ECONOMICS

Akhir Perang Rusia-Ukraina Belum Diketahui, Negara Eropa Tak Jadi Tinggalkan Energi Fosil?

Rizky Fauzan 18/08/2022 17:38 WIB

Perang Rusia-Ukraina menghambat rantai pasok minyak hingga 4% ke pasar dunia. 

Ilustrasi. Foto: MNC Media

IDXChannel – Ekonomi dunia yang mulai pulih dari pandemi covid-19 mendorong naiknya konsumsi energi. Namun, perang Rusia-Ukraina menghambat rantai pasok minyak hingga 4% ke pasar dunia. 

Komisaris Utama Perusahaan Gas Negara (PGN) Arcandra Tahar mengatakan, akibat hal tersebut, sejumlah negara mulai fokus pada dua hal, mengembangkan energi baru terbarukan (renewable energy) atau justru kembali mengeksplorasi energi fosil.

"Tantangan dunia hari ini adalah keterbatasan sumber energi akibat adanya perang dan pemulihan ekonomi yang positif akibat pandemi covid-19. Banyak negara di Eropa yang mengalami krisis energi mulai kembali melakukan eksplorasi terhadap energi fosil yang sebelumnya mereka abaikan," kata Arcandra Tahar dalam pertemuan dengan Media di Jakarta, Kamis (18/8/2022).

Arcandra membeberkan dalam upaya mewujudkan net zero carbon pada 2050-2060, dunia merasakan dua dilema besar. Negara-negara di Eropa ada yang fokus untuk mengembangkan renewable dan membatasi eksplorasi migas, termasuk penggunaan batu bara. Namun, Amerika Serikat tetap berpendirian bahwa energi fosil masih akan menjadi sumber utama energinya. Dampak peningkatan karbon dalam penggunaan energi fosil direspons Negeri Paman Sam dengan optimalisasi teknologi.

Namun, banyak juga negara Eropa berfikir seperti Amerika dan kembali mengeksplorasi energi fosil. Sejumlah negara di Eropa diketahui telah melakukan berbagai upaya untuk memperkuat kembali pasokan energinya. Apalagi perang Rusia-Ukraina belum diketahui dengan pasti kapan akan berakhir. Contohnya, Norwegia, yang sebelumnya berusaha memangkas produksi migas dari 4 juta barel per hari menjadi 1 juta barel per hari pada 2050, saat ini justru menawarkan blok-blok migas baru.

Langkah yang sama juga dilakukan Inggris dan Belanda yang mempercepat Final Investment Decisian (FID) pada blok-blok migas yang selama ini tersendat. Kedua negara kini mempermudah perizinan serta memberikan insentif pajak dan fiskal agar lapangan-lapangan marginal bisa segera dikembangkan. 

“Di UK, misalnya, lapangan Cambo, Marigold, Murlach, Rosebank, serta Glendronach segera FID. Beberapa lapangan di Belanda juga akan FID seperti lapangan N05-A yang berbatasan dengan Jerman. Hal ini tentu akan menambah produksi minyak dan gas di Eropa,” jelas Arcandra.

Cara lain yang ditempuh Eropa adalah mengganti operator (investor) agar lebih agresif dalam mengembangkan lapangan-lapangan yang selama ini terbengkalai, termasuk mengalihkan aset-aset swasta ke BUMN untuk memberikan kepastian pengembangan lapangan migas. 

"Strategi-strategi yang dilakukan Eropa itu tentunya bisa menjadi insight bagi kita dalam pengelolaan energi ke depan. Termasuk mendorong peran strategis PGN sebagai subholding gas untuk berperan semakin besar dalam pemenuhan gas bumi bagi sektor-sektor strategis di dalam negeri," pungkas Arcandra.

(NDY)

SHARE