ECONOMICS

AS dan China Buka Kembali Negosiasi di Tengah Ketegangan Perang Dagang

Ahmad Islamy 06/06/2025 23:40 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping mengadakan pembicaraan melalui telepon pada Kamis (5/6/2025).

Presiden AS Donald Trump (kiri) berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping saat keduanya bertemu hampir 6 tahun silam. (Foto: Arsip)

IDXChannel – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping mengadakan pembicaraan melalui telepon pada Kamis (5/6/2025). Peristiwa tersebut menandakan langkah baru dalam upaya meredakan ketegangan perdagangan antara kedua negara. 

Yahoo Finance pada Jumat (6/6/2025) melansir, Trump dan Xi sepakat untuk memulai kembali negosiasi terkait tarif dan perdagangan dalam waktu dekat. Trump pun mengklaim pembicaraan via telepon itu berlangsung dalam suasana yang "positif". Kedua pemimpin bahkan saling mengundang untuk berkunjung ke negara masing-masing, menunjukkan sinyal diplomasi yang hangat.

Akan tetapi, di balik nada optimistis tersebut, ketegangan tetap membayangi. Media milik Pemerintah China melaporkan bahwa Xi mendesak Trump untuk mencabut kebijakan perdagangan yang dianggap "negatif" terhadap China.

Panggilan ini dilakukan setelah berminggu-minggu dorongan Trump untuk melanjutkan perundingan, menyusul gencatan senjata perang dagang yang dicapai kedua negara pada pertengahan Mei di Jenewa, Swiss. Sayangnya, tuduhan pelanggaran gencatan senjata dari kedua belah pihak terus memanaskan situasi.

Ketegangan perdagangan ini tidak hanya soal tarif, tetapi juga pengendalian bahan-bahan strategis. Menurut laporan Bloomberg, AS saat ini mendominasi pasar etana, gas yang digunakan untuk memproduksi plastik, yang sebagian besar dibeli oleh China. Untuk memperketat kontrol, Washington DC kini mewajibkan lisensi ekspor untuk komoditas ini. Di sisi lain, China menguasai lebih dari 90 persen pengolahan tanah jarang (rare earth), mineral penting untuk produksi motor, kamera, dan teknologi lainnya. 

>

Kelompok industri suku cadang mobil AS mendesak Trump untuk segera bertindak terkait kontrol ketat China atas ekspor tanah jarang itu. Mereka memperingatkan bahwa situasi ini dapat mengganggu rantai pasok industri otomotif secara signifikan. 

"Kompleksitas produk tanah jarang tidak bisa lagi diabaikan," kata Trump dalam pernyataannya.

Pembicaraan Trump dan Xi terjadi di tengah desakan AS kepada negara-negara mitra untuk mempercepat perundingan perdagangan. Gedung Putih telah mengirimkan surat kepada sejumlah negara sebagai "pengingat" bahwa penangguhan tarif timbal balik selama 90 hari, yang diberlakukan Trump, akan berakhir pada awal Juli. 

Sementara itu, AS baru saja mengumumkan kesepakatan perdagangan dengan Inggris. Sementara pembicaraan dengan India masih berlanjut hingga awal pekan depan menjelang batas waktu 9 Juli. 

Para penasihat Gedung Putih berulang kali menjanjikan kesepakatan dagang besar dalam waktu dekat. Namun sejauh ini belum terlihat kemajuan yang signifikan.

Di dalam negeri, kebijakan tarif Trump menghadapi ketidakpastian hukum. Pada 28 Mei, Pengadilan Perdagangan Internasional AS di New York membatalkan kebijakan tarif Trump dengan alasan metode pemberlakuannya ilegal alias melanggar hukum. Namun, keesokan harinya, pengadilan banding federal mengizinkan tarif tersebut tetap berlaku untuk sementara. Keputusan ini menciptakan ketidakpastian bagi pelaku bisnis yang terdampak.

Kebijakan perdagangan AS dan China terus bergema di pasar global. Kedua negara saling mengunci pasokan bahan strategis andalannya masing-masing dan memperketat regulasi. Pelaku pasar di Indonesia dan dunia perlu bersiap menghadapi potensi gangguan rantai pasok dan fluktuasi harga. Perkembangan negosiasi dalam beberapa hari ke depan akan menjadi kunci untuk menentukan arah hubungan dagang dua raksasa ekonomi ini.

(Ahmad Islamy Jamil)

SHARE