ECONOMICS

15 Tahun Lagi, KADIN Yakin Indonesia Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi

Taufan Sukma/IDX Channel 10/09/2023 05:55 WIB

Indonesia harus dapat keluar dari kondisi middle income trap untuk kemudian berkembang menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat berdasarkan PDB.

15 Tahun Lagi, KADIN Yakin Indonesia Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi (foto: MNC Media)

IDXChannel - Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia meyakini bahwa Indonesia bakal segera masuk dalam klasifikasi negara dengan tingkat ekonomi berpenghasilan tinggi.

KADIN memperkirakan, kondisi tersebut bakal terealisasi pada 2038 mendatang, atau berjarak 15 tahun dari kondisi sekarang.

Proyeksi tersebut disampaikan Ketua Umum KADIN Indonesia, M Arsjad Rasjid, dalam orasi ilmiah berjudul Visi Indonesia Emas 2045, yang disampaikan dalam perayaan puncak Dies Natalis ke-67 Universitas Hasanuddin, Sabtu (9/9/2023).

Tak hanya sekadar berpenghasilan tinggi, menurut Arsjad, Indonesia bakal menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-8 di dunia berdasarkan PDB riil, serta peringkat ke-4 berdasarkan PDB PPP pada tahun 2045 mendatang.

"Saat ini Indonesia masih masih dalam kategori negara berkembang dan masih terjebak dalam yang namanya middle income trap, yang selama 30 tahun ini sudah kita rasakan," ujar Arsjad.

Sehingga untuk dapat menjadi negara maju, Arsjad menjelaskan, Indonesia harus dapat keluar dari kondisi middle income trap tersebut, untuk kemudian berkembang menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat berdasarkan PDB.

Arsjad juga menjelaskan bahwa Indonesia akan menjadi negara maju, yaitu sebagai negara yang tangguh, sejahtera, dan inklusif berkelanjutan, pada 2045 mendatang.

Hal tersebut dapat terwujud dengan dijalankannya visi-misi dengan menginisiasi Peta Jalan Indonesia Emas 2045.

Upaya perwujudan tersebut dilakukan dengan strategi dan target pencapaian sebagai tolok ukur dan target pembangunan ke depan.

Pondasi awal dalam peta Jalan Indonesia Emas memiliki empat pilar Strategi Pembangunan, yaitu pertama mencapai ketahanan pangan dan ketahanan kesehatan.

Lalu kedua, mencapai kesejahteraan melalui pengembangan sektor-sektor strategis (manufaktur, UMKM, keuangan, dan parekraf). Sedangkan, ketiga adalah mendorong inklusivitas melalui pemberdayaan populasi rentan.

Terakhir, pilar keempat yaitu mendorong keberlanjutan dengan cara dekarbonisasi industri dan elektrifitasi kendaraan.

Selain empat pilar pembangunan ini, Arsjad menyebut bahwa Indonesia juga memerlukan aspek pendukung, seperti sumber daya manusia, infrastruktur, digital, dan regulasi.

"Hari ini Saya ingin membahas lebih lanjut terkait sumber daya manusia, karena sangat relevan dalam konteks pagi hari ini. Indonesia diproyeksikan memiliki bonus demografi, di mana pada 2045 nanti penduduk usia produktif Indonesia akan mencapai 70 persen dari total populasi," ungkap Arsjad.

Dengan demikian, Indonesia disebut Arsjad juga sangat perlu mewaspadai bonus demografi yang tidak akan bisa didapatkan jika sumber daya manusianya tidak berkualitas.

"Yang justru akan terjadi adalah (sumber daya manusianya) hanya membawa masalah sosial, seperti kemiskinan pengangguran dan tingkat kriminalitas yang tinggi," papar Arsjad.

Sumber daya manusia yang berkualitas, ditegaskan Arsjad, memiliki peran penting agar Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi dengan baik dan mencapai visi Indonesia 2045. (TSA)

SHARE