ECONOMICS

AS Makin Gencar Gelontorkan Bantuan Dana di Tengah Seruan Boikot Israel

Maulina Ulfa - Riset 01/11/2023 16:08 WIB

Dua penasihat utama Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta anggota parlemen untuk memberikan bantuan tambahan miliaran dolar kepada Israel.

AS Makin Gencar Gelontorkan Bantuan Dana di Tengah Seruan Boikot Israel. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Dua penasihat utama Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta anggota parlemen untuk memberikan bantuan tambahan miliaran dolar kepada Israel dalam sidang kongres pada Selasa (31/10/2023).

Namun, dalam sidang ini, dilaporkan Reuters, sejumlah pengunjuk rasa menyela dengan menaikkan tangan yang berlumur noda merah menyerupai darah. Ini sebagai bentuk protes yang mengecam pejabat AS karena mendukung apa yang mereka sebut sebagai “genosida” terhadap warga Palestina di Gaza.

Sumber: Reuters

Dua penasihat utama Biden yang dimaksud adalah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin. Mereka berdua bersaksi di depan Senate Appropriations Committee mengenai permintaan Biden sebesar USD106 miliar untuk mendanai rencana ambisius militer AS bagi Ukraina, Israel, dan keamanan perbatasan AS.

Blinken dan Austin menyebutkan, mendukung mitra AS sangat penting bagi keamanan nasional. Dalam pengajuan ini, Biden disebut meminta dana sebesar USD61,4 miliar untuk Ukraina di mana sekitar setengahnya akan dibelanjakan di AS untuk mengisi kembali stok senjata yang terkuras karena dukungan sebelumnya untuk Kyiv.

Biden juga meminta USD14,3 miliar untuk Israel di mana USD9 miliar di antaranya untuk bantuan kemanusiaan, termasuk untuk Israel dan Gaza, dan USD13,6 miliar untuk keamanan perbatasan AS, serta USD4 miliar untuk bantuan militer, dan pendanaan pemerintah untuk melawan upaya regional China di Asia.

Blinken tidak menanggapi para pengunjuk rasa, namun ketika ditanya kemudian tentang kemungkinan gencatan senjata, dia mengatakan hal itu "hanya akan mengkonsolidasikan apa yang telah mampu dilakukan Hamas dan ... berpotensi mengulangi apa yang telah mereka lakukan di lain waktu."

“Kami yakin bahwa kami harus mempertimbangkan hal-hal seperti jeda kemanusiaan untuk memastikan bantuan dapat sampai kepada mereka yang membutuhkan dan masyarakat dapat terlindungi serta terhindar dari bahaya,” kata Blinken.

Blinken mengatakan Gaza di masa depan tidak dapat diperintah oleh Hamas, namun juga tidak dapat dijalankan oleh Israel, dan menambahkan bahwa idealnya sebuah “Otoritas Palestina yang efektif dan direvitalisasi” pada akhirnya dapat memerintah jalur tersebut.

Gelontoran Dana AS ke Israel

Mengutip US Facts, AS telah menggelontorkan bantuan luar negeri senilai lebih dari USD3,3 miliar kepada Israel sepanjang 2022. Sekitar USD8,8 juta di antaranya disalurkan untuk perekonomian negara, sementara 99,7 persen sisa bantuan disalurkan untuk kebutuhan militer Israel.

Israel menerima jumlah bantuan AS terbesar kedua pada tahun 2022 setelah Ukraina, di mana AS memberikan bantuan sebesar USD12,4 miliar. Kedua negara menerima masing-masing 4,8 persen dan 18,1 persendari seluruh bantuan luar negeri yang diberikan pada tahun itu.

Sejak Perang Dunia II, AS juga telah memberikan lebih banyak bantuan asing kepada Israel dibandingkan negara lain.

Jika disesuaikan dengan inflasi, bantuan AS ke Israel dari tahun 1946 hingga 2022 berjumlah USD243,9 miliar, dan menjadikannya penerima bantuan luar negeri AS terbesar sejak Perang Dunia II.

Antara 1951 hingga 2022, Israel menerima USD225,2 miliar bantuan militer AS. Jika disesuaikan dengan inflasi, jumlahnya sekitar 71 persen bantuan yang berasal dari semua sumber.

Selama bertahun-tahun, bantuan ekonomi AS juga membantu mendukung perekonomian Israel, namun sejak pesatnya ekspansi sektor teknologi tinggi Israel pada tahun 1990an, negara tersebut telah sepenuhnya menjadi negara industri. Akibatnya, bantuan AS kepada Israel mulai dihentikan secara bertahap memasuki dekade 2000-an.

Meskipun bantuan ekonomi kepada Israel telah menurun, namun bantuan militer masih relatif tinggi hingga tahun lalu. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sejak awal tahun 2000-an, bantuan ekonomi ke Israel sebagian besar ditujukan untuk bantuan kemanusiaan untuk pemukiman kembali para migran Yahudi, penelitian dan pengembangan teknologi, pendidikan tinggi, layanan kesehatan, dan bidang lainnya.

Sejak tahun itu juga, lebih dari 86 persen bantuan tahunan AS kepada Israel digunakan untuk mendanai upaya militer. Hibah pendanaan militer asing tahunan dari AS mewakili sekitar 16 persen anggaran militer Israel, menurut Congressional Research Service.

Semua bantuan militer saat ini ke Israel adalah bagian dari Memorandum of Understanding (MOU) 10 tahun senilai USD38 miliar yang ditandatangani dengan AS pada tahun 2016.

Ini adalah perjanjian ketiga setelah dua perjanjian yang ditandatangani pada masa pemerintahan George W. Bush dan Clinton.

Bantuan AS kepada Israel telah dimulai dari MOU antar pemerintah sejak 1999. Berbeda dengan perjanjian MOU pada umumnya, perjanjian ini tidak mengikat secara hukum dan tidak memerlukan ratifikasi Senat.

MOU tersebut mendukung pembaruan armada pesawat Israel dan pemeliharaan sistem pertahanan rudal negara tersebut. Perjanjian tersebut memberikan pendanaan sebesar USD500 juta untuk pertahanan rudal dan USD3,3 miliar untuk pendanaan militer lainnya setiap tahun sepanjang 2019 hingga 2028. (ADF)

SHARE