ECONOMICS

Antam Targetkan Fasilitas Hilirisasi Nikel dan Baterai Beroperasi Bertahap Mulai 2027

Iqbal Dwi Purnama 17/07/2025 03:30 WIB

Perusahaan menargetkan fasilitas pengolahan bijih nikel atau Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan industrial park ditargetkan beroperasi pada 2027.

Antam Targetkan Fasilitas Hilirisasi Nikel dan Baterai Beroperasi Bertahap Mulai 2027. Foto: iNews Media Group.

IDXChannel - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) memiliki roadmap percepatan hilirisasi nikel, mulai dari proses penambangan, produksi baterai, hingga daur ulang limbah baterai kendaraan listrik yang akan dilakukan bertahap.

Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Achmad Ardianto mengatakan, perusahaan menargetkan fasilitas pengolahan bijih nikel atau Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan industrial park ditargetkan beroperasi pada 2027.

Sementara itu, fasilitas ekstraksi nikel dan kobalt dari bijih nikel atau HPAL targetnya beroperasi pada 2028, sekaligus bersamaan pada tahun yang sama juga mulai beroperasi untuk fasilitas produksi baterai material.

"Kemudian untuk 2031 nanti battery recycling (daur ulang baterai) bisa beroperasi secara komersial. Ini proyek yang cukup panjang, menantang, dan juga masih membutuhkan dukungan Pemerintah untuk memastikan ekosistem baterai berbasis nikel ini bisa memaksimalkan nilai nikel bagi Indonesia," ujarnya dalam Raker Bersama Komisi XII DPR RI, Rabu (16/7/2025).

Adapun untuk ekosistem baterai kendaraan listrik akan digarap bersama enam perusahaan patungan alias Joint Venture Company (JVco). 

Masing-masing perusahaan patungan tersebut akan menggarap di sektor pertambangan, fasilitas pengolahan bijih nikel atau RKEF dan industrial park, fasilitas ekstraksi nikel dan kobalt dari bijih nikel atau HPAL, fasilitas produksi material baterai, fasilitas produksi baterai sel, hingga fasilitas daur ulang baterai.

"Dari 6 joint venture ini 5 akan beroperasi di Halmahera Timur, Maluku Utara, dan 1 akan beroperasi di Karawang Jawa Barat untuk fasilitas produksi baterai sel di 2029," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Achmad mengungkapkan total kebutuhan investasi untuk membangun 6 fasilitas produksi ekosistem baterai kendaraan listrik mulai dari penambangan hingga fasilitas daur ulang baterai ini sebesar USD5,9 miliar atau setara Rp95,99 triliun.

(NIA DEVIYANA)

SHARE