47 Komoditas Mineral Kritis Strategis Berhasil Diidentifikasi, Ini Daerah Sebarannya
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berhasil mengidentifikasi sebaran 47 komoditas mineral kritis dan strategis sepanjang 2023.
IDXChannel - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berhasil mengidentifikasi sebaran 47 komoditas mineral kritis dan strategis sepanjang 2023. Dalam hal ini, pemerintah melakukan kegiatan kolaborasi dengan Korea Institute of Geoscience.
"Dalam rangka mendukung transisi energi dan pengembangan energi hijau, Badan Geologi telah melakukan pemetaan sebaran mineral kritis dan strategis sehingga diperoleh jumlahnya mencapai 47 komoditas. Di antara mineral kritis dan strategis yang dilakukan penyelidikannya oleh Badan Geologi adalah lithium dan boron," kata Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid dalam keterangan resminya, Sabtu (20/1/2024).
Penyelidikan mineral lithium menunjukkan beberapa wilayah dengan kadar lithium dan boron yang cukup menjanjikan dan boron di beberapa daerah, di antaranya di Bledug Kuwu, Bledug Cangkring, Jono, Crewek, Kasonga dan Mamuju.
"Kami telah merekomendasikan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Logam Tanah Jarang (WIUP LTJ/REE) yang pertama kali diusulkan di Indonesia yaitu di daerah Mamuju. Ke depan diharapkan akan lebih banyak lagi rekomendasi yang kami hasilkan untuk mengusulkan WIUP Tanah Jarang di Indonesia," tutur Wafid.
Boron adalah komponen penting hydrogen fuel cells yang merupakan energi alternatif untuk kendaraan listrik, boron juga bahan baku dari neodymium-iron-boron (NdFeB) magnet, dan bahan baku untuk Pyrex. Permintaan Boron naik 30% di tahun 2022 dan akan naik seiring dengan permintaan EV dan industry EBT di tahun-tahun mendatang.
Selain mineral kritis dan strategis, Badan Geologi juga melakukan survei hidrogen alami di Indonesia yaitu di Pulau Sulawesi bagian timur. Sebab, daerah tersebut memiliki kondisi geologi ideal untuk terbentuknya gas hidrogen alami.
"Dari hasil survei ditemukan rembesan gas hidrogen dengan kandungan 20-35% di daerah Tanjung Api, dan 9% di daerah Bahodopi, juga gas metana abiogenik dan nitrogen dengan konsentrasi signifikan," imbuh Wafid.
Wafid mengakui, meski belum dapat ditentukan keekonomisannya, namun hasil survei membuktikan bahwa sistem hidrogen alami ada di Indonesia. Untuk itu, diperlukan studi lebih rinci untuk mengetahui model generation, migration, dan trapping mechanism-nya.
(YNA)