Utang Masyarakat di Paylater Capai Rp22,99 Triliun
Hingga Juni 2025, baki debet kredit BNPL mencapai Rp22,99 triliun atau tumbuh 29,75 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi tahun sebelumnya.
IDXChannel - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL) atau layanan paylater di perbankan terus mengalami pertumbuhan signifikan.
Hingga Juni 2025, baki debet kredit BNPL mencapai Rp22,99 triliun atau tumbuh 29,75 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi tahun sebelumnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengatakan, pertumbuhan tersebut membuat BNPL menyumbang 0,29 persen dari total kredit perbankan. Jumlah rekening BNPL juga terus bertambah menjadi 26,96 juta rekening, naik dari 24,79 juta rekening pada Mei 2025.
“Optimisme terhadap perekonomian Indonesia dan kondisi perbankan ke depan juga didukung oleh kesepakatan tarif impor AS terhadap produk Indonesia, penurunan BI Rate, percepatan belanja pemerintah, serta beberapa program pemerintah yang diyakini akan mendorong penyaluran kredit, menjaga stabilitas pangan, dan membantu daya beli masyarakat,” ujar Dian dalam konferensi pers RDKB Edisi Juli 2025, Senin (4/8/2025).
Dian menuturkan, sejumlah program pemerintah seperti Koperasi Merah Putih (KMP) yang didukung dana pemerintah, program tiga juta rumah, serta Makan Bergizi Gratis (MBG), menjadi peluang besar bagi perbankan untuk mengembangkan usaha dan memperluas pembiayaan, termasuk lewat skema kredit konsumsi seperti BNPL.
Berdasarkan data OJK, kinerja intermediasi perbankan nasional tetap stabil dengan profil risiko yang terjaga. Kredit perbankan tumbuh 7,77 persen yoy pada Juni 2025 menjadi Rp8.059,79 triliun. Kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 12,53 persen, disusul kredit konsumsi 8,49 persen, dan kredit modal kerja 4,45 persen.
Secara sektoral, sejumlah industri menunjukkan pertumbuhan kredit dua digit, antara lain pertambangan dan penggalian (20,69 persen), jasa (19,17 persen), transportasi dan komunikasi (17,94 persen), serta listrik, gas, dan air (11,23 persen).
Dengan tren ini, OJK optimistis BNPL dan segmen pembiayaan konsumsi lainnya akan terus berkembang seiring dukungan stimulus pemerintah dan penurunan suku bunga acuan.
(kunthi fahmar sandy)