ECONOMIA

Memperkuat UMKM Indonesia lewat Kepemilikan Rantai Pasok dan Transformasi Digital

Dhera Arizona Pratiwi 18/07/2025 13:22 WIB

Namun, untuk benar-benar mengangkat potensi UMKM, kita harus mengambil langkah strategis.

Memperkuat UMKM Indonesia lewat Kepemilikan Rantai Pasok dan Transformasi Digital. (Foto Istimewa)

OPINI
Teguh Anantawikrama*

IDXChannel - Ekonomi Indonesia dibangun di atas semangat kewirausahaan. Dari pedagang pasar tradisional hingga startup digital, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung ekonomi nasional—menyumbang lebih dari 60 persen produk domestik bruto (PDB) dan menyerap lebih dari 97 persen tenaga kerja. 

Namun, untuk benar-benar mengangkat potensi UMKM, kita harus mengambil langkah strategis; memberdayakan UMKM untuk memiliki rantai pasok mereka sendiri, dan mendukungnya dengan teknologi digital.

Dari Pelaku Pinggiran Menjadi Pemilik Nilai Tambah

Selama ini, banyak UMKM Indonesia hanya menjadi pelengkap dalam rantai pasok besar, -menyediakan bahan baku atau tenaga kerja-, sementara nilai tambah utamanya dinikmati pihak lain, seringkali dari luar negeri. Pola ini harus kita ubah.

Bayangkan, produsen batik di Pekalongan, Jawa Tengah, yang tak hanya membatik, tapi juga memiliki proses pewarnaan, logistik, hingga membangun merek digital yang menjangkau pasar global. Atau, koperasi kakao di Sulawesi yang bukan hanya panen biji, tapi juga memrosesnya menjadi cokelat premium dan menjual langsung ke Jepang atau Timur Tengah. 

Inilah bentuk kemandirian ekonomi berbasis UMKM yang meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja lokal, dan menjaga nilai ekonomi tetap di daerah.

Perubahan ini bukan soal skala saja, tapi soal struktur, pola pikir, dan dukungan ekosistem.

Teknologi Sebagai Pemersatu dan Pemberdaya

Transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Teknologi adalah jembatan yang menghubungkan pelaku usaha kecil dengan pasar yang lebih besar dan lebih kompetitif. Lewat alat digital—seperti aplikasi inventori, platform e-commerce, sistem logistik, hingga pembayaran digital—UMKM kini bisa beroperasi dengan efisiensi dan kecepatan setara korporasi besar.

Platform seperti Tokopedia, Gojek, hingga Instagram telah membuktikan bahwa pelaku usaha mikro pun bisa bersaing. Tapi kita harus melangkah lebih jauh. Teknologi seperti ERP untuk manajemen produksi, blockchain untuk transparansi, AI untuk peramalan permintaan, dan IoT untuk pertanian cerdas harus dibuat terjangkau dan mudah diakses, terutama oleh UMKM di daerah.

Kita juga tidak boleh lupa bahwa digitalisasi adalah kunci transisi hijau. Sistem energi pintar, pengelolaan limbah digital, dan pelacakan emisi karbon akan membantu UMKM memenuhi standar keberlanjutan nasional maupun global. Ini juga akan membuka akses ke pembiayaan hijau dan pasar ekspor yang lebih sadar lingkungan.

Membangun Ekosistem yang Memberdayakan

Memberikan kepemilikan rantai pasok kepada UMKM bukan sekadar soal teknis, tetapi ini adalah misi strategis nasional. Pemerintah, korporasi besar, penyedia teknologi, akademisi, dan masyarakat sipil harus bersinergi untuk; 
- Mengembangkan klaster industri daerah berbasis kolaborasi antarpelaku UMKM dalam satu rantai nilai.
- Memperluas infrastruktur digital hingga ke pelosok—agar tidak ada UMKM yang tertinggal.
- Memberikan pelatihan dan insentif untuk adopsi teknologi, inovasi produk, dan praktik usaha berkelanjutan.
- Mendorong pembiayaan inklusif, baik lewat fintech, koperasi, maupun model investasi berdampak (impact investment).

Sebagai seseorang yang aktif membina UMKM di berbagai sektor, saya menyaksikan sendiri bagaimana usaha kecil bisa berkembang pesat ketika diberi kepercayaan dan akses. Baik di sektor pariwisata, pangan, manufaktur, maupun kreatif, rumusnya sama; kepemilikan, teknologi, dan pemberdayaan.

Menuju Indonesia Mandiri dan Kompetitif

Kita sedang memasuki era baru di mana rantai pasok global bergeser, ekonomi digital tumbuh pesat, dan keberlanjutan menjadi syarat utama. Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton, kita harus menjadi pemimpin. Kuncinya adalah menjadikan 64 juta UMKM kita sebagai pemilik, inovator, dan eksportir.

Dari bangsa penyuplai bahan mentah, kita harus menjadi bangsa pencipta nilai tambah.

Dengan langkah ini, kita tidak hanya membangun ekonomi yang kuat—kita juga membangun martabat dan masa depan rakyat Indonesia.

*Penulis adalah Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia dan tokoh yang aktif dalam pemberdayaan UMKM, transformasi digital, dan pembangunan ekonomi inklusif.

(Dhera Arizona)

SHARE