting untuk mempelajari teknik-teknik mengelola keuangan terutama bagi para Gen Z yang masih punya perjalanan hidup cukup panjang.
Andoko mengatakan tidak sulit untuk belajar soal pengelolaan keuangan. Saat ini sudah cukup tutorial yang memberikan pengetahuan soal pengelolaan keuangan yang baik. Namun, pastikan pengetahuan yang didapat berasal dari lembaga terpercaya.
Lebih lanjut, Andoko berpesan untuk lebih cakap dalam mengatur cashflow atau uang keluar dan masuk ke kantong.
"Jadi bukan seberapa banyak gaji yang kita peroleh, tapi bagaimana kita mengelola uang tersebut, karena ada orang yang gajinya Rp20 juta, Rp25 juta tapi kekurangan. Jadi bukan masalah gaji, tapi bagaimana mereka mengelola keuangan tadi," kata Andoko.
Pada kesempatannya, Andoko juga memberikan sedikit rumus-rumus yang dapat diterapkan oleh para first jober yang baru punya penghasilan. Agar uang yang masuk dan keluar bisa lebih terkontrol.
Andoko menganalogikan, apabila first jobber punya pendapatan Rp5 juta per bulan. Maka 10% dari jumlah tersebut sudah harus otomatis terpotong dan diamankan terlebih dahulu di awal.
Artinnya ada sekitar Rp500 ribu yang harus terlebih dahulu disimpan, fungsinya untuk tabungan dan 10% pertama ini sifatnya dibekukan atau tidak dapat diambil kapanpun. Bagus untuk tabungan jangka panjang.
Kemudian 10% selanjutnya disisihkan untuk belajar alias pengembangan diri. Dana tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan kursus, agar kompetensi dan skill selama bekerja juga bisa ditingkatkan.
Selanjutnya 10% lagi bisa digunakan untuk keluarga maupun pasangan. Sehingga orang tua atau pasangan juga bisa merasakan hasil kerja anaknya.
Kemudian, 10% lagi digunakan untuk berbagi maupun memberikan sedekah kepada yang lebih membutuhkan, dan 10% lagi digunakan untuk asuransi apabila tidak ter proteksi dari kantor. Terakhir, 10% sisanya bisa digunakan untuk berlibur.
"Selebihnya konsumsi, silahkan. Ujungnyakan tetap masih besar dikonsumsi," pungkas Andoko. (NIA)