AS Hengkang dari Proyek Hilirisasi Batu Bara Jokowi, APBI: Seharusnya Diberi Kepastian Hukum
Hendra mengatakan, salah satu aspek yang harus diselesaikan oleh pemerintah adalah memberikan kepastian hukum.
IDXChannel - Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengatakan, momentum hengkangnya Air Products & Chemical Inc (APCI) dari dua proyek hilirisasi yang masing-masing dikembangkan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Kaltim Prima Coal (KPC) dapat dijadikan sebagai momen evaluasi bagi pemerintah.
Hendra mengatakan, salah satu aspek yang harus diselesaikan oleh pemerintah adalah memberikan kepastian hukum. Sebab, investor masih melihat terdapat perubahan peraturan atau regulasi di Indonesia yang memengaruhi proyek gasifikasi di tanah air.
“Kepastian hukum ini penting. Artinya peraturan tidak boleh terus berubah karena akan mengganggu stabilitas. Apalagi proyek ini bersifat jangka panjang, bisa 10-20 tahun, makanya kepastian hukum dianggap sebagai suatu hal yang penting,” ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia, Hendra Sinadia dalam program Market Review IDX Channel, Jumat (17/3/2023).
Selain itu, pemerintah juga dianggap perlu untuk menganalisis dan memperkuat target pasar dari gasifikasi batu bara. Sebab, Hendra melihat terdapat perbedaan yang signifikan dari pasar batu bara yang selama ini dikembangkan oleh pihaknya dengan gasifikasi batu bara.
Menurut Hendra, investor akan melihat keberlanjutan dari proyek gasifikasi di masa mendatang. Pelaku industri di Indonesia dinilai harus menawarkan hasil yang atraktif untuk mendapatkan investasi di tengah-tengah ekonomi dunia yang masih belum stabil.
“Pemerintah memang berencana untuk menggunakan gasifikasi sebagai substitusi impor LPG. Tapi berarti harga jualnya harus kompetitif dengan LPG, apalagi gas selama ini merupakan komoditas yang volatile. Nah investor melihat keberlanjutan tersebut,” jelas dia.
Terakhir, tantangan yang dihadapi adalah kesediaan teknologi dan ahli-ahli dalam bidang gasifikasi batu bara di Indonesia. Menurutnya, proyek ini sebagai suatu hal yang baru, bahkan hanya China satu-satunya negara di dunia yang mengembangkannya.
“Bahkan Amerika Serikat perlahan mulai meninggalkan batu bara karena pendanaan yang sulit. Kalau Australia sebagai negara dengan produksi batu bara terbesar juga belum memiliki visi ke sana. Tentu kami menyambut baik visi Indonesia untuk menjadi pioneer, tapi ini diikuti dengan sejumlah tantangan,” pungkasnya.
Walaupun demikian, Hendra dan pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung produksi batu bara secara termal dan proyek gasifikasi. Ia pun berharap pemerintah bisa terus memberikan dukungan kepada proyek tersebut.
(YNA)