ECONOMICS

Airlangga Ungkap Ekspor Besi dan Baja Tembus USD26,7 Miliar di 2023

Atikah Umiyani/MPI 10/07/2024 16:47 WIB

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa nilai ekspor besi dan baja senilai USD26,7 miliar di tahun 2023. 

Airlangga Ungkap Ekspor Besi dan Baja Tembus USD26,7 Miliar di 2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa nilai ekspor besi dan baja senilai USD26,7 miliar di tahun 2023. 

"Industri baja ini bagus karena sudah bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Contohnya IKN, seluruh steel construction dibuat di Indonesia dan ini keuntungan kita. Kita menjadi negara berdaya saing kuat di iron and steel,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Seminar dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Indonesian Society of Steel Construction (ISSC), Rabu (10/7/2024).

Diungkapkannya, kinerja neraca perdagangan besi dan baja juga mengalami perbaikan dari defisit USD3 miliar di tahun 2019 menjadi surplus USD15,3 miliar pada tahun 2023. 

Katanya, hal ini diikuti dengan pertumbuhan industri logam dasar sejak kuaratal I 2023 hingga kuartal I 2024 pada rentang 11% hingga 18% dan peningkatan ekspor produk logam dasar dari 8,74% di tahun 2019 menjadi 16,74 persen pada tahun 2023.

Selain menyoroti perkembangan industri baja tersebut, Airlangga juga mengklaim kemajuan salah satu construction siblings yang berada di Batam yaitu berhasil melakukan ekspor sebanyak 130 wind turbine. 

Wind turbine tersebut juga menjadi pertama yang akan dipasang pada utara Long Island, New York, dengan kapasitas yang direncanakan sebesar 2,1 Gigawatt.

Mempertimbangkan capaian ekspor komoditas baja yang telah dilakukan pada beberapa negara, di antaranya di Sydney dan New Zealand, Menko Airlangga menyampaikan bahwa industri baja di Indonesia kian menguat dan diperhitungkan berbagai negara di dunia. 

Dengan demand yang terus meningkat, Menko Airlangga mengimbau agar target industri baja dapat ditingkatkan hingga ke 20 juta ton, mengingat konsumsi diperkirakan akan meningkat hingga 18-19 juta ton.

Lebih lanjut, Airlangga juga menilai perlu adanya peningkatan kemampuan pabrikasi atau manufacturing agar lebih cepat. 

Terkait kekhawatiran pelaku usaha terhadap capital goods, Pemerintah juga telah memberikan sejumlah insentif yang dapat meringankan pelaku industri seperti pembebasan bea masuk dan pembebasan PPN.

Terakhir, Airlangga menegaskan bahwa penguasaan teknologi juga menjadi aspek yang penting dalam mendorong kemajuan industri baja, terlebih Indonesia juga akan mengalami bonus demografi ke depan sehingga diharapkan akan terdapat lebih banyak sumber daya manusia yang unggul terkait teknologi. 

"Hingga kini, industri baja Indonesia sendiri telah memiliki kemampuan welding yang merupakan salah satu terbaik di dunia," katanya.

(SLF)

SHARE