ECONOMIA

Tak Mau Terlena, Biofarma Mau Geber Bisnis di Luar Vaksin

Selfie Miftahul Jannah 06/08/2023 21:30 WIB

PT Bio Farma (Persero) Induk Holding BUMN Farmasi berencana menggarap pasar farmasi di luar vaksin sebagai fokus bisnis yang akan dilakukan pasca pandemi. 

Tak Mau Terlena, Biofarma Mau Geber Bisnis di Luar Vaksin. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Bio Farma (Persero) Induk Holding BUMN Farmasi berencana menggarap pasar farmasi di luar vaksin sebagai fokus bisnis yang akan dilakukan pasca pandemi. 

Direktur Pengembangan Usaha Bio Farma Yuliana Indriati menjelaskan, pihaknya akan mengembangkan inovasinya ke bidang life science. Dalam istilah medis, life science dimaknai sebagai ilmu yang menuntut studi sistematis dan holistik organisme hidup, dengan fokus tujuan melahirkan berbagai terobosan ilmiah. 

Produk life science juga berperan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap kesehatan manusia, perbaikan kualitas hidup, serta peningkatan daya saing ekonomi.

"Karena kalau dilihat memang pasarnya, life science itu sangat besar. Jadi kalau satu produk yang sama misalnya kita lihat onkologi itu satu produk nilainya dengan vaksin secara keseluruhan hampir sama. Jadi kita harus bergerak di luar vaksin," jelas dia kepada IDX Channel dalam sebuah wawancara khusus, Rabu (2/8/2023).

Dari program tersebut, Bio Farma menargetkan bisnis farmasinya tidak establish di kerjasama bisnis to government dalam negeri. Namun juga bisa memperkuat dan memperluas cakupan bisnis secara global.  

"Targetnya adalah Biofarma establish di secara global ya jadi memang sekarang kita sudah ekspor ke 150 negara di vaksin kita akan berusaha di luar vaksin tapi juga secara global," kata dia. 

Sebagai informasi Perusahaan induk (holding) BUMN Farmasi PT Bio Farma (Persero) mengharapkan penjualan produk-produk non-COVID pada tahun ini mencapai Rp18,23 triliun setelah beberapa tahun sebelumnya banyak berkiprah pada penyediaan produk untuk pencegahan dan penanggulangan COVID-19.

"Mulai pertengahan tahun 2022, kami berkonsolidasi untuk mendorong penjualan produk non-COVID agar maksimal dan di tahun ini kami berharap upaya tersebut lebih membuahkan hasil dengan mencetak angka penjualan sebesar Rp18,23 triliun untuk produk non-COVID," kata Wakil Direktur Utama Bio Farma Soleh Ayubi dalam keterangan resmi.

Menurut laporan keuangan tahunan terakhir, laba bersih Bio Farma tahun 2022 turun 74 persen menjadi Rp505,89 miliar dibanding tahun 2021. Total EBITDA Holding mencapai Rp1,9 triliun atau turun sebesar 51,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pendapatan Bio Farma (Persero) secara konsolidasi (holding) mencapai Rp21,5 triliun di tahun 2022, turun 50,4 persen dari tahun 2021. Penurunan tersebut secara rinci terlihat dari pendapatan Bio Farma yang mengalami penurunan 63,6 persen dari tahun 2021 atau mencapai Rp11 triliun. Penurunan ini terjadi karena selesainya program vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan.

Kemudian pendapatan PT Kimia Farma Tbk juga lebih rendah 25,3 persen menjadi Rp9,6 triliun dari tahun sebelumnya. Perolehan pendapatan yang belum maksimal ini disebabkan belum optimalnya pendapatan e-katalog (seperti produk ARV) serta membaiknya kondisi pandemi yang berdampak pada pelonggaran syarat perjalanan, membuat pendapatan segmen jasa layanan kesehatan turun.

Pada 2022 pendapatan PT Kimia Farma masih didominasi oleh produk pihak ketiga sebesar Rp8,40 triliun atau 78,7 persen dari total pendapatan. Sementara kontribusi pendapatan dari obat ethical mencapai 36,8 persen atau Rp3,53 triliun, obat OTC 23,2 persen atau Rp2,22 triliun, untuk obat generik 19,1 persen atau Rp1,84 triliun, alat kesehatan (alkes) dan jasa lab klinik 19,3 persen atau Rp1,85 triliun.

Demikian juga dengan anak usaha holding lainnya, yakni PT Indofarma Tbk, pendapatannya turun 60,6 persen atau sebesar Rp1,1 triliun dari tahun 2021.

Pada tahun 2022, kontribusi pendapatan terbesar Indofarma berasal dari produk ethical 46,5 persen, FMCG 37,6 persen, alkes dan jasa klinik 12,2 persen, OTC 2,1 persen, dan vaksin 1,6 persen.

Selain itu, pendapatan PT INUKI dilaporkan sebesar Rp11 miliar atau turun 52,2 persen dari tahun 2021. Penurunan pendapatan Holding BUMN Farmasi ini terutama disebabkan oleh penurunan permintaan vaksin dan alat tes diagnostik COVID-19 sejak pertengahan tahun 2022.

Meskipun secara umum performa keuangan Bio Farma pada 2022 mengalami penurunan, namun jika aktivitas yang berkaitan dengan pelayanan COVID-19 dikecualikan, kinerja Bio Farma lebih baik dibandingkan tahun 2021.

Memasuki tahun 2023, Bio Farma berencana akan melakukan perbaikan fundamental pada perusahaan untuk menyesuaikan dengan keadaan pasar produk kesehatan yang berubah akibat perubahan pola konsumsi.

(SLF)

SHARE